Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Inspirasi Lukman Muhajir, Penggagas Keselamatan Berkendara di Semarang

25 September 2018   11:00 Diperbarui: 27 September 2018   10:10 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudut jalan yang hijau dengan tanaman (dok.pribadi)

Pandean Lamper, sebuah kelurahan di Gayamsari, Kota Semarang, memiliki keunikan yang membedakan dengan kelurahan-kelurahan lainnya. Di saat kelurahan lain sibuk membuat program untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, Pandean Lamper memulai dengan sesuatu yang berbeda.

Dimulai oleh seseorang bernama Lukman Muhajir, ketua RW.10 di Pandean Lamper, Gayamsari, Semarang, sejak tahun 2010 memulai program lingkungan dengan membangun kesadaran tentang keselamatan berkendara.

Lukman Muhajir /Kompas Otomotif
Lukman Muhajir /Kompas Otomotif
Awalnya gagasannya dicemooh dan menjadi cibiran warga. Lukman bahkan disangka gila oleh warganya sendiri. Tapi, Lukman bergeming dan tetap melanjutkan programnya. Butuh waktu tiga tahun lamanya untuk merangkul warga agar mereka menyadari betapa pentingnya keselamatan berkendara.

Ide Lukman dicetuskan sejak tahun 2010. Dan sampai saat ini, inspirasi Lukman diabadikan menjadi sebuah kampung tematik pertama di Indonesia yang memiliki tema keselamatan berkendara. Lukman berhasil mengajak 4.500 kepala keluarga aktif dalam gerakannya.

Cara Lukman membangun kesadaran keselamatan berkendara sangatlah unik. Sanksi moral dipilih sebagai salah satu konsekuensi jika warga didapati tidak menaati standar keselamatan berkendara yang aman.

Gagasan Lukman ini bukan muncul tiba-tiba tanpa sebab. Lukman saat itu merasa prihatin karena banyak motor yang ugal-ugalan saat memasuki kampungnya. Belum lagi perilaku warganya yang berkendara tanpa helm dan membonceng lebih dari satu orang.

Nurani Lukman terusik. Ia merasa harus melakukan sesuatu agar tidak semakin banyak korban yang jatuh akibat kelalaian pengendara sendiri. Menurut catatan kepolisian, hampir 60% persen kecelakaan terjadi karena kelalaian pengendara yang memacu kendaraannya melebihi batas kecepatan aman. 

Tempat simulasi praktik SIM C yang bisa digunakan warga untuk berlatih keterampilan mengendarai motor (dok.pribadi)
Tempat simulasi praktik SIM C yang bisa digunakan warga untuk berlatih keterampilan mengendarai motor (dok.pribadi)
Standar keselamatan tersebut terus digaungkan Lukman dan warga lainnya. Warga diminta untuk menggunakan helm entah itu tujuannya jauh maupun dekat. Kecepatan berkendara pun dibatasi hanya boleh sampai 20 kilometer perjam. Selain itu, kapasitas sepeda motor dibatasi hanya untuk dua orang.

Mereka yang melanggar dan kerap kali kedapatan tidak mengindahkan standar keselamatan tersebut akan dicatat oleh agen keselamatan yang bertugas di posko keselamatan untuk memberikan arahan, teguran, dan pencatatan bagi warga yang membandel.

Edukasi juga dilakukan dengan cara story telling kepada anak-anak. (dok.pribadi)
Edukasi juga dilakukan dengan cara story telling kepada anak-anak. (dok.pribadi)
Lambat laun upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil. Tingkat kecelakaan menurun dibandingkan dengan sebelumnya. Warga pun kini banyak yang lebih menyadari tentang betapa pentingnya keselamatan berkendara.

Upaya Lukman untuk membangun kampung tematik ini akhirnya dilirik oleh PT Astra International Tbk. Astra memberikan bantuan untuk mendukung kampanye Lukman di kampungnya. Melalui program Kampung Berseri Astra, Lukman dan warga membangun rambu-rambu di 45 titik di Kelurahan Pandean Lamper.

Rambu-rambu seperti ini tersebar 45 titik di kelurahan Pandean Lamper, Gayamsari, Semarang (dok.pribadi)
Rambu-rambu seperti ini tersebar 45 titik di kelurahan Pandean Lamper, Gayamsari, Semarang (dok.pribadi)
Saya merasa takjub karena baru menyadari ada kampung seperti ini di Semarang. Mungkin itulah sebabnya saya tidak terlalu banyak melihat para pengendara menjalankan sepeda motornya secara serampangan baik di jalan raya maupun saat berada di kampung-kampung dengan jalan yang sempit.

Gagasan Lukman pun didukung oleh pemerintah daerah setempat. Kelurahan dibantu Astra membangun beberapa fasilitas edukasi seperti Taman Lalu Lintas dan Pos Baca. Fasilitas tersebut dibangun untuk memberikan edukasi sejak dini kepada anak-anak dan juga warga tentang betapa pentingnya keselamatan berkendara.

Astra Motor pun secara rutin mendatangkan bengkel keliling di Kelurahan Pandean Lamper, Gayamsari, Semarang. Warga di kampung sekitar bisa membawa motornya ke bengkel keliling untuk diperiksa kendaraannya dan dilakukan perawatan rutin demi keselamatan.

Bengkel keliling yang siap memberikan pengecekan dan perawatan kendaraan warga Pandean Lamper (dok.pribadi)
Bengkel keliling yang siap memberikan pengecekan dan perawatan kendaraan warga Pandean Lamper (dok.pribadi)
Kampanye ini sejalan dengan salah satu program Astra yakni "Indonesia Ayo Aman Berlalu Lintas" yang diwujudkan dalam Kampung Berseri Astra Pandean Lamper, Semarang, yang mengambil tema keselamatan berkendara.

Tidak heran jika Kampung Berseri Astra ini pun mendapatkan Rekor MURI pada tahun 2015 sebagai kampung pertama di Indonesia yang membudayakan keamanan dan keselamatan dalam berkendara (Kampung Safety Riding).

Rekor MURI sebagai Kampung Safety pertama di Indonesia (dok.pribadi)
Rekor MURI sebagai Kampung Safety pertama di Indonesia (dok.pribadi)
Menariknya Kampung Berseri Astra ini pun mendukung pilar Kesehatan, Pendidikan, Kewirausahaan dan Lingkungan dengan wujud beberapa program.

Misalnya saja Lurah Pandean Lamper, Ibu Wiwara Mardikanti SE, MM, mengajak saya ke salah satu ruangan di belakang bangunan kantor kelurahan. Di bangunan ini, ada sebuah ruangan khusus untuk memberikan edukasi kepada ibu hamil.

Ibu Wiwara Mardikanti SE, MM, lurah Pandean Lamper, Semarang (dok.pribadi)
Ibu Wiwara Mardikanti SE, MM, lurah Pandean Lamper, Semarang (dok.pribadi)
Petugas Forum Kesehatan Kota sendiri yang menjemput ibu-ibu hamil ini ke rumah mereka masing-masing. Alat peraga seperti laptop dan video pun digunakan untuk memudahkan pemahaman tentang pentingnya merawat kandungan.

Selain itu, mereka juga sudah memanfaatkan teknologi sehingga Ibu hamil bisa bebas berkonsultasi tentang kesehatan kehamilan di dalam sebuah grup WhatsApp.

Keripik tempe khas Pandean Lamper (dok.pribadi)
Keripik tempe khas Pandean Lamper (dok.pribadi)
Hebatnya lagi, Pandean Lamper ternyata punya UMKM olahan keripik tempe Bapak Jumadi. Harganya pun bikin saya melongo. Satu bungkus dijual hanya goceng. Dengan ukuran yang sama, kalau saya beli di Bandung harganya bisa empat kali lipat.

Bapak Jumadi (dok.pribadi)
Bapak Jumadi (dok.pribadi)
Setelah saya cicipi ternyata rasanya tak kalah enak dengan keripik tempe Bandung. Keripik tempenya pun garing dan gurih.   

Kampung Hijau, Pandean Lamper (dok.pribadi)
Kampung Hijau, Pandean Lamper (dok.pribadi)
Udara Semarang yang panas pun tak menyurutkan Ibu-Ibu di Pandean Lamper untuk berkebun dengan media tanam sederhana dengan menggunakan polybag dan membudidayakan tanaman hidroponik.

Beberapa tanaman herbal, sayuran serta buah-buahan dikembangkan oleh Ibu-Ibu di kampung ini. Bahkan ada yang dimanfaatkan sebagai obat jantung dengan menggunakan olahan daun bidara dan daun kelor yang dibuat seperti menikmati teh.

Sudut jalan yang hijau dengan tanaman (dok.pribadi)
Sudut jalan yang hijau dengan tanaman (dok.pribadi)
Andai saja Lukman dulu berhenti di tengah jalan dan menyerah dengan keadaan, mungkin kini tidak ada Kampung Berseri Astra bertema Indonesia Ayo Aman Berlalu Lintas di Semarang yang menjadi model bagi kampung-kampung lainnya di tanah air.

Untunglah Lukman tak kenal lelah dan terus berusaha untuk mewujudkan mimpinya membangun sebuah kampung yang ramah terhadap pejalan kaki serta minim tingkat kecelakaan akibat kelalaian pengendaranya sendiri.

Semoga kisah tentang Lukman ini bisa menjadi teladan bahwa jika kita mau pasti ada jalan untuk memperbaiki dan mengubah kebiasaan Ibu-Ibu yang memberikan sen ke kanan tapi malah belok ke kiri.

Belajar dari kisah Lukman membuat kita terinspirasi untuk mengajak Indonesia Ayo Aman Berlalu Lintas demi keselamatan bersama dalam berkendara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun