Fenomena hadirnya influencer-influencer baru di berbagai platform membuat kita malah mengurut dada. Mulai dari vlogger yang melakukan prank memberikan donasi berupa sampah, hingga influencer yang sesumbar tidak mau pakai masker di masa pandemi.
Fenomena seperti ini membuat dunia influencer memang banyak disorot. Bahkan ada yang membandingkan bahwa influencer generasi saat ini dihasilkan dari drama dan kontroversial belaka. Sekali kontroversi, follower dan subscriber bertambah dengan sendirinya.Â
Level drama seperti itu ternyata malah ditiru juga oleh resto cepat saji di kawasan nganu. Kabarnya mau tutup padahal cuma renovasi. Jadi inget kisah pamit seorang vlogger terkenal kan? Itulah yang pada akhirnya ditiru dan dicontoh bukan kebaikannya, bukan kesalihannya tetapi yang ditiru hanyalah settingan-settingan demi menarik perhatian.
Semua berlomba menjadi Influancer
Ironisnya lagi, semua orang kini malah berlomba-lomba menjadi influencer, menambah follower dan subscriber dengan menghalalkan segala cara. Ada yang rela membeli followers atau bahkan yang lebih keji lagi meng-hack akun orang lain yang sudah memiliki follower yang banyak, kemudian digunakan untuk kepentingan pribadi atau menjualnya demi meraup keuntungan.
Melansir ceramah Prof. Nasaruddin Umar dalam kuliah tujuh menitnya mengingatkan bahwa selebriti/influencer di dunia itu sifatnya fana dan tidak akan abadi.Â
Mungkin kita bisa terkenal di dunia, tapi belum tentu bisa terkenal di langit. Kata Prof. Nasaruddin Umar bahwa di dunia ini bisa jadi ada banyak influencer langit yang tidak kita ketahui keberadaanya. Dari situlah kita sepatutnya bisa belajar karena menjadi influencer langit itu akan abadi sampai dibawa mati.
Kisah nabi Musa dan Khidir
Salah satu kisah yang diangkat adalah kisah nabi Musa dan nabi khidir. Nabi Musa dikenal sebagai nabi yang paling cerdas, bahkan bisa dikatakan ngeyelan orangnya sampai-sampai pernah menantang Tuhan menunjukkan wujudnya di gunung Sinai.Â
Tuhan sangat bijak sampai memberikan petunjuk kepada Musa bahwa ada orang lain yang lebih cerdas dibandingkan dengan dirinya. Alasan itulah yang membuat Tuhan mengirim Musa belajar kepada nabi Khidir. Ternyata sosok nabi Khidir tidak sama sekali dikenal oleh tetangga-tetangganya.Â
Nabi Khidir tak ubahnya seperti orang biasa tetapi memiliki keistimewaan di mata Tuhan bahkan ilmunya dianggap lebih mumpuni dibandingkan dengan nabi Musa.Â
Singkat cerita, nabi Musa dibuat geleng-geleng kepala dengan sikap dan perlakuan nabi Khidir. Mulai dari melubangi perahu-perahu nelayan miskin, membunuh anak kecil yang sedang bermain, sampai membetulkan sebuah bangunan yang hampir roboh di kampung yang terkenal pelit minta ampun.
Logika-logika akal sehat Musa itulah yang ternyata belum sampai pada keilmuan nabi Khidir. Pada akhirnya nabi Khidir pun menjelaskan alasan-alasan dibaliknya. Perahu yang dilubangi tersebut pada akhirnya tidak jadi dirampas oleh penguasa lalim yang saat itu sedang melakukan pesta di pinggir pantai. Perahu yang masih bagus akhirnya dirampas dan tidak dikembalikan.
Sementara seorang anak yang dibunuh tersebut justru pada akhirnya jika dewasa akan menjadi cela dan mengkafirkan kedua orang tuanya. Sedangkan bangunan yang diperbaiki, terdapat harta anak yatim di dalamnya sehingga jika terkuak, harta anak yatim tersebut akan diambil oleh orang lain.
Apakah kita tidak tertarik menjadi influencer langit seperti nabi Khidir?
Tidak usah risau jika follower kita sedikit di dunia, asalkan kita benar-benar menjadi sosok yang terkenal di langit karena kedekatan kita kepada Tuhan dan amal saleh kita selama berada di dunia. Prof Nasaruddin Umar berpesan bahwa untuk menjadi selebriti atau influancer langit itu adalah bertaqarrub atau selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.  Â
Momen bulan Ramadan inilah esensinya kita sedang ditempa menjadi influencer langit. Meningkatkan ketakwaan kita agar merasa terus diawasi dan selalu dekat dengan Tuhan. Sehingga segala tindak tanduk dan tingkah laku kita benar-benar sesuai dengan pedoman agama, rahmat bagi keluarga, lingkungan dan semesta alam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H