Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Narasi Survei Kompas Dipelintir Kubu 02 Seolah Peluang Makin Besar

30 Maret 2019   12:20 Diperbarui: 30 Maret 2019   12:36 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemilu 2019 / Tribunnews

Melihat tema kampanye 02 seperti tidak ada perkembangan yang signifikan. Kalau bukan menyalahkan Jokowi, kemudian membuat narasi sandiwara lainnya biar heboh dan ramai. Padahal tidak ada esensinya sama sekali.

Maka, kelakar seorang teman bahwa sejatinya kampanye 01 dan 02 itu ya cuma seputar obrolan tentang Jokowi. Kubu 01 berkampanye program kerja Jokowi sementara kubu 02 sibuk mencari kesalahan 02.

Bagi generasi milenial yang mau berpikir dengan akal sehat, tentu banyak yang mempertanyakan apa sebenarnya program Prabowo? Meskipun sudah punya program dalam visi dan misinya sebagai capres, tetapi tidak pernah dikampanyekan di sosial media apalagi dalam kesempatan debat terbuka.

Sehingga narasi yang diputar hanya berkutat pada isu itu-itu saja. BBM mahal, sembako mahal, sulit mendapatkan pekerjaan dan utang yang makin bertambah.

Konsekuensinya kubu 02 memang dianggap tidak memiliki program yang nyata, program andalan yang bisa diadu secara head to head dengan program kerja Jokowi.

Bahkan, saat pidato visi misi saja sudah amat jelas. Visi misi 02 berbelit-belit dan berkutat pada tataran teoritis seputar wacana kalau saya jadi presiden mau ini itu dan bla-bla-bla.

Beda dengan Jokowi yang mudah dicerna oleh rakyat lapisan paling bawah sekalipun. Kartu Pra Kerja, Kartu Sembako Murah dan Kartu Kuliah. Ketiga kartu ini ada yang benar-benar baru dan ada yang merupakan program kelanjutan dari program sebelumnya.

Seperti kata Meutia Hafiz salah satu juru bicara TKN mengatakan bahwa program sekarang sebetulnya merupakan kelanjutan dari program Jokowi selanjutnya. Satu contoh jika sebelumnya anak-anak bisa bersekolah dengan gratis hingga tingkat SMA, kini dilanjutkan hingga jenjang perguruan tinggi.

Jadi, jangan heran jika kubu 02 hanya pintar memutar fakta dan data. Termasuk memelintir survei Kompas. Kubu 02 seolah-olah mendapatkan angin segar dengan elektabilitas Jokowi di bawah 50%. Padahal, jika ditelisik lebih jauh lagi, tingkat elektabilitas Jokowi-Amin masih berada atas Prabowo Sandiaga Uno.

Karena memang tidak punya program yang jelas, survei Kompas saja dijadikan narasi kemenangan Prabowo Sandiaga Uno. Bicara soal kemampuan kubu 02 membaca saja masih absrud dan tidak jelas. Yang disuarakan hanyalah elektabilitas Jokowi yang turun, bukan malah membicarakan bagaimana usaha Prabowo Sandi mendongkrak elektabilitasnya yang hanya 37,4% masih di bawah Jokowi Amin yang berada di angka 49,2%.

Jangan lupa juga bahwa tren elektabilitas Jokowi Amin masih naik sementara elektabilitas Prabowo Sandi cenderung turun. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil survei sebelumnya baik dari survei Kompas maupun hasil survei SMRC misalnya.

Di sisa waktu yang mepet ini, kubu 02 akan terus menunggu kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Jokowi. Sehingga narasi itulah yang diolah menjadi serangan terhadap kubu 01. Berbeda dengan kubu 01 yang justru sibuk meluruskan hoax dan fitnah yang selama ini digulirkan dan dialamatkan kepada pemerintah. 

Malahan, kubu 02 sudah sejak awal meragukan independensi KPU dengan hoax 7 juta surat suara yang telah tercoblos. Simak juga omongan Amien Rais yang meminta KPU tidak menggelar perhitungan suara di Hotel Borobudur dengan alasan banyak jin dan genderuwonya. Alasan seperti itu justru menghinakan dirinya sendiri. Sosok sekelas Amien Rais saja sampai sebegitunya mencoba mendelegitimasi KPU.

Apa yang perlu dilakukan relawan Jokowi?

Relawan dan mesin politik Jokowi harus benar-benar memanfaatkan sisa waktu yang ada secara optimal. Tampil di berbagai media menunjukkan bahwa Jokowi tidak anti Islam, tidak anti ulama malahan menggandeng ulama sebagai cawapresnya. 

Turun ke lapangan door to door meyakinkan bahwa di bawah pemerintahan Jokowi tidak ada yang perlu dikhawatirkan seperti yang dituduhkan emak-emak Pepes 

Sosok yang paling ampuh menangkal itu semua contohnya seperti sosok Adian Napitupulu yang dengan mudah bisa membungkam Dahnil, Priyo Budi, dan Mardani Ali Sera.

Seperti kata Adian, jangan pernah rela menyerahkan kekuasaan kepada orang yang pernah dipecat dari jabatannya sesuai dengan surat keputusan DKP. Jadi, pemecatan Prabowo bukan tuduhan, hoax ataupun fitnah. Ini harus clear! 

"Kubu 02 didukung oleh Tommy Soeharto yang terbukti membunuh seorang Hakim. Bagaimana mungkin kita menyerahkan pada orang-orang seperti ini? Saya tidak mau!" Pungkas Adian dalam acara MataNajwa.

Narasi kompas hanyalah persoalan sepele jika dibandingkan dengan pemecatan dan bukti kejahatan yang dilakukan oleh Tommy Soeharto. Tidak bisa dibayangkan jika mereka menjadi bagian pemimpin tertinggi negeri ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun