Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 4 jam penerbangan, akhirnya kami tiba di Macau. Sebelumnya kami sempat transit di KLIA2 kemudian berganti pesawat dari Malaysia menuju Macau.
Sayang banget soalnya sejak tanggal 15 Januari 2018 lalu sudah tidak ada lagi direct flight dari Jakarta ke Macau. Padahal beberapa traveler ada yang sempat merasakan tiket murah Air Asia ke Macau hanya sekitar 500 ribuan saja untuk one way belum termasuk bagasi.
Beruntung saya bisa menjejakkan kaki ke Macau berkat lomba blog yang dihelat di Kompasiana akhir 2017 lalu yang bekerja sama dengan Macao Government Tourism Office (MGTO) . Bahkan saya disangui lebih dari cukup selama tiga hari dua malam selama berada di Macau. Saya bersama dua orang pemenang lain dan juga perwakilan dari Kompasiana benar-benar beruntung bisa ke Macau pada awal tahun 2018.
By the way, jujur ini pertama kalinya saya ke luar negeri. Jadi agak norak-norak dikit ya kalau ada tulisan atau foto-foto yang rada narsis hahahaha. Nah, karena ada yang memberikan saran untuk singgah di Hong Kong, akhirnya saya extend dan memperpanjang liburan saya ke Hong Kong dan mampir di Singapura. Untuk dua tempat terakhir nanti akan saya ceritakan terpisah. Pokoknya koplak banget deh, terutama saat saya pertama kali di Singapura hahaha.
Sebelum berangkat saya membekali dengan berbagai macam informasi tentang Macau. Nah, untungnya saya ikut nangkring bareng Kompasianer lain waktu itu. Jadi, sudah ada gambaran sedikit tentang Macau. Bekal saya selama seminggu di luar negeri cuma bawa sangu sekitar HK $1700 dan SIN $50. Kalau dikonversi ke rupiah sih gak sampe 3 jutaan, hehehe ngirit banget yak.
Karena ada informasi cuaca di Macau lagi kurang bersahabat, akhirnya ada beberapa barang yang saya beli di tanah air mulai dari sweter, jaket, sampai dengan kupluk. Sialnya ternyata pas sampai Macau, cuaca malah berbeda dari yang diinformasikan. Panasnya mirip kayak di Bandung. Ya gerah juga sih kalau pakai sweter atau jaket siang hari. Tapi, beruntungnya kami malah bisa eksporasi Macau dengan berjalan kaki, sampai sampai hari ke tiga saya jalan terpincang-pincang. Ini gara-gara saya pakai sepatu suede. Ceritanya kan emang persiapan menghadapi cuaca dingin gitu loh wkwkwkw.
Nah, yang menarik nih, dua orang dari kami sudah pernah berkunjung ke Macau. Jadi, rasanya saya tak perlu khawatir kesasar atau keder saat jalan-jalan di Macau. Selain itu juga kami bakal banyak mengandalkan bus gratisan.
Benar saja, bus gratisan itu sudah ada di terminal bandara. Tinggal jalan kaki ke luar bandara sedikit saja sudah langsung bisa naik bus gratisan. Jaraknya kurang lebih dari stasiun Palmerah ke pasar Palmerah doang kok. Dekat kan?
Nah, perlu kamu perhatikan bus yang kamu naiki. Hampir semua kasino dan hotel memiliki busnya masing-masing dengan warna yang berbeda-beda. Kami akhirnya menaiki sebuah bus mewah dengan kelir ungu. Di bagian badannya tertulis "The Venetian".
Setelah tiba di lobby kami langsung masuk ke gedung megah The Venetian. Benar saja, arsitekturnya benar-benar mewah sekali. Langit-langitnya dilukis dengan gaya lukisan Eropah dengan lantai yang berkilau. Di Lobby terdapat sebuah air mancur yang menjadi salah satu spot foto Instagramable.
Setelah melewati kasino, kami langsung mencari makan di food court lantai dua. Hmm,,, karena tidak ada resto halal yang saya cara dari trip advisor akhirnya saya cuma memesan teh tarik saja. Beruntung mas Christo memesan nasi goreng Seafood. Jadi saya bisa icip sebagai pengganjal perut.
Setelah selesai menyantap makan siang, akhirnya kami langsung menuju ke tempat Gondola. Iya betul, tempat ini mirip sekali dengan tempat aslinya di Venezia, Italia. Bahkan abang tukang gondolanya saja ada yang berasal dari Italia.
Pas saya minta lagu "Sayang"nya Via Valen malan nyanyi lagunya Sempurna "Andra and The Backbone". Itu tandanya meraka emang memberikan pelayanan bagi semua wisatawan dari berbagai negara termasuk dari Indonesia. Videonya nanti saya update di channel Youtube saya ya.
Nah, sayangnya sih pas yang naik orang India saya gak mendengar lantunan "Kuch Kuch Hotta Hai" atau "Mohabbatein" wkwkwkw.
Ternyata mencari bus gratisan tidak semudah yang diperkirakan. Kondisinya sudah berbeda sejak 5 tahun yang lalu, kata Deddy Huang, salah satu pemenang yang juga pernah mengunjungi Macau 5 tahun silam. Saat itu begitu banyak bus gratis yang bisa ditumpangi tanpa harus mengambil tiket dulu di resepsionis. Â
Betul kata Deddy Huang, yang menarik tiap kami pindah gedung, masing masing gedung itu punya wangi dan parfum yang khas. Masing-masing punya aroma tersendiri sebagai identitasnya. Menghirupnya saja sudah membuat kami merasa rileks setelah berpanas-panasan di luar.
Ternyata oh ternyata pencarian hotel amat sulit. Apalagi harus naik turun bukit diantara belantara bangunan dengan tulisan-tulisan yang tak kami pahami. Beruntung trotoar di Macau itu enak banget. Batas-batasnya jelas mana hak bagi pejalan kaki dan mana jalur kendaraan.
Bener juga apa kata Kompasianer Dizzman yang pernah bawa anaknya ke Macau meskipun masih batita. Macau itu surganya bagi pejalan kaki buat kami.
Kalau jeli sebetulnya sudah ada beberapa petunjuk yang bisa memberikan arah dengan jelas. Hanya saja karena kami masih keder di Macau jadi masih menggunakan petunjuk arah Google Maps. Nyatanya emang Google Maps itu kasih jalur memutar dan lebih jauh dari yang diperkirakan hahahaha. Padahal jarak dari Hotel ke Senado Square gak lebih dari 700 meter.
Saya cukup terkesan berada di Macau. Beruntung banget pengalaman pertama kali ke luar negeri saya bisa menjejakkan kaki di Macau. Biar kata Macau terkenal sebagai "Las Vegasnya" Asia, tapi saya benar-benar terkesan berada di Macau.
Jalannya bersih dan punya beberapa spot taman-taman kecil di tengah-tengah pemukiman padat. Selain itu yang menarik, bangunan modern bisa bersanding dengan bangunan-bangunan tua nan bersejarah tapi menunjukkan harmoni. Mungkin ini yang disebut ketika budaya Barat bertemu budaya Timur di Macau.
Setelah berjalan cukup jauh akhirnya kami tiba juga di Hotel. Kami menginap di Hotel Best Western yang berhadapan langsung dengan sebuah taman yang tidak terlalu luas namun cukup banyak orang yang beraktifitas. Selain itu hotel ini juga cukup strategis karena dekat dengan halte bus dan juga mini market seperti Sevel. Jadi, lokasinya benar-benar memudahkan buat saya yang baru pertama kali ke Macau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H