Hidup di dalam gerobak sungguh tak nyaman. Kadang panas dan hujan tetap kami lalui. Sesekali ayah membelikan kami makanan cepat saji yang sangat enak. Tapi, lama kelamaan bosan juga. Karena rata-rata menu berbuka puasa yang kami dapatkan dari para dermawan pun tak jauh berbeda.
Aku sebenarnya rindu kampung halaman. Aku sangat rindu dengan sawah, bebek, dan si jalu, ayam jantan peliharaan ku yang selalu berkokok dengan nyaring.Â
Tapi, ayah bilang bahwa aku selalu membawa keberuntungan. Makanya ayah dan ibu selalu membawaku kemanapun kami pergi dengan gerobak tua ini. Ayah menyewanya pada seseorang. Orang itulah yang akan menagih tiap malam. Setelah semua usai, barulah kami pulang dan hidup normal seperti sedia kala. Â