Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jalaludin Rakhmat dan 1001 Cerita dalam Setiap Ceramahnya

27 Mei 2019   23:08 Diperbarui: 16 Februari 2021   10:33 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kang Jalal / tirto.id

Sebelum saya memulai bercerita, sosok ini mungkin menjadi sosok yang kontroversial di kalangan awam. Tapi, di kalangan orang Bandung. Sosok Jalaluddin Rakhmat bukan sosok yang asing. Kang Jalal, sapaan akrabnya dikenal sebagai salah satu penceramah sekaligus dosen salah satu Universitas Negeri terkemuka di tanah Pasundan.

Kang Jalal yang saya kenal adalah sosok yang sederhana. Ada salah satu kemiripan antara Kang Jalal dengan Gus Dur. Mereka sama-sama kutu buku. Hidupnya tak pernah lepas dari buku. Mungkin itulah sebabnya Kang Jalal selalu punya cerita yang menarik ketika disampaikan di dalam ceramah-ceramahnya.

Saat ini, Kang Jalal mungkin tidak sefenomenal ustaz yang selalu tampil di layar kaca, apalagi dikenal oleh generasi yang gandrung dengan hijrah. Tetapi, keilmuannya dalam bidangnya komunikasi dan ilmu politik tidak bisa diragukan lagi. Ia salah satu cendekiawan muslim yang lahir di kalangan Nahdatul Ulama tetapi justru malah aktif dalam gerakan Muhammadiyah. 

Sebagai kalangan minoritas, kini Kang Jalal pun mencalonkan lagi untuk yang kedua kalinya sebagai anggota legislatif dari salah satu partai pada Pileg 2019. Komitmennya memperjuangkan kalangan minoritas dan mustadh'afin mengantarkannya ke Senayan untuk  yang kedua kalinya.

Sosok seperti Kang Jalal dalam kacamata saya amat menarik. Ia begitu cerdas mengemas ceramahnya dari tempat yang satu dengan yang lain dengan sebuah cerita yang berbeda. 

Lazimnya seorang penceramah Jum'at, pada umumnya sebagian penceramah hanya membuat satu teks naskah khutbah Jumat, tapi bisa digunakan berkali-kali, asal disampaikan di tempat yang berbeda dan jamaah yang berbeda.

Kang Jalal / tirto.id
Kang Jalal / tirto.id
Tidak dengan sosok Jalaluddin Rakhmat. Apa yang saya rasakan ternyata dirasakan juga oleh orang lain. Selalu saja ada cerita baru dalam setiap ceramahnya. Inilah yang menjadi salah satu daya tarik seorang Jalaluddin Rakhmat.

Ada sebuah cerita dari Kang Jalal yang saya ingat sampai kini. Bagaimana sosok Kang Jalal ternyata bisa belajar dari seorang kakek tua yang pikun tapi menunjukkan rasa cinta yang besar terhadap Rasulullah SAW. Saat itu, Kang Jalal tidak begitu mengikuti tradisi Maulidan, layaknya warga Muhammadiyah. 

Namun, sebuah kejadian mengubah persepsinya tentang Maulidan. Sosok yang diceritakan oleh Kang Jalal tersebut adalah tetangganya sendiri yang tidak berpendidikan dan sudah tua. 

Suatu ketika, kereta api menyambar si kakek tua. Dalam keadaan sakaratul maut, orang yang dianggapnya tidak berpendidikan itu justru menunjukkan betapa cintanya kepada Rasulullah SAW. Ia meminta kang Jalal agar tak lupa memperingati maulid nabi.

Dari pengalaman spiritualnya itulah mungkin akhirnya Kang Jalal menelurkan sebuah buku Dahulukan Akhlak di Atas Fiqih (2007). Menurutnya, perbedaan yang ada di tengah masyarakat saat ini bukan sesuatu yang patut dipertentangkan, melainkan justru mempersatukan. Tidak ada persatuan jika tidak ada perbedaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun