Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

5 Tipe Peserta Reuni 212 yang Luput dari Media

6 Desember 2018   23:54 Diperbarui: 7 Desember 2018   06:26 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi tak apa-apa. Inilah cara para pejuang menularkan semangat juang pada keturunannya. Anak-anak sedari kecil bisa belajar dan meresapi bahwa berjuang itu butuh pengorbanan, Lapar sedikit adalah bagian dari perjuangan. Toh mereka pasti sudah paham makna pengorbanan seperti saat berpuasa.

Bayangkan, untuk bisa berada di barisan terdepan itu pahalanya sungguh luar biasa. Jadi, kalau ada yang datang belakangan dan di shaf paling akhir, paling-paling cuma dapat pahala sebesar telur puyuh. Apalagi para cebong yang cuma bisa nyinyir di medsos. Mana mungkin bisa dapat pahala. 

2. Pedagang

Diantara para alumni 212 ini ada yang berdagang bermacam pernak-pernik yang ada bendera tauhidnya. Mulai dari topi, kaus hingga gantungan kunci.

Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sambil ikut reuni, sambil berdagang dan berniaga. Untungnya bisa 12 kali lipat. Apalagi yang datang 11 juta orang. Barang dagangan pun bisa ludes dalam waktu singkat.

Sungguh mulia para peserta reuni 212 ini. Karena keberadaan mereka menggerakkan ekonomi rakyat. Pedagang bakso, siomay, cilok dan seblak pun kebagian berkah. Bukan hanya hotel-hotel saja yang ludes dibooking peserta reuni 212. Sungguh contoh nyata adil dan makmur bagi semua lapisan ekonomi.

3. Dermawan

Mereka yang masuk golongan tajir melintir tak mau kalah. Semua disumbangkan demi reuni 212 yang paling dinantikan. Ribuan bahkan jutaan porsi makanan dibagikan dengan gratis. Bukti perjuangan harus dilakukan di tengah ekonomi yang terpuruk, korupsi yang seperti kanker stadium 4 pasti bikin susah rakyat.

Para dermawan ini sungguh tak masalah mengeluarkan kocek dalam-dalam di tengah harga yang melambung tinggi demi perjuangan. Nasi Ayam satu porsi Rp 50 ribu belum ada apa-apanya dibandingkan tebalnya keimanan.

Tempe setipis ATM pun dihilangkan demi memberi menyambut para peserta alumni 212 dari berbagai daerah. Inilah ganjaran yang pantas untuk mereka dapatkan. Makanan bergizi agar Indonesia keluar dari sistem Ekonomi Kebodohan.

4. Millennial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun