Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menyusuri Sudut Tersembunyi Macau yang Memukau #1

28 Januari 2018   22:51 Diperbarui: 28 Januari 2018   22:52 1687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naik Godola bisa pesan tiketnya secara online (dok.pribadi)

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 4 jam penerbangan, akhirnya kami tiba di Macau. Sebelumnya kami sempat transit di KLIA2 kemudian berganti pesawat dari Malaysia menuju Macau.

Sayang banget soalnya sejak tanggal 15 Januari 2018 lalu sudah tidak ada lagi direct flight dari Jakarta ke Macau. Padahal beberapa traveler ada yang sempat merasakan tiket murah Air Asia ke Macau hanya sekitar 500 ribuan saja untuk one way belum termasuk bagasi.

Beruntung saya bisa menjejakkan kaki ke Macau berkat lomba blog yang dihelat di Kompasiana akhir 2017 lalu yang bekerja sama dengan Macao Government Tourism Office (MGTO) . Bahkan saya disangui lebih dari cukup selama tiga hari dua malam selama berada di Macau. Saya bersama dua orang pemenang lain dan juga perwakilan dari Kompasiana benar-benar beruntung bisa ke Macau pada awal tahun 2018.

By the way, jujur ini pertama kalinya saya ke luar negeri. Jadi agak norak-norak dikit ya kalau ada tulisan atau foto-foto yang rada narsis hahahaha. Nah, karena ada yang memberikan saran untuk singgah di Hong Kong, akhirnya saya extend dan memperpanjang liburan saya ke Hong Kong dan mampir di Singapura. Untuk dua tempat terakhir nanti akan saya ceritakan terpisah. Pokoknya koplak banget deh, terutama saat saya pertama kali di Singapura hahaha.

Sebelum berangkat saya membekali dengan berbagai macam informasi tentang Macau. Nah, untungnya saya ikut nangkring bareng Kompasianer lain waktu itu. Jadi, sudah ada gambaran sedikit tentang Macau. Bekal saya selama seminggu di luar negeri cuma bawa sangu sekitar HK $1700 dan SIN $50. Kalau dikonversi ke rupiah sih gak sampe 3 jutaan, hehehe ngirit banget yak.

Karena ada informasi cuaca di Macau lagi kurang bersahabat, akhirnya ada beberapa barang yang saya beli di tanah air mulai dari sweter, jaket, sampai dengan kupluk. Sialnya ternyata pas sampai Macau, cuaca malah berbeda dari yang diinformasikan. Panasnya mirip kayak di Bandung. Ya gerah juga sih kalau pakai sweter atau jaket siang hari. Tapi, beruntungnya kami malah bisa eksporasi Macau dengan berjalan kaki, sampai sampai hari ke tiga saya jalan terpincang-pincang. Ini gara-gara saya pakai sepatu suede. Ceritanya kan emang persiapan menghadapi cuaca dingin gitu loh wkwkwkw.

Banyak bus berseliweran di jalan. Beberapa mobil mewah pun bukan hal yang aneh di Macau (dok.pribadi)
Banyak bus berseliweran di jalan. Beberapa mobil mewah pun bukan hal yang aneh di Macau (dok.pribadi)
Setelah tiba di Macau, kami langsung keluar dari bandara. Bandaranya tidak ada yang spesial sih sebetulnya. Mirip seperti di Bandara Halim Perdana Kusuma. Apalagi saat saya tiba tanggal 17 Januari 2018 lalu, sedang ada renovasi di beberapa bagian.

Nah, yang menarik nih, dua orang dari kami sudah pernah berkunjung ke Macau. Jadi, rasanya saya tak perlu khawatir kesasar atau keder saat jalan-jalan di Macau. Selain itu juga kami bakal banyak mengandalkan bus gratisan.

Benar saja, bus gratisan itu sudah ada di terminal bandara. Tinggal jalan kaki ke luar bandara sedikit saja sudah langsung bisa naik bus gratisan. Jaraknya kurang lebih dari stasiun Palmerah ke pasar Palmerah doang kok. Dekat kan?

Nah, perlu kamu perhatikan bus yang kamu naiki. Hampir semua kasino dan hotel memiliki busnya masing-masing dengan warna yang berbeda-beda. Kami akhirnya menaiki sebuah bus mewah dengan kelir ungu. Di bagian badannya tertulis "The Venetian".

Setelah tiba di lobby kami langsung masuk ke gedung megah The Venetian. Benar saja, arsitekturnya benar-benar mewah sekali. Langit-langitnya dilukis dengan gaya lukisan Eropah dengan lantai yang berkilau. Di Lobby terdapat sebuah air mancur yang menjadi salah satu spot foto Instagramable.

Langit-langitnya seperti asli padahal lukisan (dok.pribadi)
Langit-langitnya seperti asli padahal lukisan (dok.pribadi)
Lucunya setiap saya mondar mandir kawasan kasino, saya selalu dimintai paspor. Iya, karena ada aturan untuk yang berusia di bawah 21 tahun tidak boleh masuk. Padahal saya cuma melintas saja supaya bisa memotong jalur sehingga tak perlu memutar jalan. Dan sialnya cuma saya aja yang kena hahahaha. Tapi, lucunya pada hari kedua, malah saya dikenali oleh salah satu securitnya sehingga lolos dari pemeriksaan paspor. Ya habisnya gimana gak kenal wong tiap lewat mondar-mandir periksa paspor terus wkwkwkw.

Setelah melewati kasino, kami langsung mencari makan di food court lantai dua. Hmm,,, karena tidak ada resto halal yang saya cara dari trip advisor akhirnya saya cuma memesan teh tarik saja. Beruntung mas Christo memesan nasi goreng Seafood. Jadi saya bisa icip sebagai pengganjal perut.

Setelah selesai menyantap makan siang, akhirnya kami langsung menuju ke tempat Gondola. Iya betul, tempat ini mirip sekali dengan tempat aslinya di Venezia, Italia. Bahkan abang tukang gondolanya saja ada yang berasal dari Italia.

Naik Godola bisa pesan tiketnya secara online (dok.pribadi)
Naik Godola bisa pesan tiketnya secara online (dok.pribadi)
Oh ya, kalau mau naik ini harganya sekitar MOP $128, untuk anak-anak MOP $98. Tapi kalau mau sewa secara privat bisa juga kok, cukup menyewanya dengan harga MOP $512 sudah termasuk mendengarkan lagu seriosa abangnya.

Pas saya minta lagu "Sayang"nya Via Valen malan nyanyi lagunya Sempurna "Andra and The Backbone". Itu tandanya meraka emang memberikan pelayanan bagi semua wisatawan dari berbagai negara termasuk dari Indonesia. Videonya nanti saya update di channel Youtube saya ya.

Nah, sayangnya sih pas yang naik orang India saya gak mendengar lantunan "Kuch Kuch Hotta Hai" atau "Mohabbatein" wkwkwkw.

Asyik banget kalau naiknya bareng pasangan, lebih romantis (dok.pribadi)
Asyik banget kalau naiknya bareng pasangan, lebih romantis (dok.pribadi)
Oh ya, ada yang menarik di sini. Karena yang naik sebelumnya orang India kasih tip MOP $200, kami jadi gak enak kalau enggak kasih tip wkwkwkw. Apalagi si abang malah udah nyanyi tiga lagu termasuk lagu "Sempurna"nya Andra. Jadi, kami akhirnya patungan berempat buat kasih tips MOP $50. Beda kelas banget yak hahahaha. Yah maklum lah, namanya juga backpacker.

Neng geulis jalan sambil texting bahaya banget lho (dok,pribadi)
Neng geulis jalan sambil texting bahaya banget lho (dok,pribadi)
Setelah puas naik Gondola, akhirnya kami jalan jalan ke luar sambil cari bus gratisan ke arah Senado Square. Kebetulan hotel tempat kami menginap itu berada di dekat Senado Square. Jaraknya lumayan jauh dan harus menyeberang lautan karena berada di pulau yang berbeda.

Ternyata mencari bus gratisan tidak semudah yang diperkirakan. Kondisinya sudah berbeda sejak 5 tahun yang lalu, kata Deddy Huang, salah satu pemenang yang juga pernah mengunjungi Macau 5 tahun silam. Saat itu begitu banyak bus gratis yang bisa ditumpangi tanpa harus mengambil tiket dulu di resepsionis.  

Trotoarnya luas bingits (dok.pribadi)
Trotoarnya luas bingits (dok.pribadi)
Perjalanan menyebang dari kasino satu ke kasino lainnya benar-benar saya manfaatkan untuk memotret dan mencari sesuatu yang unik. Ternyata orang-orang di Macau bukan tipe orang yang kepo sama orang lain hehehe.

Betul kata Deddy Huang, yang menarik tiap kami pindah gedung, masing masing gedung itu punya wangi dan parfum yang khas. Masing-masing punya aroma tersendiri sebagai identitasnya. Menghirupnya saja sudah membuat kami merasa rileks setelah berpanas-panasan di luar.

Dari gedung ke gedung bau parfumnya beda (dok.pribadi)
Dari gedung ke gedung bau parfumnya beda (dok.pribadi)
Selain bisa jalan-jalan dan cuci mata, kami juga bisa sekaligus melihat-lihat denyut kehidupan di Macau. Seru juga ya kalau pas lewatin orang-orang pada ngumpul di salah satu meja permainan sambil mengacung-acungkan tangan. Kayaknya sih lagi hoki tuh!

Landmark begini lumrah di dalam Mal di Macau (dok.pribadi)
Landmark begini lumrah di dalam Mal di Macau (dok.pribadi)
Setelah mendapatkan bus yang dimaksud, akhirnya kami langsung menuju hotel. Ketika tiba di daerah Senado, ternyata ini sih gak beda jauh dengan di Jakarta. Ibaratnya abis jalan-jalan daerah Grand Indonesia langsung disuguhi rumah-rumah susun di sekitar Jakarta Barat hehehe.

Wajah takjub saat pertama kali datang ke Macau (dok.pribadi)
Wajah takjub saat pertama kali datang ke Macau (dok.pribadi)
Tapi jujur ya, saya lebih suka dibandingkan harus keluar masuk Mal dan Kasino. Gak betah aja karena harus periksa paspor segala hahaha. Kesannya saya kok kayak masih di bawah umur gitu. Padahal kalau sudah tahu, sebenarnya pasti kaget wkwkwk.

Ternyata oh ternyata pencarian hotel amat sulit. Apalagi harus naik turun bukit diantara belantara bangunan dengan tulisan-tulisan yang tak kami pahami. Beruntung trotoar di Macau itu enak banget. Batas-batasnya jelas mana hak bagi pejalan kaki dan mana jalur kendaraan.

Naik bukit (dok.pribadi)
Naik bukit (dok.pribadi)
So, di sini motor sama mobil itu pada ngebut rek. Padahal gang sempit. Tapi rata-rata jalur di sekitar pemukiman ini memang cuma satu arah sih. Jadi, saya juga enggak khawatir karena bisa dengan mudah mengetahui arah kendaraan datang.

Bener juga apa kata Kompasianer Dizzman yang pernah bawa anaknya ke Macau meskipun masih batita. Macau itu surganya bagi pejalan kaki buat kami.

Turun bukit (dok.pribadi)
Turun bukit (dok.pribadi)
Sebetulnya banyak tempat menarik lho waktu kami cari-cari hotel. Cuma karena mbak Dewi sepertinya sudah letih dan ingin segera sampai ke Hotel, kami tidak bisa berlama-lama berfoto. Kami hanya berempat dan satu-satunya yang tidak membawa koper hanya mas Deddy. Itulah enaknya kalau traveling cuma bawa backpack.

Foto doeloe (dok.pribadi)
Foto doeloe (dok.pribadi)
Honestly, saya juga kurang pandai bergaya di dapan kamera. Tapi, demi konten dan niat membantu teman. Saya lebih banyak memotret mas Christo dan mas Deddy setiap ada tempat-tempat instagrammable. Menyusuri jalan-jalan kecil di Macau itu emang asyik. Saya jadi ingat seperti menyusuri daerah Kauman dan Taman Sari di Yogyakarta.

Kalau jeli sebetulnya sudah ada beberapa petunjuk yang bisa memberikan arah dengan jelas. Hanya saja karena kami masih keder di Macau jadi masih menggunakan petunjuk arah Google Maps. Nyatanya emang Google Maps itu kasih jalur memutar dan lebih jauh dari yang diperkirakan hahahaha. Padahal jarak dari Hotel ke Senado Square gak lebih dari 700 meter.

Kalau mau jalan paling gampang patokannya Senado Square aja (dok.pribadi)
Kalau mau jalan paling gampang patokannya Senado Square aja (dok.pribadi)
Akhirnya kami berkeliling-keliling mengikuti petunjuk Google Maps. Cuaca juga sedang bersahabat, jadi sesekali saya berhenti dan harus tertinggal di belakang sementara mas Christo dan mas Deddy menjadi penunjuk jalan.

Saya cukup terkesan berada di Macau. Beruntung banget pengalaman pertama kali ke luar negeri saya bisa menjejakkan kaki di Macau. Biar kata Macau terkenal sebagai "Las Vegasnya" Asia, tapi saya benar-benar terkesan berada di Macau.

Jalannya bersih dan punya beberapa spot taman-taman kecil di tengah-tengah pemukiman padat. Selain itu yang menarik, bangunan modern bisa bersanding dengan bangunan-bangunan tua nan bersejarah tapi menunjukkan harmoni. Mungkin ini yang disebut ketika budaya Barat bertemu budaya Timur di Macau.

Ayo mbak terus geret heheh (dok.pribadi)
Ayo mbak terus geret heheh (dok.pribadi)
Suasana pemukiman di Macau itu cukup sepi. Setelah mendekati kawasan hotel ternyata ada beberapa warung makan dan warnet terdekat. Rata-rata makanan yang dijajakan pun relatif terjangkau mulai dari MOP $20 sampai dengan MOP $45. Beda banget harganya tidak seperti di Mal. Ya minim kalau mau makan di Mal harus keluar di atas MOP $50.

Setelah berjalan cukup jauh akhirnya kami tiba juga di Hotel. Kami menginap di Hotel Best Western yang berhadapan langsung dengan sebuah taman yang tidak terlalu luas namun cukup banyak orang yang beraktifitas. Selain itu hotel ini juga cukup strategis karena dekat dengan halte bus dan juga mini market seperti Sevel. Jadi, lokasinya benar-benar memudahkan buat saya yang baru pertama kali ke Macau.

Hotel Sun Sun/Best Western (dok.pribadi)
Hotel Sun Sun/Best Western (dok.pribadi)
Kisah perjalanan kami di Macau belum berakhir....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun