Nah, ibu Luthfiany banyak bercerita tentang Sunpride yang berada di bawah bendera PT Sewu Segar Nusantara. Sunpride memiliki kebun didaerah Way Kambas Lampung. Saat diputarkan video profile tentang kebun Sunpride pokoknya wah banget deh. Rasanya pengen ikut meninjau kesana. Soalnya dengan luas 3000an ha harus bersih sama sekali dari tinja atau pipis manusia hehehe....polusi katanya.
Perlakuan Sunpride terhadap buah-buah yang ditanam memang sangat istimewa. Hampir seluruh buah ditutupi demi menjaga kesegaran dan tidak dimakan codot hehehe. Makanya kata bu Luthfiany kalau malam seperti jejeran pocong.
Untuk pisang Cavendish nya pun demikian istimewa. Bayangin aja saat panen, pisang langsung di gendong hingga ke ruang penyimpanan. Jadi gak boleh sama sekali pisang itu menyentuh tanah. Setelah itu didistribusikan dengan truck berpendingin. Disinilah yang bikin buah-buah Sunpride terkesan mahal.Â
Perlakuan istimewa tersebut merupakan komitmen perusahaan untuk menjaga kualitas buah. Makanya 80% target market memang terlebih dahulu untuk pasar modern. Sedangkan general market masih dalam penjajakan karena masalah image yang harus dijaga setelah buah itu berada di pasaran.
Ibu Luthfiany menambahkan bahwa harga buah lokal yang mahal memang menjadi tugas bersama. Pasalnya gempuran buah impor memang tidak bisa terbendung. Bahkan mas Ony Jamhari yang mulai berbisnis juice mengaku kesulitan mendapatkan buah lokal. Meskipun ada biasanya harganyapun mahal. Disini lagi-lagi butuh peran pemerintah dalam mengatur dan mendukung para petani lokal untuk lebih meningkatkan produksi buah lokal. Kebutuhan dan kesadaran masyarakat akan hidup sehat semakin tinggi dengan lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan. Sayang kan negara agraris tapi rakyatnya jarang makan buah.
Saya jadi teringat cerita teman saya mbak Raiyani yang begitu terpesona dengan negara ASEAN lainnya yang memiliki keunggulan dalam buah-buahan. Contoh saja di Thailand yang berlimpah buah dan berkualitas tapi murah. Maka ini sudah jadi tugas kita bersama untuk menggelorakan buah lokal agar menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
Salam Hangat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H