Ingin rasanya kuungkapkan kalimat bahwa aku juga merindukannya. Tapi, lidahku tercekat.
***
Pukul 24.00 tengah malam, tiba-tiba datang dua orang berbadan tegap ke rumah kakek dan nenek.
Seketika tangisan ibu pecah. Aku hanya termenung dari balik pintu memahami apa yang terjadi.
Saat itu, entah kenapa pipiku basah. Sambil menatap adikku yang terlelap dengan foto ayah di pangkuannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!