Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hasil Uji Kompetensi Awal Guru Thn 2012 Memprihatinkan

17 Maret 2012   05:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:55 8585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alur Uji Sertifikafi 2012/dok.kemendiknas

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Alur Uji Sertifikafi 2012/dok.kemendiknas"][/caption]

Kemendikbud melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh akhirnya mengumumkan hasil uji kompetensi awal guru yang diselenggarakan pada bulan Februari 2012 lalu (16/3). Uji kompetensi awal (UKA) ini dimaksudkan untuk menjaring guru yang akan mengikuti ujian sertifikasi guru. Mereka yang lulus UKA, berhak untuk mengukuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Setelah mengikuti PLPG kemudian ada uji kompetensi akhir yang menentukan lulus tidaknya seorang guru dalam melaksanakan ujian sertifikasi guru. Sedangkan bagi mereka yang tidak lulus UKA akan diberikan pembinaan sehingga dapat mengikuti UKA pada tahun berikutnya.

Ujian sertifikasi guru ini pada dasarnya bertujuan untuk mengukur tingkat profesionalitas seorang guru. Dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Mereka yang lulus ujian kompetensi akhir berhak mendapatkan sertifikat pendidik profesi sebagai tanda bahwa mereka berkompeten dalam mendidik. Meskipun demikian pada kenyataannya proses sertifikasi pun diduga penuh dengan kecurangan yang dilakukan oleh beberapa oknum guru.

Hal ini tentu saja mengundang para guru berlomba-lomba mengikuti ujian sertifikasi karena alasan insentif yang cukup menjanjikan bagi kantong seorang guru. Meski terkadang insentif tersebut hanya datang enam bulan sekali tetapi sangat membantu perekonomian seorang guru. Terutama bagi mereka yang sudah puluhan tahun mengabdi sebagai guru.

Faktanya dilapangan sebagian dari mereka yang sudah lulus sertifikasi ternyata tidak meningkatkan kualitas diri mereka. Hanya bermodalkan manipulasi data mereka bisa lulus sertifikasi dengan mudah. Sehingga inilah yang mendorong proses ujian sertifikasi dirubah sedemikian rupa untuk mencegah segala kecurangan. Ujian kompetensi awal ini sontak diprotes ratusan ribu guru yang sudah mengidam-idamkan dapurnya mengepul lebih lama. Dan ternyata sudah di duga beberapa guru bahwa hasilnya pun sesuai sekali menggambarkan kondisi para guru sekarang ini.

Berikut adalah data-data yang saya konversi dalam bentuk tabel yang bersumber dari jpnn.

[caption id="attachment_166591" align="aligncenter" width="503" caption="Jumlah Peserta/dok.pribadi"]

1331960315667615630
1331960315667615630
[/caption]

Dari total pendaftar yang berjumlah 285.884 orang hanya 2 % (4.868) yang dinyatakan tidak bisa mengikuti UKA karena berbagai alasan. Sehingga data yang akan terlampir selanjutnya adalah hasil 98 % peserta (281.016) yang mengikuti UKA.

[caption id="attachment_166592" align="aligncenter" width="478" caption="Background Pendidikan Peserta/dok.pribadi"]

13319605271261746477
13319605271261746477
[/caption]

Dari ratusan ribu peserta yang mengikuti UKA ternyata tercatat hanya sembilan orang yang mempunyai latar belakang S3. Saya menerawang jauh ke belakang. Sebelumnya kita pernah tahu ada seorang kompasianer yang menulis bahwa di Singapura sudah banyak guru berlatar belakang S3 yang tidak segan-segan untuk mengajar di Sekolah Dasar. Kerena mereka memahami betapa pentingnya meletakkan pondasi yang kuat saat anak-anak usia belia.

Pemerintah semestinya mulai merencanakan untuk meningkatkan kualifikasi para guru agar mampu juga meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan menyekolahkan mereka kembali. Bisa jadi program sertifikasi ini malahan membuat para guru menjadi malas untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Ingat BLT? Masyarakat cenderung menjadi bangsa yang pemalas dan dididik secara tidak langsung untuk menjadi peminta-minta.

[caption id="attachment_166594" align="aligncenter" width="452" caption="Urutan Terrendah/dok.pribadi"]

13319612511663138706
13319612511663138706
[/caption]

Inilah lima besar deretan provinsi yang nilai rata-ratanya paling rendah. Apa artinya? Jika gurunya tidak berkompeten sebaiknya daerah ini tidak disamakan standar kelulusannya dalam Ujian Nasional 2012. Ini penting karena logikanya tidak mungkin guru yang berkompeten rendah akan menghasilkan siswa yang berkualitas. Meskipun Ujian Nasional hanya tes evaluasi tetapi angka ini menunjukkan bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia bagaikan langit dan bumi. Sementara standar kelulsannya di sama ratakan. Biarkan provinsi ini menentukan sendiri standar kelulusannya sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.

[caption id="attachment_166596" align="aligncenter" width="451" caption="Urutan Tertinggi/dok.pribadi"]

133196156166238067
133196156166238067
[/caption]

Inilah 10 besar provinsi yang memiliki nilai rata-rata tertinggi. Meskipun masuk jajaran tertinggi nilai rata-rata ini cukup memprihatinkan. Lihat saya DIY yang memiliki nilai rata-rata tertinggi hanya bisa mencapai angka 55,1. Kalau ada rapornya kesepuluh anak ini pasti tidak akan lulus. Kecuali nilainya sudah di mark up oknum guru. hehehehehe

Menarik sekali jika kita jabarkan angka-angka tersebut. Banten yang letaknya berada dekat dengan pusat pemerintahan ternyata kualitas guru-gurunya tidak jauh berbeda dengan di Papua. Menyedihkan bukan? Kita tahu Papua banyak sekali terkendala dengan fasilitas dan layanan pendidikan. Namun, Banten yang sebetulnya bisa dikatakan lebih maju dibandingkan Papua ternyata posisinya malah dibelakang Papua. Bravo buat guru-guru di Papua!

Di Jabar ada beberapa Universitas unggulan. Katakanlah UPI (IKIP Bandung) yang dulu dikenal sebagai Institusi yang menghasilkan banyak sekali tenaga guru. Lalu ada UNPAD, ITB, IPB dan masih banyak lagi beberapa Universitas penyumbang guru. Namun ternyata tidak menggambarkan posisi yang lebih baik dibandingkan dengan Bali yang dikenal dengan tujuan pariwisata. Kota Bandung yang dikenal sebagai kota pendidikan pun rasanya sudah tidak relevan sekali dengan kenyataan ini.

Kesemuanya itu adalah tugas dan fungsi kemendikbud untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia dengan lebih baik lagi. Fakta-fakta ini jelas sangat memprihatinkan sekali. Sudah saatnya kemendikbud tidak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bersifat gengsi dan orientasi proyek semata yang bisa mengorbankan pendidikan di Indonesia.

"Tidak ada murid yang bodoh, mereka hanya tidak menemukan guru yang tepat"

Prof. Yohanes Surya

Serpong

Follow @gurubimbel

Sumber data : JPNN

Like and Share Inspiring Story on Ramadhan 1433 H http://forum.kompas.com/cerita-unik-ramadhan/145967-%5Bcur%5D-ujian-puasa-yang-sesungguhnya-sebuah-pengalaman-spiritual-%40harrismaul.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun