Perjalanan kami belum berakhir. Setelah menginap selama empat malam di Johor Bahru, perjalanan selanjutnya pun dimulai. Kami menyeberang ke Singapura melalui perbatasan imigrasi Woodlands.Â
Ada perasaan was-was bagaimana jika saya ditolak masuk ke Singapura. Padahal tiket pulang dan bukti reservasi hotel semalam sudah ditangan dan dibayar lunas. Bagaimana nasib anak-anak dan istri saya jika saya harus pulang lebih dulu lewat Johor Bahru. Apa mereka bisa kembali ke tanah air dengan selamat? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berkecamuk dalam pikiran saya ketika menunggu giliran dipanggil oleh petugas imigrasi.
Bersyukur ternyata pikiran-pikiran tersebut tidak terbukti. Meskipun harus melewati durasi pemeriksaan yang cukup lama karena antrean, secara keseluruhan berjalan lancar. Saya hanya diminta menunjukkan KTP dan menunjukkan berapa banyak uang yang dibawa ke Singapura.
Hampir setiap pulang malam, si sulung harus melawan rasa kantuknya. Karena saya sendiri sudah tak mungkin menggendongnya dengan satu ransel yang penuh dengan susu, air minum, camilan dan baju ganti anak-anak.Â
Benar kata orang bahwa saat traveling bersama anak-anak tak bisa dilakukan dengan cara mengejar target berapa banyak tempat wisata yang harus dikunjungi. Traveling dengan anak-anak justru memiliki seni tersendiri. Harus dilakukan pelan-pelan dan dinikmati bersama.
Hari terakhir di Singapura, kami habiskan untuk berbelanja oleh-oleh untuk teman-teman si sulung, wali kelasnya dan juga untuk keluarga. Momen ini menjadi yang paling ditunggu oleh ibunya.Â