Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fadli Zon dalam Pusaran Ujaran Kebencian

10 Februari 2019   22:42 Diperbarui: 11 Februari 2019   05:58 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fadli Zon dituntut minta maaf kepada Mbah Moen karena unggahan puisinya / Foto Tribun Medan

Kalau sosok Soekarno punya nama besar karena gagasan dan jasanya kepada bangsa, berbeda dengan Fadli Zon yang punya nama besar karena kontroversinya.

Sosok politisi muda yang gemar membuat puisi ini hampir selalu gatal jika tak mengeluarkan puisi-puisinya yang "picisan" tersebut.

Kita jadi ingat dengan kegemaran SBY saat masih memimpin negeri ini. Gemar bikin album di tengah kesibukannya. Tapi, justru tidak produktif lagi setelah pensiun.

Bisa saja Fadli Zon pun demikian. Produktif saat menjabat sebagai anggota dewan. Entah nanti jika sudah pensiun. Jadi, sepertinya ia sangat menikmati sekali produktivitasnya merangkai kata meski harus melukai hati sebagian anak bangsa.

Fadli Zon dan Trending Kontroversi
Bukan Fadli namanya jika tidak jadi perbincangan di media maupun dalam trending Youtube. Seperti rekannya Fahri Hamzah dan Rocky Gerung yang berhari-hari selalu tayang dalam headline media mainstream.

Sosok yang pernah berfoto di depan Makam Karl Mark ini, tercatat beberapa kali terlibat dalam beberapa kasus ujaran kebencian.

Fadli Zon dan Fahri Hamzah pernah dilaporkan dalam kasus ujaran kebencian medio Maret 2018 lalu. Fadli dianggap ikut menyulut kebencian karena meretweet cuitan Fahri Hamzah tentang berita Hoax MCA (Muslim Cyber Army).

Fadli merasa aman-aman saja karena bukan sebagai sumber primer melainkan ikut menyebarkan sumber primer tersebut.

Logika Fadli, jika ia ditangkap, maka sumber primer juga harus ditangkap. Arinya jika sumber primer ditangkap, Fadli pun bisa terkena jeratan pasal karena ikut menyebarkan hoax alias menjadi sumber sekunder.

Inilah yang selama ini dijadikan oleh Fadli Zon saat "ikut-ikutan" menyebarkan hoaks maupun ujaran kebencian.

Selain pernah terkena kasus hoax MCA, Fadli juga banyak dikritik karena ikut-ikutan membela unggahan hoaks Andi Arief.

Twit wasekjen Andi Arief tentang tujuh kontainer kertas surat suara yang tercoblos itu dibela habis-habisan oleh Fadli Zon. Bahkan Fadli Zon berusaha untuk mendelegitimasi KPU dengan prasangka-prasangka yang memojokkan KPU.

Sebagai wakil rakyat yang cerdas, Fadli Zon seharusnya bisa memberikan pernyataan-pernyataan yang menyejukkan dan berdasarkan fakta dan data.

Nyatanya selama ini Fadli Zon kerap kali terjebak dalam rendahnya literasi digital seperti netizen umumnya yang ikut menyebarkan tanpa melakukan cross check terlebih dahulu.

Padalah, sebagai wakil rakyat, Fadli Zon bisa saja meminta asisten atau staf ahlinya untuk menelusuri berita-berita panas sebelum diunggah di akun sosial medianya.

Fadli Zon melukai hati warga NU
Tapi, Fadli tetaplah Fadli. Politisi yang pernah berfoto dengan bangga bersama Trump ini memang unik. Bahkan terlampau unik sampai-sampai pusinya pun mengkritik ulama kharismatik sebagai makelar doa.

Inilah yang akhirnya dihadapi oleh Fadli Zon saat ini. Fadli seperti tak bisa berkutik lagi dari musibah kepeleset jempolnya.

Fadli merasa puisinya itu harus segera diunggah demi tak kehilangan momen. Celakanya justru puisinya tersebut yang banyak dipersoalkan warga NU karena dianggap melecehkan dan merendahkan Ulama, Kyai Sepuh NU, Mbah Moen.

Kata-kata yang dianggap menyakiti warga NU adalah "Direvisi sang Bandar",

Menurut beberapa pengamat, kalimat tersebut ditujukan pada Mbah Moen. Wajar saja jika banyak santri maupun tokoh NU yang mempertanyakan puisi Fadli.

Para santri sudah terlanjur terluka dengan ujaran kebencian yang dibungkus dengan puisi.

Kini yang "ditembak" oleh Fadli Zon bukan orang sembarangan, tetapi Kyai Sepuh, Kyai Maimun Zubair.

Baru kali ini Fadli Zon benar-benar kena batunya. Pasalnya sudah ratusan santri di Jember dan Kudus yang turun ke jalan menuntut Fadli untuk meminta maaf.

Fadli Zon dituntut meminta maaf kepada Mbah Moen
Fadli tetaplah Fadli, sosok yang tak akan pernah merasa bersalah dan pandai berkelit.

Fadli menganggap tak ada yang salah dengan puisinya. Ia juga berkilah bahwa puisinya tersebut bukan diperuntukkan apalagi menyudutkan Mbah Moen.

Meskipun Fadli mencoba meredakan api yang terbakar dengan mengunggah foto dirinya bersama Mbah Moen, namun tak ada kata maaf yang tercuitkan.

Putra Mbah Moen, Taj Yasin Maimoen saja sampai meradang dengan puisi Fadli Zon.

Ia berharap agar Fadli Zon tidak kerap kali membuat gaduh, apalagi ia adalah sosok publik figur.

Puisi Fadli Zon dianggap merendahkan kyai dan menurunkan martabat Mbah Moen. Siapa yang tak marah jika orang tua yang sangat disayangi dan dihormati diperlakukan seperti itu?

Meskipun sudah banyak tokoh yang meminta Fadli Zon untuk meminta maaf, tampaknya tidak ada tanda-tanda bahwa Fadli akan melakukannya.

Sama seperti kasus-kasus sebelumnya. Tidak ada kamus "maaf" bagi Fadli Zon. Ia akan terus berkeras membela pendapatnya sendiri. Termasuk saat menyebarkan hoax Ratna Sarumpaet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun