Melihat tema kampanye 02 seperti tidak ada perkembangan yang signifikan. Kalau bukan menyalahkan Jokowi, kemudian membuat narasi sandiwara lainnya biar heboh dan ramai. Padahal tidak ada esensinya sama sekali.
Maka, kelakar seorang teman bahwa sejatinya kampanye 01 dan 02 itu ya cuma seputar obrolan tentang Jokowi. Kubu 01 berkampanye program kerja Jokowi sementara kubu 02 sibuk mencari kesalahan 02.
Bagi generasi milenial yang mau berpikir dengan akal sehat, tentu banyak yang mempertanyakan apa sebenarnya program Prabowo? Meskipun sudah punya program dalam visi dan misinya sebagai capres, tetapi tidak pernah dikampanyekan di sosial media apalagi dalam kesempatan debat terbuka.
Sehingga narasi yang diputar hanya berkutat pada isu itu-itu saja. BBM mahal, sembako mahal, sulit mendapatkan pekerjaan dan utang yang makin bertambah.
Konsekuensinya kubu 02 memang dianggap tidak memiliki program yang nyata, program andalan yang bisa diadu secara head to head dengan program kerja Jokowi.
Bahkan, saat pidato visi misi saja sudah amat jelas. Visi misi 02 berbelit-belit dan berkutat pada tataran teoritis seputar wacana kalau saya jadi presiden mau ini itu dan bla-bla-bla.
Beda dengan Jokowi yang mudah dicerna oleh rakyat lapisan paling bawah sekalipun. Kartu Pra Kerja, Kartu Sembako Murah dan Kartu Kuliah. Ketiga kartu ini ada yang benar-benar baru dan ada yang merupakan program kelanjutan dari program sebelumnya.
Seperti kata Meutia Hafiz salah satu juru bicara TKN mengatakan bahwa program sekarang sebetulnya merupakan kelanjutan dari program Jokowi selanjutnya. Satu contoh jika sebelumnya anak-anak bisa bersekolah dengan gratis hingga tingkat SMA, kini dilanjutkan hingga jenjang perguruan tinggi.
Jadi, jangan heran jika kubu 02 hanya pintar memutar fakta dan data. Termasuk memelintir survei Kompas. Kubu 02 seolah-olah mendapatkan angin segar dengan elektabilitas Jokowi di bawah 50%. Padahal, jika ditelisik lebih jauh lagi, tingkat elektabilitas Jokowi-Amin masih berada atas Prabowo Sandiaga Uno.
Karena memang tidak punya program yang jelas, survei Kompas saja dijadikan narasi kemenangan Prabowo Sandiaga Uno. Bicara soal kemampuan kubu 02 membaca saja masih absrud dan tidak jelas. Yang disuarakan hanyalah elektabilitas Jokowi yang turun, bukan malah membicarakan bagaimana usaha Prabowo Sandi mendongkrak elektabilitasnya yang hanya 37,4% masih di bawah Jokowi Amin yang berada di angka 49,2%.