Kafe HuluKali adalah wujud kolaborasi generasi milenial yang terkonsep dengan baik. Tidak ada satupun yang mendominasi, yang ada justru mereka saling melengkapi dengan latar belakangnya masing-masing.
Dari perbincangan kami, saya merangkum ada tiga kuliner lokal yang jadi andalan di HuluKali, yaitu Nasi Jagal, Laksa dan Kopi Buaya.
Iden sampai harus jauh-jauh ke Madura untuk menelusuri riwayat Nasi Jagal. Karena kebetulan si penjual Nasi Jagal merupakan orang Madura. Mengapa disebut Nasi Jagal? Asal usul Nasi Jagal ternyata karena nasi dengan bumbu dan potongan daging ini dijual tak jauh dari lokasi Rumah Jagal Benteng.
Mereka melakukan hal ini bukan tanpa alasan. Selama 30 hari berjalan, rata-rata pemesanan justru lebih didominasi dengan kuliner bernuansa westren seperti pasta. Berangkat dari selara pasar inilah Iden dan kawan-kawannya berusaha untuk melakukan inovasi bagaimana caranya agar kuliner lokal tetap menjadi tuan rumah di Tangerang.
Karena penasaran dengan cerita Iden, akhirnya saya memesan Nasi Goreng Jagal. Harganya sekitar Rp 25 ribu perporsi dengan plating yang sangat menarik.
Untuk rasa Kopi Buaya sendiri setelah saya cicipi ternyata rasanya lebih didominasi dengan rasa pandan ketimbang kopi. Iden pun mengamini demikian. Bahkan Iden sudah berualng kali mencoba beberapa kopi yang cocok untuk menghasilkan resep yang pas untuk Kopi Buayanya.
Akhirnya Nasi Goreng Jagal pun datang. Saya langsung memburunya. Rasanya sangat menarik dan enak. Ada rasa gurih dan sedikit manis dan perpaduan daging cincang yang nikmat. Setelah mencobanya saya langsung jatuh cinta dengan Nasi Jagalnya.