Nah, tapi demi test ride kali ini saya bisa sampai melaju hingga 110 kmpj. Rata-rata yang lain ada yang bisa sampai 120 hingga 130 kmpj. Wow banget kan?
Levitasi sama TVS Apache RTR 200 4V (dokpri)
Nah terus ada berapa gigi? Cuma 5 bro. Itupun saya lebih sering main di gigi 3-4 saat konvoi di jalanan lengang. Baru bisa geber ke 5 pas
track lurus aja. Oh iya buat yang awam masalah perpindahan gigi,
speedo meter digital TVS Apache RTR 200 4V ini sudah dilengkapi dengan auto shift notification. Jadi pas putaran mesin tinggi dia nyala tuh lampunya kedip-kedip supaya pindah gigi. Tapi kalau udah punya feel sih sih gak perlu lagi pake lampu kedip-kedip ini hahaha.
Suspensi empuk dan nyaman untuk jarak jauh, 37mm telescopic forks (dokpri)
Untuk sektor kaki-kaki rasanya tidak perlu diragukan lagi, suspensinya empuk baik depan maupun belakang. Apalagi didukung dengan ban oke, Pirelli ukuran 17 inchi yang langusung didatangkan dari Brazil. Hanya saja dalam waktu dekat menurut sumber A1 mungkin bukan lagi didatangkan dari Brazil karena faktor harga. Bang Aswi, salah satu peserta test ride mengakui bahwa ban Pirelli ini cukup menggigit, ia bisa selamat dari dua kali risiko selip ban saat melewati jalan yang berpasir dan berkerikil.
Kekurangan TVS Apache RTR 200 4V
Overall saya suka dengan handling motor ini meskipun kata teman-teman stangnya harus diganti full bar agar lebih kece. Sayang memang saya tidak merasakan TVS yang sudah di-custom dengan setelan stang dan ban yang lebih laki banget. Namun ada catatan kekurangan dari motor ini.
Pertama finishing knalpot yang terkesan masih kasar. Apalagi dengan buntalan yang terlihat kurang stylish jika covernya dibuka. Ini salah satu pekerjaan rumah TVS untuk memperbaikinya di seri selanjutnya. Jangan sampai hal-hal yang terlihat secara kasat mata kurang diperhatikan secara detail seperti ini.
Teknologi penyaringan yang mengesampingkan estetika (dokpri)
Beruntung masih ada side cover untuk menutupi knalpot yang telanjang (dokpri)
Nah, untuk footstep dirasa kurang ke belakang nih kalau menurut beberapa kompasianer lain. Karena memang saya jarang banget pakai motor laki, jadi untuk sektor ini saya lebih percaya testimoni teman-teman lainnya. Tapi bisa dicustom kok dengan mudah.
Gigi susah dinetralkan
Ini salah satu yang jadi bahan obrolan sesama kompasianer. Kok susah banget sih dinetralin ya TVS Apache RTR 200 4V ini. Eh, tapi pas kita udah tau selahnya ternyata mudah juga kok. Jadi dari eksperimen yang kita coba menyimpulkan motor ini DNAnya masih motor India. Jadi kalau mau dinetralkan oper dulu giginya ke 2 baru injak setengah kedepan untuk posisi N (neutral).Â
Kenapa susah? Soalnya kebiasaan menggunakan motor Jepang posisi netral itu dari satu baru congkel setengah ke atas. Nah ini kan motor India jadi perlakuannya pasti beda kan.Â
Buritan belakang lancip TVS Apache RTR 200 4V (dokpri)
Nah saya juga sempat kena trouble sedikit. Pas melewati polisi tidur, mesin mati karena memang dalam posisi gigi 3. Saya paksa naik hahaha soalnya males oper gigi, ternyata mati. Eh setelah di stater kok susah ya gak mau pisan idup. Untung lagi di kampung jalanan sepi pas mau masuk komplek Giri Tirta Kahuripan. Nah, setelah ada rider lain dari TMC kasih saran untuk oper gigi dulu. Yeay, ternyata bisa idup deh. Ini namanya smart system technologi TVS yang kudu kita pahami.
Lihat Otomotif Selengkapnya