Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ludens Cafe, Tempat Dua Mantan Guru Membangun Impian Berwirausaha

13 Mei 2019   05:59 Diperbarui: 13 Mei 2019   06:06 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Geng Ketapels bersama pak Setiadi (paling kiri) dan Bayu (menggunakan celemek hitam) / dok.pribadi

"Pak Dzul, nanti kafe gue buka akhir April ya. Kalau bisa, ajak teman-teman blogger buat review" kata Bayu.

Bayu adalah rekan saya sesama guru. Boleh dibilang, Bayu menjadi teman diskusi yang mengasyikkan. Meski kadang orangnya ngototan juga hahahaha. Bisa jadi Ludens Cafe juga menjadi bukti bahwa Bayu memang ngotot untuk berwirausaha. Ia berani meninggalkan zona nyamannya. Padahal tinggal selangkah lagi ia mendapatkan sertifikasi sebagai seorang pendidik. 

Berbincang bersama para pengusaha kuliner sembari menikmati kopi v60 yang nikmat / dok. Ono
Berbincang bersama para pengusaha kuliner sembari menikmati kopi v60 yang nikmat / dok. Ono

Momen itulah yang saya lakukan pada tahun 2015 silam. Saat itu saya mengambil keputusan besar dengan meninggalkan dunia pendidikan. Saya merasa tidak banyak memberikan sumbangsih bagi anak-anak yang saya didik. Saya berpikir bahwa saya lebih enjoy untuk menjadi seorang content creator. Entah sebuah passion atau hanya sebuah pelarian dari kegundahan kondisi pendidikan saat itu.

Namun, setelah lima tahun berselang. Saya merasa bahwa keputusan saya untuk meninggalkan dunia pendidikan pada saat itu serta memilih fokus dalam bidang tulis menulis merupakan keputusan yang tepat. Kini saya merasa enjoy dan nyaman dengan apa yang saya pilih dan saya lakukan. 

Teman minum kopi / dok.pribadi
Teman minum kopi / dok.pribadi
Barangkali itulah yang kini dirasakan oleh kedua teman saya. Bayu dan pak Setiadi. Bayu sudah menjadi rekan saya selama lebih dari tujuh tahun berkecimpung dalam dunia pendidikan. Sedangkan pak Setiadi pernah menjadi mantan atasan saya, saat ia menjadi kepala sekolah di tempat yang sama.

Kegundahan mereka akhirnya bisa diobati dengan mendirikan usaha bersama. Bayu dan Pak Setiadi mencoba bekerja sama dengan bapak Maryono. Rumah Makan Ayam Panggang Klaten inilah yang akhirnya diubah menjadi sebuah kafe yang menawarkan konsep baru dan segar.

Trio pengusaha ini berbagi peran di Ludens Cafe. Bayu menjadi manager operasional, pak Setiadi bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan di Kafe sementara pak Maryono menggawangi urusan personalia. Mereka dibantu oleh Imam Desta Lesmana (Medsos), Roch Aksiadi (Digital Marketing), Een Maimanah (Chef) dan Nur Cahyati (waitress).

Pisang Goreng semanis madu / dok.pribadi
Pisang Goreng semanis madu / dok.pribadi

Lokasi Ludens Cafe berada di Jalan Permata Medang, Scientia, Gading Serpong. Asal muasal kata Ludens diambil dari kata Homo Ludens yang berarti makhluk yang suka bermain. Kafe Ludens menjadi representasi bagi komunitas atau orang-orang yang memang ingin mencari tempat untuk bermain, berinteraksi dan bersosialisasi.

Inilah yang nantinya akan menjadi kekuatan Ludens Kafe. Pak Setiadi mengungkapkan bahwa salah satu yang akan dilakukan adalah membangun komunitas. Maka, salah satu langkah awal di masa pembukaannya dengan mengundang berbagai komunitas termasuk Komunitas Kompasiener Tangerang Selatan Plus.

Kebetulan lokasinya memang berdekatan dengan tempat tinggal beberapa Kompasianer seperti mbak Uli Hape, Mas Yusep, Mas Ono, Mbak Tutty dan Mbak Alia.

Geng Ketapels bersama pak Setiadi (paling kiri) dan Bayu (menggunakan celemek hitam) / dok.pribadi
Geng Ketapels bersama pak Setiadi (paling kiri) dan Bayu (menggunakan celemek hitam) / dok.pribadi

Saat memasuki pintu masuk, kami sudah disambut dengan konsep terbuka. Di depan kafe tersedia dua meja berderet tepat berada di bawah rimbunnya pohon. Pohon inilah yang menjadi daya tarik di Ludens Cafe. Sebuah impian bisa bersantai di depan teras rumah yang memiliki pohon yang menjadi peneduh alami.

Untuk mengukuhkan Ludens Kafe sebagai tempat bermain, konsepnya pun dibuat sedemikian rupa sehingga menyenangkan bagi berbagai usia dan latar belakang. Beberapa permainan masa kecil disediakan untuk menemani pelanggan seperti halma, ular tangga hingga catur.

Ayam Panggang Klaten disajikan dengan Sayur Asem / dok.pribadi
Ayam Panggang Klaten disajikan dengan Sayur Asem / dok.pribadi

Soal menu menurut saya sangat variatif. Bukan hanya identik dengan kopi specialty dari Tanah Rencong saja, tetapi juga makanan khas daerah seperti Rawon, Gado-Gado, Ayam Panggang Klaten, Sosis Bakar hingga Shabu-shabu Tomyam. 

Camilannya pun cukup beragam seperti khas Indonesia, gorengan tahu isi dan pisang. Untuk para penggemar micin pun disediakan berbagai menu olahan mi instan berbagai rasa. 

671f45e2-3408-4473-9ad6-6e50149ad0d9-5cd8a4846db843654f3e8f0b.jpg
671f45e2-3408-4473-9ad6-6e50149ad0d9-5cd8a4846db843654f3e8f0b.jpg
Momen tanggal 5 Mei 2019, tepat sehari sebelum Ramadan menjadi acara yang hangat. Karena selain bisa mereview makanan, kamu pun bisa bersilaturahmi dengan sesama anggota Ketapels. 

Ludens Kafe akan bukan hanya menjadi sebuah tempat untuk berkumpul, ngopi dan makan-makan tetapi juga bisa menuangkan ide melalui distro tempat untuk membuat kaos custom sesuai selera dan beragam merchandise. Konsep inilah yang membuat Ludens kafe berbeda dengan tempat makan lain di sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun