Mbak Mey bercerita bahwa dirinya sempat terpikir untuk melakukan bunuh diri. Disaat kariernya melejit, segalanya bisa didapatkan tetapi ia malah merasa tertekan dengan kondisi lingkungan dan dirinya sendiri.
Biasanya hal seperti ini dirasakan oleh orang-orang yang sudah memasuki usia 30 hingga 40 di saat performa berada di masa puncak-puncaknya. Posisi dan beban yang ditanggung terkadang tidak sebanding dengan wadah tubuh dan pikiran sehingga berujung pada stress dan beban mental yang berat.
Wajar jika pekerjaan yang menuntut tanggung jawab tinggi pun akhirnya memengaruhi pada kehidupan pribadi.
Urung Bunuh Diri Karena Perkataan Motivator
Beruntung saat itu mbak Mey berada dalam satu titik berhasil diselamatkan oleh perkataan seorang motivator. Meskipun kadang-kadang perkataan motivator hanya dianggap angin surga, tetapi justru perkataan motivator yang satu ini berhasil mengurungkan niat mbak Agatha untuk mengakhiri hidupnya di masa-masa suram sekitar 10 tahun yang lalu.
Padahal saat itu ia hanya mendengarkan sesi tanya jawab antara peserta lain dan motivator. Jadi sebenarnya bukan pertanyaan dia sendiri. Tapi, mungkin sudah suratan takdir jika pertanyaan tersebut mewakili perasaannya.
"Apa yang harus saya lakukan ketika dalam posisi ini saya ingin bunuh diri?" tulis seorang peserta dalam secarik kertas. Pertanyaan itu yang diterjemahkan seorang penerjemah kepada motivator asal Amerika Serikat, yang juga merupakan penasihat presiden Amerika George Bush.
Mbak Mey justru takjub dengan jawaban sang motivator dengan menjawabnya sepersekian detik setelah pertanyaan dibacakan. Jawaban itu ternyata TO FORGIVE and TO LOVE.
Konsep Menjaga Hati dalam Islam
Jujur saat mendengar cerita itu, saya kembali pada memori masa-masa Aa Gym berdakwah di awal-awal sebelum terkenal. Saat itu ia mengenalkan konsep Manajemen Qolbu. Inilah yang menurutnya menjadi sumber penyakit hati sehingga jika hatinya sakit, tubuhnya juga ikut sakit.