Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Jalaluddin Rahmat, Representasi Minoritas dalam Tubuh PDI Perjuangan

21 Januari 2019   19:16 Diperbarui: 16 Februari 2021   11:58 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tak kenal dengan Kang Jalal. Doktor di bidang ilmu politik ini merupakan salah satu cendekiawan muslim yang gagasan-gagasannya sederhana tapi memiliki makna yang mendalam.

Kang Jalal punya segudang cerita dari peristiwa-peristiwa kecil yang pernah ia rasakan sendiri. Misalnya bagaimana apiknya cerita kang Jalal tentang sosok tetangganya yang tak berpendidikan tapi mampu memberikan pencerahan pada dirinya tentang maulidan. Sebuah ritual yang dulu tak pernah sama sekali ia lakukan karena kultur dan lingkungannya.

Ya, sosok yang diceritakan kang Jalal itu meninggal dunia tersambar kereta. Dalam keadaan sakaratul mautnya, sosok itu justru mengingatkan kang Jalal untuk memperingati maulid Nabi.

Cerita itu digambarkan oleh kang Jalal tentang bagaimana sosok yang selama ini dianggapnya remeh justru dalam detik-detik kematiannya masih mengingat Nabi SAW. Menunjukkan satu bukti kecintaannya pada Rasulullah SAW.

Dalam perjalanannya memang terjadi perbedaan pendapat. Ada yang menganggap bahwa peringatan maulid nabi ini termasuk bidah. Tuduhan ini memang baru santer satu dasawarsa ke belakang ini. Tak pelak isu syiah sesat pun menjadi gorengan yang panas untuk menyerang sosok Jalaluddin Rahmat.

Tak perlu heran karena selama hampir satu dasawarsa, Wahabi sengaja menembuskan kebencian pada sekelompok minoritas. Mereka terus menerus ditekan dan diteror. Tak perlu heran bila warga Jabar termasuk golongan yang banyak terpapar radikalisme.

Kang Jalal yang ilmunya dalam dan luas ini tiba-tiba dikategorikan murtad oleh sebagian kalangan. Pasalnya hanya karena berbeda madzhab dalam Islam. Mereka yang tidak memahami tentang perbedaan madzhab secara mendalam akhirnya ikut-ikutan menyesatkan orang lain yang masih sesama muslim tanpa alasan dan dasar yang kuat.

Dalam kondisi terpinggirkan seperti itu, PDIP justru hadir dan merangkul Kang Jalal sebagai salah satu calon anggota dewan. Pada pemilu 2014, Kang Jalal berhasil menduduki kursi DPR RI mewakili Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat dari dapil Jawa Barat II.

Tuduhan-tuduhan tentang kesesatan kang Jalal masih santer hingga saat ini. Apalagi Kang Jalal kembali mencalonkan sebagai anggota dewan tahun 2019 ini. Tuduhan tersebut jelas disinyalir ingin menjegal jalan kang Jalal menuju Senayan.

Tak berbeda jauh dengan PDIP yang selalu dituduh anti Islam. Fitnah-fitnah keji tersebut terus menerus dilakukan sekelompok orang yang memang sengaja ingin menghancurkan negara ini.

Kelompok dan golongan minoritas seperti syiah yang menjadi salah satu madzhab yang diakui dalam Islam justru seharusnya mendapatkan perlindungan dari partai Islam seperti PKS. Sepertinya PKS punya kepentingan politik tertentu untuk menyingkirkan syiah karena beda aliran.

Kelompok-kelompok minoritas inilah yang justru dibela dan dirangkul oleh PDIP. Ini menunjukkan bahwa PDIP selama ini memang membela kepentingan wong cilik yang tertindas.

Kang Jalal pun mengakui bahwa dengan bergabung melalui PDIP, ia bisa menyuarakan perjuangannya membela kaum minoritas yang selama ini justru disingkirkan oleh sebagian golongan.

Perjuangan kang Jalal dan PDIP tentu akan semakin berat semakin meningkatnya isu hoaks. Namun, yang jelas rakyat kini semakin paham siapa yang selama ini menjadi master mind hoaks selama ini. Gelombang isu hoaks tak akan sampai berhenti di sini kawan, jadi bersabarlah dan tetap waspada.

Dan, Jokowi pun dengan cantiknya mengangkat hoaks operasi plastik untuk menujukkan bahwa Jokowi dan PDIP tidak akan diam untuk melawan tuduhan-tuduhan miring yang dilontarkan lawan.

Benang merahnya pun sudah semakin terlihat setelah PKS dan HTI berada dalam satu gerbong yang sama. Aksi keduanya tercermin dalam menggiring isu ganti presiden dengan kedok aksi bela tauhid yang kemarin pun sengaja dipusatkan di Solo, Jawa Tengah.

PDIP tetap dibutuhkan menggenggam komitmen membela minoritas dan memberikan ruang kepada sosok-sosok potensial seperti Kang Jalal.

Diterbitkan pertama kali di Pepnews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun