[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="pentingnya seorang guru/dok.tomesawayfromhome.tumblr.com"][/caption]
Kolom penghasilan orang tua siswa dalam formulir online SNMPTN dipastikan tidak akan mempengaruhi kelulusan. Seperti dilansir dari Okezone.com Panitia Lokal SNMPTN Bandar Lampung Hasriadi Mat Akin mengatakan bahwa seleksi berdasarkan kemampuan akademik. Dan kolom penghasilan orang tua hanya sebagai identitas biasa saja.
Sebelumnya Koalisi Masyarakat Anti Komersialisasi Pendidikan menduga bahwa kolom penghasilan orang tua adalah bentuk komersialisasi pendidikan. Mereka menduga bahwa kolom penghasilan orang tua bertujuan untuk menjaring kalangan mampu saja. Namun dugaan ini sudah di sanggah oleh Menteri Pendidikan M. Nuh yang menyatakan hal serupa bahwa data penghasilan orang tua hanya sebagai identitas biasa.
Sekretaris Umum SNMPTN 2012 Rochmat Wahab mengatakan bahwa data penghasilan orang tua ini di maksudkan untuk memastikan bahwa peserta yang mendapatkan beasiswa bidik misi adalah orang-orang yang tepat sasaran. Karena pada tahun sebelumnya ada beberapa data yang sengaja dimanipulasi demi mendapatkan beasiswa. Padahal kenyataannya mereka yang memanipulasi data merupakan golongan yang mampu. Inilah alasan mendasar mengapa kolom penghasilan orang tua di sertakan dalam formulir online SNMPTN 2012.
Pendaftaran SNMPTN 2012 sendiri akan ditutup pada tanggal 31 Mei 2012 pada pukul 22.00 WIB.
Ada sebuah kisah yang pernah saya dengar langsung dari seorang dosen di salah satu PTN. Sebut saja PTN A. Selain melalui jalur SNMPTN, saat itu PTN A masih mengadakan ujian mandiri. PTN A menghendaki setiap orang tua memberikan sumbangan guna membantu dalam melengkapi segala sarana prasarana yang menunjang proses pendidikan di PTN tersebut.
Ketika itu ada dua orang tua yang sanggup memberikan sumbangan sebesar 1 Milyar. Angka 1 Milyar jelas angka yang sangat besar. Namun, sekali lagi PTN A tidak silau dengan duit. Siapapun yang masuk harus melalui saringan masuk secara jujur dan kompetitif.
Setelah hasil tes diumumkan ternyata yang lulus ujian hanya salah satu dari dua orang yang sanggup memberikan sumbangan sebesar 1 Milyar. Jika PTN A mau sebetulnya kedua mahasiswa itu bisa diterima karena sumbangan yang begitu besar. Toh jika memang mahasiwanya tidak sanggup mengikuti kuliah, tentu sistem DO akan menunggu. Tapi, PTN tersebut tidak melakukannya karena bukan itu yang dicari.
Lain lagi dengan PTN yang satu ini. Sebut saja PTN B. Ada beberapa siswa yang mengikuti ujian mandiri di PTN B. Seperti biasa mereka mengikuti SNMPTN. Namun untuk jaga-jaga siswa juga mengikuti ujian mandiri. Ternyata kolom kesediaan sumbangan di berikan pada awal pendaftaran. Meskipun belum tahu fungsi dan kegunaannya akhirnya berapa orang tua mengisi dengan jumlah minimal yang sudah ditentukan.
Ada juga orang tua yang beranggapan bahwa semakin besar sumbangannya maka peluang untuk masuk akan semakin besar pula. Nah dalam beberapa kasus tertentu ternyata anggapan ini benar. Karena kebetulan ada salah satu orang tua yang memang mengisi diatas jumlah minimum yang ditetapkan. Semantara yang mengisi jumlah minimum setelah melihat hasilnya tidak lulus ujian mandiri. Segala kemungkinan bisa terjadi disini. Yang jelas saat itu memang tidak ada pihak yang terkait yang mengatakan atau membantah bahwa semakin besar jumlah sumbangannnya maka akan semakin besar peluangnnya di terima di PTN B.
Akhirnya ketika pengumuman SNMPTN terjadi lah hal lain yang tidak diduga sebelumnya. Beberapa siswa yang mengambil PTN karena lulus melalui SNMPTN mau tidak mau harus mengabaikan kursi yang telah dimenangkan melalui jalur mandiri. Otomatis kursi yang ditinggalkan menjadi tak berpenghuni.
Beberapa siswa mengaku bahwa mereka di telpon pihak PTN B yang meminta menaikkan nilai sumbangan sebagai syarat kelulusan. Ada dugaan bahwa kursi-kursi yang tidak diambil oleh siswa yang mengambil kursi di PTN melalui jalur SNMPTN ternyata di perjualbelikan melalui besaran sumbangan. Ada beberapa siswa yang sembunyi-sembunyi menyambutnya dan ada pula yang secara terang-terangan menceritakan hal ini kepada saya karena memang dia tidak mau mendapatkan kursi dengan cara demikian.
Jika kita melihat apa yang telah dikatakan Obama mungkin perlu kita renungkan. Bahwa apa yang menjadi kunci keberhasilan bukanlah dari warna kulit dan besarnya penghasilan orang tua melainkan orang berdiri di kelas yaitu seorang guru. Jika ada siswa yang lulus PTN namun dengan cara-cara yang tidak terpuji maka betapa tidak ada gunanya apa yang selama ini mereka dapatkan di ruang kelas.
Joglo
Salam dari @gurubimbel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H