Ibu-ibu sekitar Rumah Inspirasi Subang juga diberikan keterampilan untuk mengolah sampah menjadi kerajinan yang bernilai mulai dari tas, dompet, gelang dan lain-lain.
Warga juga bisa menabung sampah di Rumah Inspirasi Subang. Hampir semua sampah diterima di BROERI. Namun, untuk sampah bekas bungkus kopi dan styrofoam dianggap sebagai ladang amal karena pemanfaatannya hanya bisa digunakan untuk kerajinan tangan.
Hingga saat ini ada sekitar 3000 anggota Rumah Inspirasi Subang yang rutin menabung sampah. Mereka terdiri dari 567 perorangan dan sisanya merupakan kelompok. Kelompok-kelompok ini didominasi dari sekolah. Â Â
Ada sekitar 21 kelompok yang menjadi anggota Rumah Inspirasi Subang. Tak hanya berasal dari kelompok sekolah saja tapi juga kelompok lainnya.
Rata-rata Rumah Inspirasi Subang bisa mengolah sekitar 3 ton sampah. Jika dikonversi ke rupiah nilainya mencapai 6 jutaan. Nilai tersebut memang sangat fluktuatif tergantung harga pasar.
Ibu-ibu yang sudah bebas tugas dalam arti sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya pun tetap memiliki kegiatan yang positif dengan mengelola sampah menjadi kerajinan yang lebih bernilai.
Upaya PEP dalam program pemberdayaan masyarakat ini tentunya tidak boleh berhenti sampai di sini saja. Apalagi Subang termasuk salah satu daerah yang rawan dengan stunting. Ini juga salah satu masukan yang saya berikan agar Rumah Inspirasi Subang memulai membidik kesehatan anak-anak selain lansia.
Mari berdonasi untuk pelayanan kesehatan masyarakat lansia yang lebih baik. Bantu donasi dengan klik https://kitabisa.com/posbindulansia