"5) Nilai pertumbuhan utang di era sebelumnya tidak ditampilkan sebagai pembanding. Padahal di gambar sebelumnya dibanding-bandingkan secara nilai absolut. Kenapa? Ya tentunya karena tidak mendukung tujuan jahat memburuk-burukkan era Presiden @jokowi "
"6) Sama seperti sebelumnya, akan lebih adil kalau pertumbuhan utang ditampilkan dengan mempertimbangkan proporsinya atas pertumbuhan ekonomi."
"7) Modus operandi half truth: Bu Sri Mulyani dikutip separuh saja statemen faktanya, bahwa hutang per kepala sebesar US$ 997 sekitar Rp 13 juta. Padahal beliau melanjutkan: Ini jauh lebih rendah dari Jepang (75 jt) dan Amerika Serikat (874 jt!!). "
8) Untuk yang ini, hutang BUMN, sudah dikuliti oleh kakak @mrshananto intinya tabungan bangsa Indonesia bank BUMN dihitung dalam angka "hutang" tersebut. Â Makin besar makin bagus dong, bukankah rajin pangkal pandai, hemat & rajin menabung pangkal kaya?
"Intinya proporsional dengan ekonomi. Saya kutip dari link tadi, kesimpulan bu Sri Mulyani: "Rasio utang terhadap PDB Indonesia terjaga pada level sekitar 27%. Ini berkat kemampuan pemerintah menjaga defisit anggaran tetap terjaga di bawah 3% terhadap PDB setiap tahunnya." ungkap Ainun Najib yang tampak bersemangat mengcounter cuitan sahabatnya itu.
Membandingkan cuitan antara dokter Gamal dengan Ainun Najib saja sudah kontras. Amat kontras sekali!
Dokter Gamal muncuit seperti seorang pangeran yang sedang berkeluh kesah membicarakan luka. Ya, luka Indonesia. Lama-lama dokter Gamal bisa terkena syndrome baper ala mantan presiden yang satu itu lho kalau gaya tulisannya begini terus.
Lihatlah dokter Gamal, saya ingin mengingatkan lagi tentang salah satu Hadis Nabi SAW.
"Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)