Twit wasekjen Andi Arief tentang tujuh kontainer kertas surat suara yang tercoblos itu dibela habis-habisan oleh Fadli Zon. Bahkan Fadli Zon berusaha untuk mendelegitimasi KPU dengan prasangka-prasangka yang memojokkan KPU.
Sebagai wakil rakyat yang cerdas, Fadli Zon seharusnya bisa memberikan pernyataan-pernyataan yang menyejukkan dan berdasarkan fakta dan data.
Nyatanya selama ini Fadli Zon kerap kali terjebak dalam rendahnya literasi digital seperti netizen umumnya yang ikut menyebarkan tanpa melakukan cross check terlebih dahulu.
Padalah, sebagai wakil rakyat, Fadli Zon bisa saja meminta asisten atau staf ahlinya untuk menelusuri berita-berita panas sebelum diunggah di akun sosial medianya.
Fadli Zon melukai hati warga NU
Tapi, Fadli tetaplah Fadli. Politisi yang pernah berfoto dengan bangga bersama Trump ini memang unik. Bahkan terlampau unik sampai-sampai pusinya pun mengkritik ulama kharismatik sebagai makelar doa.
Inilah yang akhirnya dihadapi oleh Fadli Zon saat ini. Fadli seperti tak bisa berkutik lagi dari musibah kepeleset jempolnya.
Fadli merasa puisinya itu harus segera diunggah demi tak kehilangan momen. Celakanya justru puisinya tersebut yang banyak dipersoalkan warga NU karena dianggap melecehkan dan merendahkan Ulama, Kyai Sepuh NU, Mbah Moen.
Kata-kata yang dianggap menyakiti warga NU adalah "Direvisi sang Bandar",
Menurut beberapa pengamat, kalimat tersebut ditujukan pada Mbah Moen. Wajar saja jika banyak santri maupun tokoh NU yang mempertanyakan puisi Fadli.
Para santri sudah terlanjur terluka dengan ujaran kebencian yang dibungkus dengan puisi.
Kini yang "ditembak" oleh Fadli Zon bukan orang sembarangan, tetapi Kyai Sepuh, Kyai Maimun Zubair.