Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melongok Kegiatan Rumah Inspirasi di Tanah Pasundan

23 November 2018   11:14 Diperbarui: 26 November 2018   16:24 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu-ibu sekitar Rumah Inspirasi Subang juga diberikan keterampilan untuk mengolah sampah menjadi kerajinan yang bernilai mulai dari tas, dompet, gelang dan lain-lain.

Warga juga bisa menabung sampah di Rumah Inspirasi Subang. Hampir semua sampah diterima di BROERI. Namun, untuk sampah bekas bungkus kopi dan styrofoam dianggap sebagai ladang amal karena pemanfaatannya hanya bisa digunakan untuk kerajinan tangan.


Hingga saat ini ada sekitar 3000 anggota Rumah Inspirasi Subang yang rutin menabung sampah. Mereka terdiri dari 567 perorangan dan sisanya merupakan kelompok. Kelompok-kelompok ini didominasi dari sekolah.    

Ada sekitar 21 kelompok yang menjadi anggota Rumah Inspirasi Subang. Tak hanya berasal dari kelompok sekolah saja tapi juga kelompok lainnya.

Rata-rata Rumah Inspirasi Subang bisa mengolah sekitar 3 ton sampah. Jika dikonversi ke rupiah nilainya mencapai 6 jutaan. Nilai tersebut memang sangat fluktuatif tergantung harga pasar.

Jenis sampah yang diterima BROERI / dok.pribadi
Jenis sampah yang diterima BROERI / dok.pribadi
Apa yang dilakukan PEP dengan membangun Rumah Inspirasi Subang bukan hanya memberikan edukasi bagaimana mengelola sampah dan menyelamatkan lingkungan tapi juga membantu memberdayakan masyarakat terutama warga yang sudah memasuki masa pensiun.

Ibu-ibu yang sudah bebas tugas dalam arti sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya pun tetap memiliki kegiatan yang positif dengan mengelola sampah menjadi kerajinan yang lebih bernilai.

Upaya PEP dalam program pemberdayaan masyarakat ini tentunya tidak boleh berhenti sampai di sini saja. Apalagi Subang termasuk salah satu daerah yang rawan dengan stunting. Ini juga salah satu masukan yang saya berikan agar Rumah Inspirasi Subang memulai membidik kesehatan anak-anak selain lansia.

Aneka kerajinan yang diolah dari sampah di Rumah Inspirasi Subang / dok.pribadi
Aneka kerajinan yang diolah dari sampah di Rumah Inspirasi Subang / dok.pribadi
Pada akhirnya, Rumah Inspirasi Subang inilah yang nantinya melahirkan pahlawan-pahlawan baru di tengah-tengah masyarakat. Salah satu yang jarang ada di beberapa program CSR lain adalah soal warisan kesenian dan budaya.

UMKM di Rumah Inspirasi Subang / dok.pribadi
UMKM di Rumah Inspirasi Subang / dok.pribadi
Jujur program ini menjadi salah satu pembeda. Tanpa dukungan dari PEP, kesenian dan kekayaan budaya tanah Pasundan seperti ini niscaya akan hilang. Semoga anak-anak ini kelak yang akan merawat, melestarikan dan mewariskan kebudayaan tanah Pasundan ini ke generasi selanjutnya.

Mari berdonasi untuk pelayanan kesehatan masyarakat lansia yang lebih baik. Bantu donasi dengan klik https://kitabisa.com/posbindulansia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun