Aris pun berbagi tugas dengan semua pemuda desa. Semua bergiliran menjadi petugas mulai dari mengantarkan sampai membimbing para wisatawan merasakan derasnya aliran Sungai Pusur.
"Mas tahu enggak saya udah turun (ke sungai) berapa kali hari ini?" tanya salah satu guide kami yang memperkenalkan dirinya bernama Toni. Saya pun menjawabnya dengan menggelengkan kepala. "Untuk rombongan mas ini aja saya udah yang keempat kalinya" tutur Toni.
Warga pun dilibatkan dalam membangun desa wisata Polanharjo ini. Setelah selesai ber-tubing ria, wisatawan bisa menikmati sajian khas warga seperti makanan kecil olahan rumahan warga seperti tahu dan tempe mendoan dan sampai makanan berat.
Beberapa kamar mandi yang disewakan berbeda-beda letaknya. Ada yang di dalam rumah dan ada juga yang berada di luar rumah. Kondisi kamar mandinya memang sederhana tetapi sudah dibangun secara permanen dengan batako. Airnya sangat segar dan jernih. Mengalir seperti tak ada habis-habisnya.
Secara tidak sadar ternyata efek membersihkan kali Pusur sangat signifikan. Kini, warga benar-benar merasakan manfaat keberadaan sungai Pusur sebagai salah satu destinasi wisata wajib saat ke Klaten selain mengunjungi Sumber Mata Air, Umbul Ponggok, Klaten yang terkenal di sosial media dengan foto underwater-nya.
Sembari terus menerus memperbaiki dan menambah fasilitas river tubing Sungai Pusur, Aris juga dengan ringan tangan berbagi ilmu dan pengalaman ketika membangun desa wisata Sungai Pusur Polanharjo, Klaten.
Pengunjung yang ingin merasakan river tubing hanya dikenai biaya Rp 50 ribu perkepala. Fasilitas yang didapatkan mulai dari safety jacket, helm dan ban untuk menyusuri sungai Pusur sepanjang kurang lebih dua kilometer dalam waktu 120 menit. Di akhir perjalanan, wisatawan akan disuguhi dengan makanan hangat seperti gorengan dan juga minuman hangat teh manis.