Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tubuh Sehat Saja Tak Cukup, Ini Juga Penting!

14 Januari 2020   08:19 Diperbarui: 14 Januari 2020   08:27 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehat jasmani saja ternyata belum cukup, karena dari cerita kang Rifki (ketua Ketapels) ternyata ada seseorang yang rajin jogging, tapi tetap terkena penyakit jantung. Lalu apa yang salah?

Dari bincang-bincang dan sharing bersama narasumber Ketapels mas Agung, Ibu Ngesti dan mbak Agatha, justru harus seimbang antara olahraga dan juga pikiran di Jeletreng River Park, BSD (12 Januari 2020).

Healthy Inside A la Mey Agatha

Jangan salah lho, orang yang sehat pun terkadang malah punya beban pikiran yang berat sehingga menjadi sumber penyakit yang sesungguhnya.

Itulah kenapa ketika mbak Mey bercerita tentang pengalamanya berdamai dengan diri sendiri benar-benar memberikan pencerahan bagi saya.

Untuk cerita pengalaman bu Ngesti dan mas Agung sengaja tidak saya ceritakan di sini karena teman-teman lain sudah menceritakanya panjang lebar. 

Mey Agatha /EO Ketapels (dok.ketapels)
Mey Agatha /EO Ketapels (dok.ketapels)

Saya tertarik dengan materi "healthy inside" yang dibawakan oleh mbak Mey. Di usia kepala setengah abad, banyak yang mengamini bahwa penampilan luar mbak Mey tetap ceria dan selalu positif.

Stress Berat Berujung Pada Keinginan Bunuh Diri

Namun, ternyata kami warga Ketapels tidak ada yang tahu bahwa sesungguhnya dia pernah punya pengalaman yang kelam. 

Mbak Mey bercerita bahwa dirinya sempat terpikir untuk melakukan bunuh diri. Disaat kariernya melejit, segalanya bisa didapatkan tetapi ia malah merasa tertekan dengan kondisi lingkungan dan dirinya sendiri.

Biasanya hal seperti ini dirasakan oleh orang-orang yang sudah memasuki usia 30 hingga 40 di saat performa berada di masa puncak-puncaknya. Posisi dan beban yang ditanggung terkadang tidak sebanding dengan wadah tubuh dan pikiran sehingga berujung pada stress dan beban mental yang berat.

Wajar jika pekerjaan yang menuntut tanggung jawab tinggi pun akhirnya memengaruhi pada kehidupan pribadi.

Urung Bunuh Diri Karena Perkataan Motivator

Beruntung saat itu mbak Mey berada dalam satu titik berhasil diselamatkan oleh perkataan seorang motivator. Meskipun kadang-kadang perkataan motivator hanya dianggap angin surga, tetapi justru perkataan motivator yang satu ini berhasil mengurungkan niat mbak Agatha untuk mengakhiri hidupnya di masa-masa suram sekitar 10 tahun yang lalu.

Berkumpul bersama bisa jadi pelipur lara (dok.ketapels)
Berkumpul bersama bisa jadi pelipur lara (dok.ketapels)

Padahal saat itu ia hanya mendengarkan sesi tanya jawab antara peserta lain dan motivator. Jadi sebenarnya bukan pertanyaan dia sendiri. Tapi, mungkin sudah suratan takdir jika pertanyaan tersebut mewakili perasaannya.

"Apa yang harus saya lakukan ketika dalam posisi ini saya ingin bunuh diri?" tulis seorang peserta dalam secarik kertas. Pertanyaan itu yang diterjemahkan seorang penerjemah kepada motivator asal Amerika Serikat, yang juga merupakan penasihat presiden Amerika George Bush.

Mbak Mey justru takjub dengan jawaban sang motivator dengan menjawabnya sepersekian detik setelah pertanyaan dibacakan. Jawaban itu ternyata TO FORGIVE and TO LOVE.

Konsep Menjaga Hati dalam Islam

Jujur saat mendengar cerita itu, saya kembali pada memori masa-masa Aa Gym berdakwah di awal-awal sebelum terkenal. Saat itu ia mengenalkan konsep Manajemen Qolbu. Inilah yang menurutnya menjadi sumber penyakit hati sehingga jika hatinya sakit, tubuhnya juga ikut sakit.

Kadang-kadang kita suka kesal pada orang lain tetapi tidak mengungkapkannya dengan cara yang positif lalu memendamnya. Terpendamnya perasaan benci inilah yang berbahaya dan akan menjadi penyakit di dalam tubuh.

Tidak hanya itu, kebiasaan julid terhadap kesuksesan dan prestasi orang lain pun menjadi sumber penyakit hati yang bakal bikin hidup jadi tersiksa. 

Itulah sebabnya, dalam setiap agama pasti diajarkan bagaimana bersabar, mau memaafkan orang lain dan tidak mendendam. 

Bahkan, kisah Nabi Muhammad SAW yang dizalimi oleh musuh-musuhnya tak lantas selalu dibalas dengan cara keras. Dalam kisah, Nabi SAW malah sering menyuapi orang buta yang kerap kali memakinya. Selain itu, Nabi SAW pun pernah mengunjungi seorang Yahudi yang sakit, padahal orang itulah yang sering melemparkan kotoran unta kepada Nabi SAW. 

Yup, kata kunci healthy inside itu saya rasakan tercermin dari sikap dan teladan Nabi Muhammad SAW. Secara sederhana, berpikirlah seperti Gus Dur, "gitu aja kok repot". Mulailah untuk memaafkan sikap dan perbuatan orang lain yang membuat kita marah kesal dan jengkel. Berusahalah bersabar dan melampiaskan marah dengan cara yang positif seperti menulis, jogging, hingga aktivitas lain yang bisa melepaskan energi kekesalan.

Ide sederhana mengendalikan Amarah dengan mudah

Dalam satu artikel bahkan disebutkan jika kamu dalam kondisi marah bisa dikendalikan dengan cara bermeditasi. Mbak Mey justru punya cara unik ketika marah yaitu dengan mandi dan keramas. Ternyata cara tersebut baginya sangat efektif untuk menghilangkan rasa amarahnya. Nabi pun mengajarkan untuk berwudhu atau berganti posisi ketika dalam kondisi marah.

keluarga Ketapels (dok.ketapels)
keluarga Ketapels (dok.ketapels)

Dari kegiatan tersebut, saya jadi merasa enteng dengan segala persoalan entah itu di rumah, di kantor maupun di lingkungan. Terus terang saya memang kerap marah juga dengan orang-orang yang tidak tertib di jalan. Tekanan-tekanan itulah yang saya rasakan ketiak berangkat dan pulang kantor sehingga membuat saya juga menjadi tertekan karena perilaku para pengguna sepeda motor yang suka nyalip dan nyelonong sembarangan.

Berkaca dari kegiatan Sehat Bersama Ketapels itulah saya mulai mencoba menjauhi hal-hal yang  bikin repot sendiri. Toh yang penting saya tetap menjaga agar bisa selamat di jalan. Setidaknya itu yang bisa dilakukan. 

Di akhir acara, ternyata peserta Sharing bersama Ketapels mendapatkan oleh-oleh dari Sunpride. Ini juga yang jadi concern saya karena saat ini saya sedang berusaha juga mengembalikan lingkar perut. 

Salah satu kelebihan Sunpride karena baru saja mendapatkan sertifikasi Good Agriculturan Practice (GAP). Sehingga dipastikan bahwa produkbua Sunpride seperti Nanas Honi, Pisang Cavendish dan Jambu Cyristal Sundpride dipastikan aman dari residu pestisida, logam berat, dan formalin. Percuma juga kan makan buah tapi ternyata buahnya dimacam-macamkan oleh oknum pedagang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun