Oh ya, kafe ini memang hanya ramai saat malam hari. Itulah sebabnya kafe ini baru buka mulai dari pukul 3 sore sampai pukul 11 malam. Saat weekend, kafe ini memperpanjang jam bukanya hingga pukul 12 malam. Pantas saja saat kami datangi sore hari, kafe ini masih terlihat sepi.
Iden juga bercerita jika konsumennya memang berasal dari kalangan muda. Utamanya seumuran mereka sendiri. Mereka bertiga berharap bisa berkolaborasi dengan berbagai komunitas di Tangerang di HuluKali.Â
Apapun yang dilakukan HuluKali tetap harus diapresiasi. Laksa yang serasa spaghetti saya pikir jadi salah satu strategi untuk mengangkat kuliner lokal dan mengenalkannya pada generasi milenial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H