Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kecerobohan Pemerintah Tak Mengakomodasi Siswa Tunanetra

26 April 2012   08:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:05 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perusahaan tersebut adalah Amarican Printing House yang terletak di Louisville, Kentucky, penerbit terbesar didunia, memproduksi buku-buku yang disertai rekaman suara hingga peta dunia. Perusahaan tersebut memiliki museum yang menyimpan buku pertama untuk tunanetra.

Bukan saja memproduksi buku-buku braille, American printing House juga membuat majalah populer seperti Reader's Digest, Newsweek, dan Weekly Readers dalam versi braille untuk anak muda yang dibiayai oleh donasi umum. Tidak cukup hanya itu saja, formulir pembayaran pajak federal versi braille juga di produksi dalam jumlah yang banyak. Hal remeh-remeh seperti cara merajut pun di buat dalam versi braille.

Hebatnya lagi Library of Congress atau perpustakaan Kongres Amerika di Washington mendanai produksi sekitar 500 buku audio atau talking books setiap tahun. Lalu apa yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia selama ini untuk memfasilitasi tunanetra? Al-Quran braille saja sulit kita dapatkan di negeri yang jumlah pemeluk agama Islamnya terbesar di dunia. Kita hanya bisa mendapatkannya di toko buku tertentu. Menurut berita dalam okezone.com pada tahun 2011 diketahui bahwa perpustakaan braille terbaik se-Indonesia saja hanya memiliki 300 judul buku. Karena berbentuk braille, 300 judul buku tersebut berwujud 4.000 buku. Karena satu halaman buku biasa, jika telah diubah bisa menjadi tiga halaman versi braille.

Fakta ini cukup ironis dan sungguh membuat kita hanya sebatas bermimpi memiliki berbagai sarana dan prasarana yang memadai bagi anak-anak berkebutuhan khusus dalam mendapatkan pendidikan yang layak. Hal yang semakin membuat kita miris. Begitu banyak dana pendidikan yang dikorupsi yang sebetulnya bisa dipergunakan untuk mendirikan perusahan yang menciptakan alat-alat pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Banyak hal yang dilakukan demi memajukan pendidikan di Indonesia jika "tikus-tikus" yang masih berkeliaran itu dijebloskan sedalam-dalamnya ke penjara jahanam.

Melihat kenyataan ini sebetulnya pemerintah malah mengalami kemunduran ketika memutuskan tidak menyediakan naskah soal unas braille. Semoga saja siswa-siswa berkebutuhan khusus yang ikut ujian nasional bisa lulus dengan nilai yang memuaskan.

Serpong

Follow @gurubimbel di twitter

PS. Mohon maaf atas kekeliruan judul sebelumnya. Trims

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun