Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Ketapels Duo Kartini] Jalan Sunyi Duo Kartini Asal Tangsel

21 April 2016   23:22 Diperbarui: 21 April 2016   23:46 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

5. Peserta

Ketiadaan pengawas menjadikan BPJS di lapangan makin karut marut. RS pun terkadang banyak berdalih jika menerima pasien BPJS. Alasanya ya berbagai macam. Mulai dari kamar penuh hingga tidak ada obat yang sesuai dengan plafond yang ditetapkan BPJS. Jika sudah begitu Yuli lah yang akan menengahi dan memperjuangkan pasein mendapatkan haknya.

Tak sedikit pasein yang sudah ditolong oleh Yuli. Mulai dari yang tidak mampu sampai yang mampu tapi ya gitu deh. Banyak mafianya juga ternyata di RS.

Bukan berarti tidak ada RS yang baik. Yuli bahkan mengungkapkan salah satu RS terbaik yang pernah ia kunjungi adalah RS Pelni. RS Pelni memiliki info digital untuk ruang yang kosong atau terisi. Sistem ini sama seperti yang tertera di tempat parkir pusat perbelanjaan. Jadi, saat akan masuk gedung parkir sudah tertera sisa tempat parkir tersedia, sehingga tidak harus mutar-mutar dahulu.

Harapannya semua RS yang menerima pasein BPJS bisa meniru langkah RS Pelni. Agar memudahkan pasein yang membutuhkan pertolongan.

Yuli mengakui bahwa ada beberapa pasien BPJS yang meninggal sebelum masuk meja operasi. Hal ini dikarenakan antrian yang sangat panjang. Mekanisme dan birokrasi seperti inilah yang membuat antrian pasein semakin panjang. Untuk USG dan tindakan-tindakan yang membutuhkan biaya besar, ternyata juga harus antri. Wajar jika ada istilah meniggal duluan sebelum masuk meja operasi.

Call Center BPJS pun dipertanyakan. Bahkan salah satu member Ketapels bilang bahwa ketika telpon ke Call Center BPJS tak pernah diangkat. Sekalinya diangkat selalu pura-pura tidak mendengarkan. Beginikah layanan BPJS yang sudah minta kenaikan tarif iuran?

Ketidaksiapan BPJS dalam menagani sistem yang harus ditempuh pasein di lapangan memang patut dipertanyakan. Banyak sekali pasein yang awam. Celah-celah inilah yang dimanfaatkan oknum tertentu untuk memeras pasein. Sudah sakit, diperas pula. Bak sudah jatuh lalu tertimpa buah durian. Mati lah dia!

Meski tak dibayar Yuli akan tetap melayani dan memperjuangkan hak-hak pasein BPJS sampai dia tidak mampu lagi. Namun, dari beberapa kasus yang ditangani oleh Yuli, rata-rata berhasil diselamatkan meskipun harus "gontok-gontokan" dengan Rumah Sakit dan BPJS sendiri.

Kedua perempuan diatas bagi saya bukan hanya saja teladan, namun contoh Kartini masa kini yang memilih jalan sunyi. Pasalnya karena sedikit sekali yang memilih jalan seperti mereka berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun