Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Erick Thohir Vs Djoko Santoso Berebut Pemilih Millenials

13 September 2018   22:32 Diperbarui: 14 September 2018   09:14 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Erick Thohir baru saja selesai menggelar Asian Games 2018. Langkahnya kini makin berat karena dipercaya oleh Jokowi Ma'ruf Amin sebagai ketua Tim Kampanye Nasional membawahi beberapa partai koalisi yang sudah malang melintang di dunia perpolitikan Indonesia.

Erick Thohir memang bukan orang baru dalam dunia bisnis. Apapun jadi emas setelah dipegang oleh Erick Thohir. Bahkan, di bawah bendera Mahaka Group, Erick Thohir mampu menyelamatkan bahtera media yang dekat dengan umat, Republika, saat berada di ambang jurang kebangkrutan.

Erick yang dekat dengan Sandiaga Uno sebagai sesama pebisnis tercatat sebagai salah satu pemilik saham beberapa klub olahraga seperti Inter milan, DC United, dan bahkan klub basket tanah air, Satria Muda.

Erick mungkin memang masih dianggap hijau dalam dunia politik. Kira-kira begitu anggapan Fadli Zon. Namun Fadli Zon mungkin lupa, sepak terjang Erick tak bisa dipandang sebelah mata. Bukti bahwa Erick mampu merangkul millenials terlihat dari suksesi Asian Games 2018 yang menjadi tonggak sejarah baru bagi Indonesia.

Indonesia sukses sebagai penyelenggara Asian Games 2018 bahkan mampu mendorong para atlet mendulang emas, mengoreksi posisi yang selama ini selalu berada di luar peringkat 10 besar. 

Kepiawaiannya sebagai ketua INASGOC Asian Games 2018 dengan bukti sejumlah prestasi dalam dunia bisnis di dunia dan di tanah air, Erick akhirnya dilirik oleh Jokowi. Jokowi cukup piawai memilih pemimpin yang akan menyatukan semua partai koalisi. Di bawah kepemimpinan Erick, partai koalisi menjadi lebih rukun dan tidak saling curiga dengan masing-masing maneuver.

Erick pun disambut bak seorang pahlawan. Jokowi memberikannya karpet merah, dikenalkan kepada media dan pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin dengan sumringah.

Ketika Erick ditanya wartawan mengapa ia memilih Jokowi. Erick menjawab dengan lugas.

"Rekam jejak Pak Jokowi mempengaruhi saya untuk mengambil keputusan," kata Erick kepada wartawan setelah resmi diumumkan sebagai Ketua TKN oleh Jokowi di Rumah Cemara, Jakarta Pusat, Jumat 7 September 2018, seperti ditulis tabloidbintang.com.

"Pada saat ini kan sebuah pilihan, tapi apa yang saya dapat lihat dari Pak Joko Widodo sendiri kekuatan Beliau sebagai hati nuraninya untuk rakyat dan untuk membangun Indonesia itu jadi pilihan saya," kata Erick, seperti dikutip dari Idntimes.

Erick menyadari bahwa sosok Jokowi memiliki keinginan sekaligus kecintaan untuk membangun Indonesia. Meskipun Sandiaga Uno adalah sahabat dekat Erick, justru ia berlabuh memilih lawan sahabatnya itu. Inilah yang dilihat Jokowi dari Erick. Sosok Erick merupakan teladan yang pas untuk merebut hati millenials. Apalagi untuk berhadapan dengan Sandiaga Uno, Jokowi butuh sosok yang paling memahami Sandiaga Uno. Siapa lagi kalau bukan sahabatnya sendiri, Erick Thohir.

Lalu bagaimana dengan Djoko Santoso?
Sedikit bertolak belakang dengan ketua tim pemenangan Jokowi Ma'ruf. Pemilihan ketua pemenangan Prabowo Sandi diwarnai dengan drama dan polemik, terutama dari partai Demokrat yang bergabung terakhir ke kubu Prabowo.

Penunjukan Djoko Santoso oleh Prabowo agaknya tidak memetakan kekuatan lawan terlebih dahulu. Apalagi sosok yang akan dihadapi oleh tim Prabowo adalah sosok pengusaha sukses yang baru saja merebut hati jutaan pasang mata rakyat Indonesia melalui Asian Games 2018.

Apalagi ditambah dengan kedekatan Djoko Santoso dengan partai Gerindra yang membuat partai koalisinya merasa resah dan gelisah. Padahal jika saja Prabowo jeli, sosok yang pas untuk melawan Erick Thohir adalah AHY yang sama-sama muda. AHY sama-sama berasal dari kalangan militer dengan karir yang tak kalah cemerlang. Sayang, entah apa alasan Prabowo memilih Djoko Santoso yang notabene tidak mewakili generasi millenials.

Lalu apa alasannya pemilu 2019 akan menjadi tahun politik bagi millenials?

Menurut catatan Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraeni, jumlah pemilih millenials pada tahun 2019 diperkirakan akan lebih dari 50%. Bahkan menurutnya jika umur pemilih sampai usia 40 tahun, jumlahnya bisa sampai 100 juta di Indonesia.

Inilah yang menjadi alasan mengapa masing-masing kubu perlu mempersiapkan strategi untuk menarik perhatian minat pemilih pemula dan pemilih muda dari kalangan millenials.

Kubu Jokowi nampaknya saat ini sudah berada di atas angin dengan memilih sosok yang tepat seperti Erick Thohir. Erick memiliki catatan cukup baik mulai dari pendidikan, karir hingga keluarganya. Kita tunggu saja kejutan lain dari Erick Thohir dalam kancah politik!

Jokowi dekati Millenials/Instagram.com/pinterpolitik
Jokowi dekati Millenials/Instagram.com/pinterpolitik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun