Ki Ka; Wardah Fajri, Dr. Grace dan Ibu Luthfiany/dok.pribadi
Kompasiana Nangkring bersama Sunpride di Hotel Ibis ruang Rinjani nampak berbeda dari Nangkring biasanya (27/6). Pasalnya kami dikelilingi oleh buah-buahan segar nan menggoda. Dari kulit buanya saja terlihat kinyis-kinyis kulit manggis kalau kata Pak De Kartono. Buah-buahan ini ternyata bukanlah buah impor meskipun memiliki tampilan yang berkelas seperti buah impor. Buah-buah yang dipajang baik di parcel maupun hiasan di panggung merupakan buah asli yang ditanam dan dipanen dari tanah Indonesia. Lalu pertanyaannya apa yang menjadikan buah lokal ini mahal? Nanti yaa di belakang kita bahas.
Hadir pada saat yang sama ibu Luthfiany Azwawie, (Perwakilan Sunpride) dan Dr. Grace Junio (Pakar Nutrisi). Pada sesi awal Dr Grace banyak memberikan tips seputar pemenuhan kebutuhan nutrisi saat puasa. Banyak dari kompasianer yang sebetulnya sudah paham secara kesahatan apa yang harus dilakukan. Namun Dr Grace memberikan pandangan ilmiah mengapa ada yang perlu dilakukan dan mengapa ada beberapa pantangan saat berpuasa.Â
Seperti kata Nabi makan dan janganlah berlebih-lebihan. Tuntunan Nabi tersebut sejalan dengan tinjauan ilmiah. Apalagi jika saat berbuka puasa. Setelah berbuka, hendaknya tidak langsung makan berat. Supaya pencernaan juga tidak kaget. Makanlah sedikit demi sedikit. Jika perlu, takjil dulu kemudian selingi dengan salat maghrib terlebih dahulu. Tapi apa daya yah, ternyata praktiknya sulit banget. Setelah bedug maghrib, semua makanan prasmanan dan buah-buahan sunpride langsung ludes loh saudara hahaha.
Bahkan mas Syaifudin Sayuti, kompasianer yang memenangi Livetwit Nangkring Sunpride membagikan tipsnya saat pagi hari supaya tidak cepat ngantuk dan badan lebih enteng. Rahasiannya adalah mengurangi nasi putih. Lebih baik jika diperbanyak buah, sayur dan lauknya.
Yang jelas bagaimanapun buah dan sayur pun tidak akan bisa menggantikan fungsi karbohidrat dan protein. Maka semuanya harus seimbang dan tidak berlebihan.Â
Dr. Grace juga menyarankan untuk konsumsi pisang saat sahur. Selain baik untuk menjaga mood, juga kaya akan vitamin yang bisa menangkal sel kanker.
Sunpride sendiri punya buah pisang yang jadi unggulannya yakni Pisang jenis Cavendish. Pisang-pisang ini dipasaran kira-kira harganya sekitar 16K/kg dulu banget sih katanya cuma 12K. Yakin deh, sekarng pisang Sunpriden itu sudah jadi gengsi tersendiri jika bisa juga tersaji di meja makan. Selain harganya lebih mahal dari beras juga lebih mahal dari bensin pertamax sekalipun. Rahasianya apa yah?
Nah, ibu Luthfiany banyak bercerita tentang Sunpride yang berada di bawah bendera PT Sewu Segar Nusantara. Sunpride memiliki kebun didaerah Way Kambas Lampung. Saat diputarkan video profile tentang kebun Sunpride pokoknya wah banget deh. Rasanya pengen ikut meninjau kesana. Soalnya dengan luas 3000an ha harus bersih sama sekali dari tinja atau pipis manusia hehehe....polusi katanya.
Perlakuan Sunpride terhadap buah-buah yang ditanam memang sangat istimewa. Hampir seluruh buah ditutupi demi menjaga kesegaran dan tidak dimakan codot hehehe. Makanya kata bu Luthfiany kalau malam seperti jejeran pocong.
Untuk pisang Cavendish nya pun demikian istimewa. Bayangin aja saat panen, pisang langsung di gendong hingga ke ruang penyimpanan. Jadi gak boleh sama sekali pisang itu menyentuh tanah. Setelah itu didistribusikan dengan truck berpendingin. Disinilah yang bikin buah-buah Sunpride terkesan mahal.Â
Perlakuan istimewa tersebut merupakan komitmen perusahaan untuk menjaga kualitas buah. Makanya 80% target market memang terlebih dahulu untuk pasar modern. Sedangkan general market masih dalam penjajakan karena masalah image yang harus dijaga setelah buah itu berada di pasaran.
Ibu Luthfiany menambahkan bahwa harga buah lokal yang mahal memang menjadi tugas bersama. Pasalnya gempuran buah impor memang tidak bisa terbendung. Bahkan mas Ony Jamhari yang mulai berbisnis juice mengaku kesulitan mendapatkan buah lokal. Meskipun ada biasanya harganyapun mahal. Disini lagi-lagi butuh peran pemerintah dalam mengatur dan mendukung para petani lokal untuk lebih meningkatkan produksi buah lokal. Kebutuhan dan kesadaran masyarakat akan hidup sehat semakin tinggi dengan lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan. Sayang kan negara agraris tapi rakyatnya jarang makan buah.
Saya jadi teringat cerita teman saya mbak Raiyani yang begitu terpesona dengan negara ASEAN lainnya yang memiliki keunggulan dalam buah-buahan. Contoh saja di Thailand yang berlimpah buah dan berkualitas tapi murah. Maka ini sudah jadi tugas kita bersama untuk menggelorakan buah lokal agar menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
Salam Hangat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H