Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Peta Dukungan Kekuatan Partai Koalisi Memenangkan Jokowi dalam Pilpres 2019

5 Februari 2019   22:26 Diperbarui: 5 Februari 2019   22:30 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Partai pendukung Jokowi/merdeka.com

Upaya Jokowi untuk melanjutkan jabatan presiden untuk kedua kalinya memang menghadapi jalan yang cukup terjal. Semburan hoaks yang begitu besar nampaknya akan menjadi tantangan tersendiri bagi dukungan kekuatan partai koalisi.

Jokowi kini diusung oleh sepuluh partai besar termasuk partai baru yang sudah mencuri perhatian masyarakat. Kesepuluh partai tersebut adalah PDIP, PPP, PKB, Golkar, Nasdem, PSI, Perindo, PKPI, Hanura, dan PBB.

Sementara itu di sisi lain, partai pendukung Prabowo pun tak bisa dipandang remeh. Diantaranya adalah Gerindra, PKS, PAN serta yang baru gabung terakhir adalah Demokrat.

Pernah berada dalam pemerintahan bahkan bisa memenangkan dua periode berturut-turut. Kekuatan Demokrat dan PKS yang dikenal militan meskipun kini pecah, tidak bisa dikesampingkan.

Meskipun begitu, jika berkaca dari perolehan suara partai pada pemilu 2014 lalu, partai pengusung Jokowi masih berada di atas angin. Jika perolehan partai pengusung Jokowi dijumlahkan, akan mendapatkan suara kira-kira 79.5 juta suara.

Sedangkan kekuatan partai yang mengusung Prabowo dan Sandiaga Uno cukup jomplang dengan total suara sekitar 45,4 juta suara.

Hitung-hitungan kasar ini memang tidak mencerminkan kondisi saat ini. Apalagi data tersebut sudah lewat dari 4 tahun yang lalu saat Jokowi bersama JK bertarung untuk mendapatkan kursi yang saat ini mereka duduki.

Namun demikian, jika saja mesin politik yang mengusung kedua capres berputar dengan baik pada porosnya, dalam arti bisa mempertahankan suaranya 4 tahun yang lalu, sudah bisa dipastikan kedudukan petahana berada di atas angin.

Pihak oposisi tentu saja tak mungkin jika tak menyadari kondisi demikian.

Kondisi itulah yang terus menerus digempur, digembosi, dan dicari celah serta kesalahannya. 

Bahkan fitnah yang menyerang Jokowi bisa dikatakan tak ada habis-habisnya.

Pasalnya hanya dengan cara ini potensi 79.5 juta suara bisa direbut dengan cara-cara yang memang cerdik meskipun mengabaikan fatsun politik.

Betul kata pengamat, dalam pertarungan politik tidak akan dikenal bagaimana caranya mendapatkan kemenangan tapi yang ada adalah siapakah yang bakal jadi pemenang yang mencapai garis akhir.

Apa yang perlu dilakukan ketua partai politik pengusung?

Ini yang menjadi salah satu pertanyaan. Refleksi dari tagar di twitter saja contohnya sudah terpecah belah. Artinya buzzer-buzzer politik tidak bersatu karena mengusung kepentingan yang berbeda.

Boleh saja jika masing-masing partai memiliki tujuan yang berbeda, akan tetapi pada saat pemilu yang tinggal beberapa hari ini harus berada dalam satu komando yang sama yaitu TKN.

Ketua parpol harus punya irisan antara kepentingan parpol dan yang lebih besar adalah memenangkan calon presiden yang diusungnya.

Golkar misalnya, sosok seperti JK memang sudah nyata-nyata menyatakan dukungannya kepada Jokowi, tapi mesin politik pendukung JK di Sulawesi sepertinya kurang solid dan belum bekerja cukup maksimal.

Kondisi ini dimanfaatkan dengan cerdik oleh Sandiaga Uno yang punya dukungan fisik dan materil berlimpah sehingga bisa berkelana ke daerah-daerah, kantong-kantong suara yang seharusnya bisa digarap partai pengusung petahana.

Setiap partai punya peran dan target masing-masing dalam memenangkan presidennya. PKB terlihat sudah cukup maksimal menunjukkan kekuatan dukungannya dengan menggelar berbagai acara yang menunjukkan kekuatan massa.

Begitu juga dengan PSI yang bermain cantik dengan isu-isu penting. Bahkan PSI sudah berani menyerang partai oposisi meskipun memang terkadang disemprit juga oleh sesama partai koalisi.

Apa yang perlu dilakukan partai?

Mesin politik harus kembali kepada massa dan konstituen mereka di daerah. Jangan sampai melupakan mereka, karena merekalah tulang punggung perjuangan untuk mendulang suara.

Blusukan bukan hanya tugas Capres dan Cawapres semata, tetapi juga perlu dilakukan oleh beberapa ketua parpol yang sudah punya basis masa. 

Tentu dengan pemetaan suara tahun 2014 bisa terlihat mana saja kantong-kantong terbanyak yang bisa digarap kembali untuk menunjukkan loyalitas dan dukungannya kembali pada Pileg maupun Pilpres 2019.

Menjadi lebih menarik juga karena beberapa survei mulai menunjukkan persaingan ketat meskipun cenderung stagnan.

Partai koalisi pendukung Jokowi memang perlu hati-hati dalam mengolah isu dan jangan sampai blunder sehingga mendapatkan counter attack dari lawan.

Beberapa isu terakhir TKN sepertinya memang agak kecolongan dengan isu-isu yang diolah mulai dari kaitannya dengan Rusia hingga Cak Janjuk yang sederhana tapi bisa menjadi boomerang.

Pada akhirnya, satu komando di bawah TKN dalam menerapkan strategi di awan, di darat maupun di dalam tanah tetap harus dilakukan dengan penuh pertimbangan.

Seperti bermain layangan, saat ini sepertinya mulai harus diulur agar senar tidak putus. Masih banyak isu yang yang bisa diolah dengan cara yang lebih elegan. 

Serangan mematikan memang perlu, namun masih ada banyak waktu untuk mengeluarkan satu persatu peluru. Jangan dimuntahkan semuanya di awal pertandingan. 

Toh debat capres putaran kedua nanti sepertinya akan makin menarik lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun