Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengintip Dapur Para "Founder" Meracik "Startup"

27 April 2018   05:53 Diperbarui: 27 April 2018   05:59 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta workshop Digipreneur (dok.pribadi)

"Banyak yang gagal dalam membangun startup. Jangan dipikir bahwa mendirikan startup itu mudah. Kalau kamu mau maju, kamu harus adaptable di dunia disrupsi digital saat ini. Kalau kamu mau kaya, kamu salah jalan dengan membangun startup" kata-kata itu diungkapkan seorang Founder lulusan Amerika Serikat yang kini mendirikan sekolah Coding di BSD City, Purwadhika. Foundernya bernama Purwo Hartono yang ikut hadir dalam acara "How to Be a Digipreneur?" di UNIKA Atma Jaya BSD City, Tangerang Raya (26/04).

Purwa tidak sendirian memberikan pemahaman dan memberikan sedikit latar belakang mengapa dirinya kini terjun untuk mendirikan sekolah coding dihadapan ratusan mahasiswa Unika Atma Jaya BSD.

Salah satu founder setipe.com, Razi Thalib pun menceritakan latar belakangnya mengapa ia membangun setipe.com. Sepulang dari Australia, Razi melihat bahwa generasi muda di Indonesia kerap kali bermasalah dengan jomblo. Bahkan kata-kata jomblo kerap kali dijadikan lelucon tiada akhir.

Razi Thalib, founder setipe.com (dok.pribadi)
Razi Thalib, founder setipe.com (dok.pribadi)
Razi melihat bahwa jomblo adalah masalah sosial yang perlu dicarikan solusinya. Itulah latar belakang mengapa ia dan timnya membangun setipe.com. Menurut Razi, membangun sebuah startup itu sama seperti membuka warung.

Namun kata Razi, bahwa inti startup itu menghubungkan orang lain. Misalnya salah satu contoh sederhana yang paling banyak digunakan saat ini adalah ojek online. Gojek atau Grab hadir di Indonesia untuk menghubungkan antara pengemudi dan juga penumpang. Adanya ojek online merupakan solusi untuk menghindari kemacetan di Jakarta, kata Razi.

Tidak berbeda dengan Facebook, tambah Razi. Facebook tidak membuat konten. Namun, dengan menghubungkan orang dari berbagai latar belakang dan dari tempat yang jauh berbeda, jutaan bahkan triliunan konten tercipta karena Facebook berhasil menghubungkan banyak orang dalam satu wadah yang sama.

Jadi kata Razi, jika kamu ingin membangun startup maka hal pertama yang harus kamu cari adalah temukan masalah yang ada di lingkungan kamu, dan cari solusinya untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Peserta workshop Digipreneur (dok.pribadi)
Peserta workshop Digipreneur (dok.pribadi)
Namun, Razi bercerita bahwa membangun setipe.com di Indonesia tidak mudah seperti menjodohkan orang di negara barat. Di Australia jika ada pasangan yang bertemu di kafe atau tempat lain dari latar belakang yang berbeda, sama sama suka, urusan selesai dan mereka bisa langsung berlanjut ke jenjang pernikahan.

Inilah tantangan yang dihadapi Razi di Indonesia. Urusan pernikahan di Indonesia bukan semata urusan dua orang saja tapi juga urusan dua keluarga. Kalau tidak cocok, dua keluarga bisa berantem, kata Razi.

Masalah sosial budaya inilah yang unik. Razi akhirnya bekerja keras dan berusaha untuk menyempurnakan algoritmanya sesuai dengan karakteristik sosial budaya dan latar belakang pasangan yang serius. Dengan cara itu sampai saat ini setipe.com sudah berhasil menjodohkan 304 pasangan dan berlanjut ke jenjang pernikahan.

Purwo Hartono, founder Sekolah Coding Purwadhika di BSD City (dok.pribadi)
Purwo Hartono, founder Sekolah Coding Purwadhika di BSD City (dok.pribadi)
Balik lagi ke  pak Purwo. Pak Purwo bilang bahwa peluang dalam dunia digital masih sangat besar. Kini banyak perusahaan berlomba-lomba untuk tidak tergerus dengan perkembangan zaman. Itulah salah satu alasan mengapa Purwo optimis mendirikan sekolah coding di Tangerang Raya.

Purwadhika didirikan Purwo untuk semua kalangan dan untuk semua umur. Utamanya bagi entrepreneur yang ingin belajar tentang coding, pengembangan mobile apps sampai dengan digital marketing. Training menjadi developer bisa ditempuh dalam waktu 6 bulan di sekolah Codingnya.

Purwo menekankan bahwa semua profesi perlu mempelajari coding agar bisa beradaptasi dengan disrupsi digital. Jika tidak, maka tinggal menunggu waktu seperti gugurnya beberapa ritel di Amerika. Bahkan kini sudah terasa hingga ke Indonesia.

Irvan Yasni, CEO of Technology Business Sinar Mas Land (dok.pribadi)
Irvan Yasni, CEO of Technology Business Sinar Mas Land (dok.pribadi)
Apa yang dikatakan oleh Razi dan Purwo diamini oleh Irvan Yasni, CEO of Technology Business Sinar Mas Land. Menurut Irvan bahwa apapaun profesinya kini sudah wajib hukumnya beradaptasi dengan perkembangan digital.

Untuk mendukung hal tersebut, Sinar Mas Land saat ini tengah membangun Digital Hub di BSD City yang akan menjadi tempat untuk mempertemukan para founder, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan di dunia digital, kata Irvan.

Sinar Mas Land berharap bahwa Digitalhub nantinya bakal menjadi Silicon Valleynya Indonesia. Digital Hub akan dibangun di lahan seluas 25 hektar yang berdekatan dengan AEON Mal BSD dan beberapa kampus terkemuka di kawasan BSD City.

Workshop Digipreneur (istimewa)
Workshop Digipreneur (istimewa)
Sebagai penutup ada beberapa nasihat penting yang disampaikan oleh Razi maupun Purwo. Razi berpesan kepada anak-anak muda yang punya mimpi untuk membangun sebuah startup mengatakan "Jangan pernah memulai sesuatu karena ingin menghindari sesuatu yang gak kamu suka".

Sedangkan Purwo menambahkan bahwa saat ini investor tidak melihat produk tetapi tim yang solid. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Razi bahwa kebanyakan startup gagal atau berhenti ditengah jalan bukan karena kekurangan uang atau komplain dari pengguna tetapi karena foundernya quit. So, dengan hadirnya Digital Hub di BSD City ini pastinya bakal jadi kesempatan emas buat para digipreneur masa depan di Indonesia.


Dzulfikar Alala

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun