Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

BPN Laporkan Jokowi Ibarat Membuka "Borok Prabowo"

24 Februari 2019   08:40 Diperbarui: 24 Februari 2019   12:33 1775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Infrastruktur apa yang akan Bapak bangun untuk mendukung perkembangan unicorn Indonesia?" tanya Jokowi.

"Yang Bapak maksud unicorn? Maksudnya yang online-online itu, iya, kan?" jawab Prabowo.

Gara-gara pertanyaan itu, BPN meradang. Alasannya Jokowi dianggap menjebak dengan pertanyaan tentang unicorn.


Tapi, tak hanya itu saja yang membuat BPN marah. Saat Jokowi menyinggung soal 330 ribu hektare lahan yang "dikuasai" Prabowo pun sampai membuat beberapa petinggi BPN mendatangi tempat duduk pimpinan KPU dan melakukan protes.

Langkah BPN tersebut sebetulnya blunder. Hal itu justru menunjukkan bahwa BPN memahami kalau Prabowo tak memahami unicorn. Padahal seperti pendapat beberapa pakar, jika saja Prabowo bisa mengolah pertanyaan tersebut justru bisa membalikkan keadaan.

Sayang, seperti pendapat Adian Napitupulu bahwa Prabowo memang tidak menguasai masalah. Menurutnya, Prabowo seperti ragu dengan pertanyaan Jokowi. 

Sebetulnya jawaban Prabowo tak salah-salah amat. Prabowo mengatakan bahwa akan memangkas sejumlah regulasi. Seperti kita tahu bahwa saat ini memang startup banyak yang menabrak regulasi. Contohnya saja polemik Taksi Online dengan Dishub misalnya.

Disinilah Jokowi hadir untuk memberikan jalan kelonggaran regulasi pada startup yang baru berkembang saat itu. Gojek misalnya, Jokowi dan Ahok saat itu justru mendukung keberadaan Gojek di tengah meningkatnya penolakan taksi online dan ojek online merebak di daerah Jabodetabek.

Harus diakui bahwa Gojek menggerakkan ekonomi, mitranya saja sudah lebih dari 900 ribu dengan 125 ribu merchant yang bekerja sama dengan Gojek.

Itu belum termasuk Bukalapak yang menggandeng 700 ribu pelaku usaha di Indonesia. Malahan pada Januari 2019 Bukalapak mengungkapkan ada 4 juta pelapak dan 50 juta pengguna di Bukalapak. 

Ini jelas sesuatu hal yang luar biasa.

Maka, agak aneh jika ada yang menganggap pertanyaan Jokowi tentang infrastruktur Unicorn dianggap menjebak bahkan melenceng dari tema.

Benar kata BPN, jika kue teknologi seperti ini tidak dipersiapkan justru akan dinikmati oleh investor asing. Maka, langkah Jokowi dengan meluncurkan satelit nusantara sebagai salah satu upaya untuk mendukung berkembangnya startup-startup di Indonesia. Mendorong mereka menjadi unicorn-unicorn baru bukan hanya dalam kancah dalam negeri tapi juga hingga ke luar negeri.   

Unicorn dan TPID

JIka BPN meradang mungkin ada alasan tersendiri. BPN seperti dilanda trauma dengan kebingungan Prabowo saat ditanya tentang TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) dalam debat capres tahun 2014 lalu.

"Singkatan TPID bagaimana Pak?" kata Prabowo saat ditanya tentang TPIB.


Jawaban Prabowo saat itu juga normatif dan tidak mendalam. Persis seperti ketika ditanya tentang infrastruktur unicorn.

Beberapa pakar komunikasi berpendapat bahwa debat capres kedua yang hanya diikuti oleh para capresnya saja menjadi panggung bagi Jokowi karena dianggap lebih siap dengan data dan perencanaan yang selama ini sudah dilakukan.

Jawaban jawaban Prabowo dianggap terlalu normatif dan tidak menyentuh masalah. Bahkan Prabowo seperti frustasi karena tidak bisa mengeksplorasi masalah dan sepakat untuk menyelesaikan topik tertentu dengan alasan sudah sepaham.

BPN Kelabakan

Panggung debat capres kedua ini sudah menjadi milik Jokowi. Dalam dinamika yang terjadi di tengah masyarakat justru yang tren adalah soal unicorn dan kepemilikan tanah Prabowo.

Artinya "serangan" Jokowi sudah tepat dan efektif karena membuka jutaan mata rakyat yang menonton debat pada 17 Februari lalu.

Inilah yang membuat BPN kelabakan. Kemudian seolah olah menjadi korban menyatakan bahwa Jokowi menyerang personal dan menganggap Jokowi memberikan pertanyaan jebakan.

Langkah BPN melaporkan Jokowi tentang unicorn dan tanah saja sudah menjadi langkah yang membuka borok Capres yang diusungnya sendiri. Menguatkan kembali bahwa Prabowo memang punya cela, tak memahami visi misi revolusi industri 4.0.

Pada akhirnya kisi-kisi yang selama ini digemborkan membuat Jokowi terlihat unggul justru membalikkan posisi Prabowo.

BPN terhenyak dengan kesigapan Jokowi berdebat tanpa kisi-kisi. Mungkin istilah tentang "unicorn" juga alpa dimasukkan tim BPN dalam daftar singkatan yang perlu diingat oleh Prabowo.

Meminjam istilah Kompasianer, pada akhirnya jangan memaksakan kucing Anggora menjadi Macan Asia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun