Oleh : Fikram GuraciÂ
Morotai dalam sejarah kemerdekaan Indonesia menjadi wilayah strategis dalam peristiwa Perang Dunia (PD) II. Sebelum kedatangan Fasisme Jepang, Morotai masuk dalam wilayah teritorial penjajahan Kolonial Belanda waktu itu.
Hingga tahun 1942, kedatangan Jepang di Morotai dapat mengambil alih kekuasaan dan mengusir Belanda dari Nusantara. Perlahan-lahan prasarana untuk kepentingan Jepang mulai di bangun berupa Landasan Pesawat, jaringan listrik, jalan dan lubang-lubang pertahanan. Luas wilayah yang di kuasai mencakup hampir seluruh kawasan asia pasifik termasuk Filipina.
Alhasil beberapa negara Eropa di antaranya Amerika Serikat, Australia, Belanda, dan Inggris dengan kepentingan politik masing-masing membentuk sebuah kekuatan sekutu dalam mengusir pendudukan Jepang. Filipina yang menjadi target utama untuk otoritas pembebasan dari Fasisme Jepang, Morotai kemudian menjadi salah satu wilayah strategis pendaratan Invasi oleh sekutu.
Perang pun pecah saat kedatangan sekutu pada 15 September 1944, di pimpinan langsung oleh Mc Arthur yang langsung menyerang pasukan Jepang di beberapa titik pertahanan. Hal ini mengakibatkan Tentara Jepang mengalami kekalahan karena jumlah yang tidak seimbang. Sebab personil Tentara Jepang di bawah pimpinan Mayor Takenabu Kawashima berkisar hanya 500 orang, sedangkan Sekutu memiliki pasukan tempur mencapai 40.150 dari US Army, 16.915 dari US Army Air Forces dan Royal Australian Air Force.
Serangan demi serangan yang di lakukan oleh Sekutu begitu masif hingga tentara Jepang mulai kocar-kacir. Sampai sekutu melakukan pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki pada 6-9 Agustus 1945 sebagai dua kota Strategis Jepang, dengan memakan korban jiwa yang cukup besar. Dan pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Meskipun demikian, secara kenegaraan Jepang telah mengakui kekalahan kepada Sekutu, tetapi masih ada beberapa prajurit yang tidak ingin menyerah dan melarikan diri dan bersembunyi di tengah-tengah hutan. Persembunyian tersebut bahkan sampai bertahun-tahun.
Salah satunya Teruo Nakamura, yang kemudian bersembunyi di hutan Pilowo, Morotai selama 30 tahun, sampai ia di temukan pada tahun 1974, oleh aparat setempat. Nakamura berasal dari Taiwan, kelahiran 1919. Taiwan pada waktu itu juga bagian dari wilayah kolonialisasi pendudukan Jepang. Hal ini menjadi indikator Ia terkena wajib militer dan kemudian di masukin ke dalam unit sukarelawan Takasago dari kekaisaran Jepang pada bulan November 1943.Â
Ia kemudian ditempatkan di Pulau Morotai tidak lama setelah itu mereka di serang oleh sekutu dengan kekuatan yang tidak sebanding. Alhasil ada beberapa prajurit yang memilih untuk bersembunyi di hutan termasuk Nakamura. Tetapi Nakamura lebih memilih hidup seorang diri dari pada bersama teman-temannya. Sehingga semua prajurit tentara yang bersembunyi dan memilih untuk kembali, ia selama 30 tahun masih menetap di Morotai tanpa mengetahui bahwa perang telah lama usai.
Dalam proses persembunyian Nakamura sebelum di temukan, ia berteman dengan salah seorang warga lokal di sana. Di kutip dari Republika, Faizal bin Abdul Aziz (64 Tahun) seorang yang turut andil dalam penjemputan Nakamura di Pilowo. Ia mengatakan, saat itu belum ada yang mengetahui keberadan Nakamura.