Mohon tunggu...
Fikram Guraci
Fikram Guraci Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lebih suka menulis yang mewakili perasaan pribadi, orang lain, dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Veteran Jepang yang Bersembunyi di Hutan Morotai

9 Juni 2023   19:04 Diperbarui: 9 Juni 2023   19:08 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Fikram Guraci 

Oleh : Fikram Guraci 

Morotai dalam sejarah kemerdekaan Indonesia menjadi wilayah strategis dalam peristiwa Perang Dunia (PD) II. Sebelum kedatangan Fasisme Jepang, Morotai masuk dalam wilayah teritorial penjajahan Kolonial Belanda waktu itu.

Hingga tahun 1942, kedatangan Jepang di Morotai dapat mengambil alih kekuasaan dan mengusir Belanda dari Nusantara. Perlahan-lahan prasarana untuk kepentingan Jepang mulai di bangun berupa Landasan Pesawat, jaringan listrik, jalan dan lubang-lubang pertahanan. Luas wilayah yang di kuasai mencakup hampir seluruh kawasan asia pasifik termasuk Filipina.

Alhasil beberapa negara Eropa di antaranya Amerika Serikat, Australia, Belanda, dan Inggris dengan kepentingan politik masing-masing membentuk sebuah kekuatan sekutu dalam mengusir pendudukan Jepang. Filipina yang menjadi target utama untuk otoritas pembebasan dari Fasisme Jepang, Morotai kemudian menjadi salah satu wilayah strategis pendaratan Invasi oleh sekutu.

Perang pun pecah saat kedatangan sekutu pada 15 September 1944, di pimpinan langsung oleh Mc Arthur yang langsung menyerang pasukan Jepang di beberapa titik pertahanan. Hal ini mengakibatkan Tentara Jepang mengalami kekalahan karena jumlah yang tidak seimbang. Sebab personil Tentara Jepang di bawah pimpinan Mayor Takenabu Kawashima berkisar hanya 500 orang, sedangkan Sekutu memiliki pasukan tempur mencapai 40.150 dari US Army, 16.915 dari US Army Air Forces dan Royal Australian Air Force.

Serangan demi serangan yang di lakukan oleh Sekutu begitu masif hingga tentara Jepang mulai kocar-kacir. Sampai sekutu melakukan pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki pada 6-9 Agustus 1945 sebagai dua kota Strategis Jepang, dengan memakan korban jiwa yang cukup besar. Dan pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Meskipun demikian, secara kenegaraan Jepang telah mengakui kekalahan kepada Sekutu, tetapi masih ada beberapa prajurit yang tidak ingin menyerah dan melarikan diri dan bersembunyi di tengah-tengah hutan. Persembunyian tersebut bahkan sampai bertahun-tahun.

Salah satunya Teruo Nakamura, yang kemudian bersembunyi di hutan Pilowo, Morotai selama 30 tahun, sampai ia di temukan pada tahun 1974, oleh aparat setempat. Nakamura berasal dari Taiwan, kelahiran 1919. Taiwan pada waktu itu juga bagian dari wilayah kolonialisasi pendudukan Jepang. Hal ini menjadi indikator Ia terkena wajib militer dan kemudian di masukin ke dalam unit sukarelawan Takasago dari kekaisaran Jepang pada bulan November 1943. 

Ia kemudian ditempatkan di Pulau Morotai tidak lama setelah itu mereka di serang oleh sekutu dengan kekuatan yang tidak sebanding. Alhasil ada beberapa prajurit yang memilih untuk bersembunyi di hutan termasuk Nakamura. Tetapi Nakamura lebih memilih hidup seorang diri dari pada bersama teman-temannya. Sehingga semua prajurit tentara yang bersembunyi dan memilih untuk kembali, ia selama 30 tahun masih menetap di Morotai tanpa mengetahui bahwa perang telah lama usai.

Dalam proses persembunyian Nakamura sebelum di temukan, ia berteman dengan salah seorang warga lokal di sana. Di kutip dari Republika, Faizal bin Abdul Aziz (64 Tahun) seorang yang turut andil dalam penjemputan Nakamura di Pilowo. Ia mengatakan, saat itu belum ada yang mengetahui keberadan Nakamura.

Namun, ada warga lokal bernama Baicoli yang selama bertahun-tahun berteman dengan Nakamura. Pertemuan mereka berdua bermula ketika Baicoli berburu babi di hutan, hingga saat itu persahabatan pun dijalani dengan cukup baik. Kisah yang di sampaikan oleh Faizal ini merupakan pengakuan dari Luther anak dari Baicoli.

Sebelum meninggalnya Baicoli, ia berpesan kepada Luther untuk melanjutkan pertemanan dengan Nakamura. Sehingga Luther lah yang melaksanakan kebiasaan ayahnya untuk membangun hubungan itu dengan membantu kebutuhan-kebutuhan Nakamura selama beberapa tahun.

Sampai pada 1974, Luther yang tidak memiliki anak, untuk mewarisi amanah itu ia memilih untuk melaporkan kepada pihak yang berwenang untuk menjemput Nakamura dan memulangkannya. 

Laporan tersebut di gubris oleh komandan Pangkalan Udara TNI AU yang di pimpin langsung oleh kapten Supardi. Sehingga dibentuk lah tim penjemputan beranggota 20 orang. Dan Faizal di ikut sertakan dalam penjemputan tersebut, dia salah satu Kontributor RRI Ternate di Pulau Morotai.

Setelah tiba di hutan Pilowo, mereka sempat bermalam karena mengigat hari mulai gelap. Kemudian di malam hari, mereka mencoba siasati metode pengepungan Nakamura. Alhasil ada seorang Sersan Mayor bernama Anthony yang fasih berbahasa Jepang, dan mengajarkan kepada seluruh rekan-rekan yang ikut pada waktu itu untuk mempelajari lagu kebangsaan Jepang. Selain itu mereka juga membawa foto Presiden Soeharto sebagai kepala negara dan foto Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka.

Keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan menuju persembunyian Nakamura. Hanya saja saat kedatangan militer Nakamura tidak sedang berada di gubuk sederhana tempat ia tinggal. Sehingga mereka pun bersembunyi sembari menunggu Nakamura tiba.

Ketika menunggu beberapa jam, Nakamura pun tiba, dan tim penjemputan bergegas mengepungnya. Ia awalnya terlihat tegang, dan perlahan-lahan mulai masuk dalam gubuk. Sesuai skenario tim kemudian menyayikan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo serta mengibarkan bendera Jepang dan Merah Putih sekaligus menunjukkan foto Presiden Soeharto dan Kakui Tanaka. Sontak ia berdiri tegak dalam keadaan siap, tim akhirnya menodongkan senjata kepadanya, sehingga Nakamura menyerahkan diri.

Setelah itu Anthony coba menjelaskan kepada Nakamura mengunakan bahasa Jepang, bahwa wilayah yang ia tempati sekarang ini telah merdeka 29 tahun yang lalu, dan masuk dalam wilayah teritorial Indonesia. Karena Jepang telah menyerah pada sekutu tahun 1944.

Ketika tim memeriksa tempat persembunyian Nakamura berbentuk gubuk seluas 2x2 meter. Mereka menemukan tumpukan kayu yang suda melengkung. Kayu itu di jadikan tempat tidur, selain itu juga berdasarkan keterangan Anthony, hal itu dilakukan Nakamura tidak hanya untuk tempat tidur, tetapi sebagai pembakaran dirinya ketika suatu saat ia tidak lagi memiliki tenaga untuk bertahan hidup.

Sementara di langit-langit gubuk, tim menemukan satu buah senjata yang di rawat selama 30 Tahun. Dan di lantai yang terbuat dari tanah terdapat 14 peluru aktif. Serta minyak babi untuk membersihkan senjata dan mengunakan sebagai bumbu makanan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun