Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

[Review] Kelebihan dan Kekurangan TVS Apache RTR 200 4V

2 September 2016   11:14 Diperbarui: 4 April 2017   17:53 2384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buritan belakang lancip TVS Apache RTR 200 4V (dokpri)

Mungkin masih banyak yang ragu dengan motor India seperti TVS Apache ini. Tapi saya dikejutkan ketika datang langsung ke pabriknya di Karawang. Ternyata motor India ini bukan motor kacangan kok. Beberapa materialnya dipilih dari bahan terbaik dan menggunakan cat terbaik di kelasnya. Nanti akan saya tunjukkan video bagaimana seorang Kevin Alegion, salah satu admin Kompasiana, menguji ketahanan spakbor motor TVS Rockz dengan cara menaiki dan menginjaknya. Hal itu dilakukan sebagai bukti bahwa material yang dipilih TVS merupakan material terbaik.

Namun sebelum saya tunjukkan video tersebut saya ingin mengajak juga melongok seperti apa sih sosok TVS Apache RTR 200 4V ini? Kenapa bintang Indonesia yang kerap main di film-film Hollywood, Joe Taslim, mau menjadi brand ambassadornya?

Desain

TVS Apache RTR 200 4V berselimut kabut di bukit Wanayasa Purwakarta (dokpri)
TVS Apache RTR 200 4V berselimut kabut di bukit Wanayasa Purwakarta (dokpri)
Dari segi desain sudah saya sampaikan pada tulisan sebelumnya kalau TVS Apache RTR 200 4V ini mengusung tema Japanese style. Setidaknya itu terlihat dari desain lampu depan dan tangki bahan bakarnya. Usut punya usut ternyata desain bodi TVS Apache RTR 200 4V ini berasal dari konsep motor yang sama mengusung tema Draken. Gak percaya? silakan deh googling bentuk konsep TVS Draken yang pernah dipamerkan sebelum TVS Apache RTR 200 4V ini diluncurkan medio Januari 2016 lalu.

Suka banget sama warna putihnya (dokpri)
Suka banget sama warna putihnya (dokpri)
Lekuk tubuh TVS Apache RTR 200 4V ini boleh dibilang tongkrongan yang asyik buat diajak jalan. Apalagi jok duduknya sudah mengusung tema racing yang dibuat terpisah buat pengemudi dan penumpang. Jujur saya sendiri belum pernah sih cobain jadi penumpang, tapi sebagai pengemudi, dengan tinggi sekitar 160 cm dan berat 60 kg, bagi saya TVS Apache RTR 200 4V ini cukup bisa saya kendalikan dan handlingnya lumayan oke selama di perjalanan. Ya meskipun memang kudu jinjit balet saat di lampu merah hahaha.

tanki bensin yang posisinya asimetris (dokpri)
tanki bensin yang posisinya asimetris (dokpri)
Salah satu yang juga unik adalah tutup tanki bensi yang mengusung konsep asimetris. Jadi, benar-benar keluar dari konsep selama ini diketahui oleh masyarakat pada umumnya yang simetris berada di tengah. Tanki bensin lebih condong ke sebelah kanan jika dilihat dari posisi pengendara. Mungkin sebagian orang berpikir konsep ini sedikit aneh dan kurang umum. Tapi, upaya ini boleh diapresiasi sebagai salah satu pembeda dengan kompetitor.

Namun, kedepan TVS harus hati-hati dalam urusan simetris dan asimetris. TVS harus belajar pada model lampu asimetris Honda Tiger Revolution 2009 yang banyak dikritik oleh fansboynya karena bentuknya tidak lumrah. Apalagi posisinya terlihat dari depan. Untung tanki ini tidak terlalu mencolok jika dilihat dari depan atau samping. 

Buntut belakang (dokpri)
Buntut belakang (dokpri)
Saat siang buntut belakang ini ada yang bilang aneh. Mungkin desainnya seperti kacamata terbalik. Coba aja lihat lebih seksama. Nah, tapi saat malam justru menurut saya terlihat cukup menarik. Apalagi sudah menggunakan lampu LED. Hanya saja harus diuji lagi saat hujan apakah nyiprat belakang apa enggak. Saat turing kemarin memang sempat hujan rintik tapi tidak sampai deras.

Teknologi

Untuk teknologi rasanya saya masih awam untuk membahas ini, yang jelas dari segi keiritan bensin boleh diakui bahwa TVS Apache RTR 200 4V ini irit minum. Pulang pergi dari Jakarta ke Purwakarta menempuh jarak sekitar 220 km hanya habis 2 bar setelah diisi full tank di Jakarta. Percaya atau enggak ya memang ini harus diukur lebih lanjut lagi. Secara kasat mata itu yang saya saksikan sendiri. Kapasitas tangkinya sendiri mampu menampung 12 liter bbm.

Efisiensi bahan bakar untuk motor dengan mesin 200cc ini boleh lah dibandingkan dengan kompetior lain. Dengan teknologi SOHC, 4 Valve, Oil Cooled dan teknologi DFI Logic BOSCH membuat TVS Apache RTR 200 4V memiliki tingkat efisiensi bahan bakar yang cukup tinggi untuk ukuran motor laki cc gede.

Oh ya, karena kompresi mesinnya 9.7:1 bahan bakar yang paling cocok buat kuda besi ini adalah Pertalite RON 90 atau maksimum Pertamax RON 92. Resikonya apa jika menggunakan RON 88 aka premium? Percaya deh biasanya tenaga bakal kendur dan ruang pembakaran bisa lebih cepat kotor. Ujung-ujungnya malaha jadi doyan service besar deh. Jadi, sebaiknya kenali dulu kompresi mesin dan disesuaikan dengan bahan-bakar yang digunakan.

Mesin 200 cc 4 Valve SOHC oil cooled (dokpri)
Mesin 200 cc 4 Valve SOHC oil cooled (dokpri)

Nah, yang unik TVS Apache RTR 200 4V ini sudah mengusung teknologi O3C (Oil Cooled Combustion Chamber). Opo seh? Hahaha... intinya selama perjalanan kaki saya merasa oke-oke aja gak ada terpaan panas dari mesin. Performa pun cukup stabil untuk perjalanan jauh menempuh Jakarta Purwakarta dan sebaliknya.

Konsol digital yang lengkap (dokpri)
Konsol digital yang lengkap (dokpri)
Nah ini juga salah satu nilai plus TVS Apache RTR 200 4V. Konsol digital di speedometer ini rasanya belum lengkap di ulik lebih dalam. Selain ada pencatat putaran mesin, kecepatan juga ada notifikasi perpindahan gigi cem di motor bebek. Uniknya ada juga fitur untuk mencatat top speed dan lap. Wah pokoknya kalau diulas bisa satu artikel sendiri deh buat smart konsol ini. Saya aja ampe ribet liatnya. Tapi setelah jalan yang paling sering saya lihat sih feul barnya kok gak turun-turun ya wkwkwkw. Nah, ini difoto pas udah sampai Wanayasa. Praktis saat tiba di diler TVS Dewi Sartika cuma abis dua bar aja. Irit bro! 

Suara knalpot membulat dan lebih halus (dokpri)
Suara knalpot membulat dan lebih halus (dokpri)
Percaya enggak percaya, knalpot TVS Apache RTR 200 4V ini sudah lulus uji audio di studio rekaman. Jadi, setingan suara benar-benar dilakukan di studio musik untuk menghasilkan suara yang maksimal dan disukai. Kalau suara knalpot oke rasanya feel riding juga bakal enak banget deh. 

Smart Automatic Headlamp ON

Salah satu aturan baru yang sudah diterapkan sejak lama adalah aturan menyalakan lampu utama pada siang hari. Nah, TVS ini punya keunggulan menurut saya dan ini tidak bisa didapatka pada motor lainnya. Ini termasuk diaplikasikan pada seri TVS Rockz dan Apache yang sudah menggunakan DRL (Day Running Light)

Saat siang hari posisi lampu idle namun tetap nyala redup. Fungsinya tentu saja lebih menghemat aki tapi tetap mengukuti aturan. Nah, saat senja, bisa ditambahkan geser ke tengah untuk menyalakan lampu senja. Saat merasa sudah gelap tinggal geser lagi paling kiri untuk menyalakan lampu lebih terang dari kondisi siang hari. Cakep!

Sedangkan motor kompetitor sudah menghilangkan tuas lampu sehingga terkadang saat malam hari terkesan kurang maksimal pencahayaannya.

On redup saat siang (dokpri)
On redup saat siang (dokpri)
Saat lampu utama dinyalakan (dokpri)
Saat lampu utama dinyalakan (dokpri)
Kecepatan

Nah, kami ber 10 punya kesempatan untuk menggeber tuas gas sampai habis saat pulang dari Purwakarta di daerah Cikarang menuju Bekasi. Saya sendiri mengaku tertinggal dari yang lainnya hahaha. Ngeri jek! Gak biasa bawa motor kenceng-kenceng. Paling mentok saya bawa motor itu cuma 80 kmpj.

Nah, tapi demi test ride kali ini saya bisa sampai melaju hingga 110 kmpj. Rata-rata yang lain ada yang bisa sampai 120 hingga 130 kmpj. Wow banget kan?

Levitasi sama TVS Apache RTR 200 4V (dokpri)
Levitasi sama TVS Apache RTR 200 4V (dokpri)
Nah terus ada berapa gigi? Cuma 5 bro. Itupun saya lebih sering main di gigi 3-4 saat konvoi di jalanan lengang. Baru bisa geber ke 5 pas track lurus aja. Oh iya buat yang awam masalah perpindahan gigi, speedo meter digital TVS Apache RTR 200 4V ini sudah dilengkapi dengan auto shift notification. Jadi pas putaran mesin tinggi dia nyala tuh lampunya kedip-kedip supaya pindah gigi. Tapi kalau udah punya feel sih sih gak perlu lagi pake lampu kedip-kedip ini hahaha.

Suspensi empuk dan nyaman untuk jarak jauh, 37mm telescopic forks (dokpri)
Suspensi empuk dan nyaman untuk jarak jauh, 37mm telescopic forks (dokpri)
Untuk sektor kaki-kaki rasanya tidak perlu diragukan lagi, suspensinya empuk baik depan maupun belakang. Apalagi didukung dengan ban oke, Pirelli ukuran 17 inchi yang langusung didatangkan dari Brazil. Hanya saja dalam waktu dekat menurut sumber A1 mungkin bukan lagi didatangkan dari Brazil karena faktor harga. Bang Aswi, salah satu peserta test ride mengakui bahwa ban Pirelli ini cukup menggigit, ia bisa selamat dari dua kali risiko selip ban saat melewati jalan yang berpasir dan berkerikil.

Kekurangan TVS Apache RTR 200 4V

Overall saya suka dengan handling motor ini meskipun kata teman-teman stangnya harus diganti full bar agar lebih kece. Sayang memang saya tidak merasakan TVS yang sudah di-custom dengan setelan stang dan ban yang lebih laki banget. Namun ada catatan kekurangan dari motor ini.

Pertama finishing knalpot yang terkesan masih kasar. Apalagi dengan buntalan yang terlihat kurang stylish jika covernya dibuka. Ini salah satu pekerjaan rumah TVS untuk memperbaikinya di seri selanjutnya. Jangan sampai hal-hal yang terlihat secara kasat mata kurang diperhatikan secara detail seperti ini.

Teknologi penyaringan yang mengesampingkan estetika (dokpri)
Teknologi penyaringan yang mengesampingkan estetika (dokpri)
Beruntung masih ada side cover untuk menutupi knalpot yang telanjang (dokpri)
Beruntung masih ada side cover untuk menutupi knalpot yang telanjang (dokpri)
Nah, untuk footstep dirasa kurang ke belakang nih kalau menurut beberapa kompasianer lain. Karena memang saya jarang banget pakai motor laki, jadi untuk sektor ini saya lebih percaya testimoni teman-teman lainnya. Tapi bisa dicustom kok dengan mudah.

Gigi susah dinetralkan

Ini salah satu yang jadi bahan obrolan sesama kompasianer. Kok susah banget sih dinetralin ya TVS Apache RTR 200 4V ini. Eh, tapi pas kita udah tau selahnya ternyata mudah juga kok. Jadi dari eksperimen yang kita coba menyimpulkan motor ini DNAnya masih motor India. Jadi kalau mau dinetralkan oper dulu giginya ke 2 baru injak setengah kedepan untuk posisi N (neutral). 

Kenapa susah? Soalnya kebiasaan menggunakan motor Jepang posisi netral itu dari satu baru congkel setengah ke atas. Nah ini kan motor India jadi perlakuannya pasti beda kan. 

Buritan belakang lancip TVS Apache RTR 200 4V (dokpri)
Buritan belakang lancip TVS Apache RTR 200 4V (dokpri)
Nah saya juga sempat kena trouble sedikit. Pas melewati polisi tidur, mesin mati karena memang dalam posisi gigi 3. Saya paksa naik hahaha soalnya males oper gigi, ternyata mati. Eh setelah di stater kok susah ya gak mau pisan idup. Untung lagi di kampung jalanan sepi pas mau masuk komplek Giri Tirta Kahuripan. Nah, setelah ada rider lain dari TMC kasih saran untuk oper gigi dulu. Yeay, ternyata bisa idup deh. Ini namanya smart system technologi TVS yang kudu kita pahami.

Oh ya, saat uji TVS Apache RTR 200 4V di pabrik ini sempat ada sedikit trouble juga. Eno salah satu kompasianer mengeluhkan perpindahan gigi dari 2 ke 3 power jadi ngeden. Eh, ternyata lampu bensinnya emang merah tanda kekurangan bensin. So, sistem DFI logic TVS Apache RTR 200 4V ini bakal memaksa pengendara untuk bisa berhemat bbm saat kondisi lampu indikator bbm merah. Wal hasil pada tes kedua setelah ditambahkan bensin ulang, Eno tidak mengalami masalah ngeden lagi saat operan gigi. 

Kesimpulan

Kesimpulan saya sih sederhana. Dengan rentang harga 24 jutaan, TVS Apache RTR 200 4V ini worth it banget lah dengan kompetitor untuk level harga uang sama. Banyak kelebihan yang bisa didapatkan dari TVS Apache RTR 200 4V. Hanya saja, mungkin masalah after sales servicenya yang jadi pekerjaan berat buat TVS.

Kapan touring lagi min? Jangan lupa ajak gue yah (dokpri)
Kapan touring lagi min? Jangan lupa ajak gue yah (dokpri)

Kalau soal Trust, saya udah percaya deh TVS memberikan produk terbaik. Untuk Value juga TVS memberikan produk dengan nilai lebih dengan rentang harga yang rasional. Nah, Service inilah yang harus digenjot lagi. Karena di Purwakarta saja untuk ukuran kabupaten yang sudah ada komunitas motornya ternyata belum tersedia diler resminya. Hal ini terungkap saat kami berbincang-bincang dengan komunitas TVS di Purwakarta.

Buat saya sih wow banget ya, TVS ternyata punya pencinta loyal hingga ke daerah. TVS Apache RTR 200 4V bukan hanya untuk mereka yang mengerti mesin dan motor laki, tapi khususnya buat mereka yang paham arti sebuah nilai tambah dari sebuah produk unggulan.

Hmmm... kapan ya Indonesia bisa selevel dengan India untuk urusan teknologi motornya. Kita harusnya bisa membuat produk yang lebih unggul dari ini bro!

Factory Visit di Pabrik TVS Karawang (dokpri)
Factory Visit di Pabrik TVS Karawang (dokpri)

Salam hangat

http://www.dzulfikaralala.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun