Mohon tunggu...
Fika Fatiha
Fika Fatiha Mohon Tunggu... Lainnya - Beriman, Berilmu, Beramal

Menulis Karena Ga Bisa Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Inilah Para Orangtua Yang Durhaka terhadap Anaknya, Apakah Orangtua Kita Salah Satunya?

2 Mei 2023   20:14 Diperbarui: 18 Mei 2023   21:09 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap manusia memiliki titik 0 hidup yang berbeda setiap individunya. Ada manusia yang berasal dari keluarga yang berencana dan ada pula yang tidak. 

Orang tua yang berasal dari keluarga yang berencana adalah keluarga yang memang sudah merencanakan matang-matang tentang kehidupan rumah tangganya hingga mempersiapkan anak mereka tidak hanya sekadar mengasihi dan menyayangi tetapi membentuk anak-anak mereka untuk menemukan jalan hidup yang sesuai dengan hidup yang mereka butuhkan (sesuai kemampuan lahiriahnya). 

Manusia yang lahir dari orang tua seperti ini jika sudah besar kemungkinan akan menjadi manusia yang memiliki masa depan cerah sesuai dengan standar kesuksesan yang di ciptakan manusia lainnya. Atau jika memiliki orang tua yang paham agama sudah barang tentu kesuksesan yang di dapat tidak hanya dunia tapi juga sukses dunia akhirat (berimbang). 

Ada pula manusia yang bukan berasal dari keluarga berencana, yaitu keluarga yang memang tidak merencanakan secara matang terkait memiliki anak. Persepsi memiliki anak adalah karena sudah menikah berarti wajib memiliki anak tapi tidak memikirkan kondisi latar belakang yang dimilikinya seperti persiapan finansial, mental yang cukup, pemahaman agama dll. Sifat-sifat orang tua seperti apa sajakah yang dianggap durhaka?

1. Orang Tua Yang Menganggap Bahwa Anak adalah Investasi Masa Depannya

Contohnya adalah mereka berpikir anak harus nurut segala kemauan orang tuanya dan anak di jadikan sebagai investasi masa depan untuk keluarga tersebut. 

Manusia yang lahir dari keluarga seperti ini nantinya kebanyakan sang anak hanya akan hidup dalam beban ekspektasi yang sangat besar dari keluarganya, akibatnya ia tidak memiliki banyak waktu untuk menemukan kebahagiaan hidupnya sendiri. Hidupnya hanya di penuhi untuk menyenangkan orang lain semata. Atau jika beban ekspektasi dari keluarganya tidak terwujud, maka anak tersebut akan di sebut sebagai anak yang gagal, atau durhaka karena tidak menyenangkan hati orang tua mereka. 

2. Orang Tua Yang Tidak Mengurus Anaknya

Ada juga manusia yang lahir dari orang tua yang tidak memiliki Ilmu parenting yang baik sehingga akhirnya manusia ini lahir dengan kondisi yang tidak terurus, tidak menanamkan prinsip-prinsip hidup disiplin, rajin dan berseka (bersih), sehingga anak ini menjadi anak yang penuh trauma dan selalu merasa rendah diri. 

Manusia yang lahir seperti ini adalah manusia yang lahir karena sedari kecil ia melihat orang tuanya yang tidak mengurusnya, tidak mengajarkan arti pentingnya disiplin dan kebersihan, orang tuanya pun juga seorang pemalas dan pemarah, otomatis manusia polos yang lahir dari orang tua seperti ini akan membentuk manusia yang tidak berseka, tidak bersih, memiliki IQ dan EQ yang rendah. 

Akibat yang timbul dari manusia yang memiliki orang tua seperti ini akan rentan mendapatkan bully dari orang-orang sekitar, entah bully-an karena fisik atau bully-an karena kondisi otak ataupun psikisnya yang berbeda dari manusia lain. 


3. Orang Tua Yang Tidak Peduli dengan Anaknya

Ada juga orang tua yang tidak peduli akan pergaulan dan lingkungan anaknya. Orang tua ini merasa sangat percaya dengan apa yang di lakukan oleh anaknya (atau bahkan mungkin tidak peduli/tidak mau tau dengan kondisi anaknya). 

Seakan terlihat baik orang tua seperti ini, namun nyatanya orang tua seperti ini adalah orang tua yang nantinya akan menyesal dikemudian hari. Mengapa tidak? Perlakuan orang tua yang membiarkan anaknya hidup di lingkungan serba bebas (tanpa memberitahukan mana yang benar dan salah, tanpa memberikan contoh teladan yang baik bagaimana bersikap dan bergaul dengan seseorang) maka anak tersebut kebanyakan akan mendapati lingkungan yang tidak bernorma, entah menemukan pergaulan bebas yang akhirnya terjerumus pada kesenangan sesaat dan berakhir dengan penyesalan yang dahsyat seperti; perzinahan, narkoba, mabuk-mabukan, pencuri dan hal tidak bernorma lainnya.

 Akibatnya, bukan hanya si anak yang menyesal tapi orang tuanya, keluarganya dan orang disekitarnya pun merasa malu dan tertekan dengan omongan orang lain yang merendahkannya. 

4. Orang Tua Yang Terlalu Mengekang Anaknya

Selanjutnya, ada juga orang tua yang sangat mengekang anaknya. Saking di kekangnya dan tidak mendengarkan apa kemauan sang anak, orang tua ini sampai memenjarakan keinginan-keinginan si anak, memenjarakan impian-impian anaknya (padahal impian tersebut mungkin baik dan benar) , sehingga nantinya si anak ini tidak tahu tujuan hidupnya apa, tidak tahu kemana arah langkahnya, karena anak ini tidak pernah di berikan kesempatan mandiri oleh orang tuanya, dan bila sudah besar dan orang tuanya sudah meninggal, anak ini tidak siap dengan segala kemungkinan yang terjadi karena tidak ada sosok orang tua yang mengarahkannya, akibatnya anak ini tidak bisa melakukan apapun. 

Contohnya adalah seorang anak yang di jodohkan oleh orang tuanya (padahal si anak mungkin masih di bawah umur, padahal si anak belum mencapai cita-citanya, padahal si anak belum memiliki Ilmu parenting yang baik). 

Orang tua jaman dulu menjodohkan sang anak biasanya karena harta yang dimiliki oleh keduanya. Karena tidak memiliki Ilmu apapun, karena tidak memiliki tujuan hidup, dan karena tidak pernah belajar untuk mandiri, anak yang di jodohkan tersebut untuk mempertahankan kehidupannya adalah dengan menghambur-hamburkan harta yang dimilikinya yang sebagian besar untuk konsumsi dan gengsi. Karena tidak memiliki pengelolaan keuangan yang baik (karena tidak memiliki Ilmu tersebut, karena tidak memiliki pengalaman tersebut, karena tidak memiliki sifat mandiri) akibatnya harta yang dimilikinya habis secara perlahan. Yang menjadi korban adalah anak dan cucu-cucu dari orang tua yang menikahkan anaknya tanpa persiapan yang matang. 

5. Orang Tua Yang Menelantarkan Anaknya

Ada juga orang tua yang menelantarkan anaknya, tidak mau mengurus anaknya karena ketakutan-ketakutan yang di hadapi olehnya. Padahal Allah SWT sudah menjamin rejeki dari setiap makhluk yang ada di bumi. Anak yang tidak memiliki dosa tersebut di telantarkan begitu saja oleh orang tuanya. Akibatnya, anak yang lahir dari orang tua seperti ini jika tidak beruntung memiliki orang tua asuh yang baik atau bahkan masih memiliki oramg tua tapi orang tuanya acuh akan perkembangannya, maka ia akan memiliki krisis identitas, merasa rendah diri, tidak percaya diri dan timbul perasaan membandingkan dengan orang-orang sekitarnya yang memiliki kehidupan yang terlihat sempurna.

 Kebanyakan anak yang di telantarkan oleh orang tuanya umumnya adalah anak dari hasil perzinahan,. Sudah berzina tapi menelantarkan anak juga. Na'udzubillah himindzalik. Atau jika masih ada orang tuanya, orang tua yang menelantarkan anaknya bisa jadi karena ia sibuk dengan urusannya masing-masing tanpa memikirkan sang anak, padahal anak adalah amanah, anak adalah titipan Allah SWT yang harus kita laksanakan dengan baik amanah tersebut. 

Sang anak tentu tidak salah apa-apa jika ia terlahir dari hasil perzinahan, tapi kemungkinan dosa jariyah yang dilakukan orang tuanya bila tidak bertobat akan terus mengalir, apalagi bila anak tersebut memiliki kehidupan yang tidak baik akibat orang tua yang menelantarkannya. Wawlohualam bissowab. 

6. Orang Tua Yang Tidak Membeikan Contoh Yang Baik Untuk Anaknya

Ada pula orang tua yang tidak memberikan contoh teladan yang baik untuk anaknya, misalnya orang tua tersebut memiliki sifat yang pemalas, pemarah, sering membentak sang anak, berbohong ataupun orang tua berprofesi yang di larang oleh norma; mencuri, berjudi dll, maka secara tidak langsung sifat orang tua tersebut tertanam pada diri sang anak. Anak menjadi pemalas karena melihat orang tuanya pemalas, anak sering berkata kasar dan pemarah karena melihat orang tuanya berkata tersebut, anak terbiasa untuk mengambil barang milik orang lain dan mungkin yang lebih parah bisa jadi menyebabkan anak trauma terhadap orang tuanya akibat perbuatan orang tuanya yang menimbulkan kerusakan psikis dan psikologisnya. 

Bagaimana dengan pembaca, terlahir dari orang tua seperti apakah kalian? Mungkin saat ini setelah membaca ini ataupun sebelum membaca ini kita jadi kesal dengan orang tua kita karena ternyata setelah di pikir-pikir orang tua kita banyak salahnya atau orang tua kita anggap sebagai orang tua yang durhaka terhadap anak. 

Apakah kita berpikir seperti itu saat ini? Penulis menyarakan untuk jangan, jangan berkata seperti itu, jangan berpikiran seperti itu karena kita tidak mengenal orang tua kita seutuhnya (tidak melihat titik 0 hidup orang tua kita seperti apa yang menyebabkan mereka melakukan hal yang menyebabkan kita menjadi seperti ini). 

Mereka melihat proses kita sedari kita lahir dan mungkin sampai saat ini, sedangkan kita tidak melihat kehidupan apa yang terjadi pada orang tua kita sejak dari lahir sampai kita di lahirkan, mungkin orang tua kita pun sama, hasil dari produksi orang tua yang tidak memiliki perencanaan secara matang dalam mengurus anak. 

Sangat tidak adil rasanya jika kita menghakimi mereka karena tidak sesuai dengan standar baik yang kita tahu saat ini. Oleh sebab itu sejahat dan sesalah apapun orang tua kita mari tetap berbakti padanya, sebisa mungkin tetap baik pada mereka dengan memberikan apa yang mereka butuhkan, tidak perlu menuruti keinginan mereka jika itu bertentangan dengan agama atau bahkan kita belum sanggup melakukannya, tapi berbaktilah dengan tetap mengurus mereka sebisa mungkin, minimal membantu menyiapkan kebutuhan primernya dan merawatnya sampai masa ajalnya.

 Walaupun sangat sulit, lupakanlah kesalahan, keburukan yang di lakukan oleh orang tua kita, maafkanlah perlakuannya dan ingatlah hal baik yang pernah ia berikan walaupun mungkin kita merasanya hanya sedikit kebaikan yang mereka berikan tapi tetap prioritaskan untuk ingatlah kebaikannya.

Jangan balas dendam kepada orang tua tapi jadikan itu sebagai pelajaran untuk kita dengan menjadikannya kobaran semangat dalam jiwa raga kita untuk tidak mau seperti orang tua dahulu yang tidak merencanakan apapun sebelum pernikahan. Tidak menjadikan anak sebagai ajang investasi karena anak tidak pernah memilih untuk hidup di dunia tapi anak kita merupakan rahmat dari Allah yang diberikan kepada kita dengan niat membantu-Nya menciptakan manusia-manusia berkualitas untuk menjaga bumi Allah dan menjadi manusia bermanfaat untuk sesama. 

Putuskan mata rantai menjadi orang tua yang salah, toxic, tidak baik dan tidak benar dalam mendidik. Mari putuskan belenggu itu sekarang. Tanamkan dalam jiwa dan raga kita bahwa mulai detik ini kitalah yang akan menjadi orang tua yang akan melahirkan manusia berkualitas, kita melakukannya karena Allah Ta'ala, kita melakukannya karena wujud cinta kita, rasa syukur kita kepada Allah Ta'ala untuk meneruskan dan mewujudkan generasi yang sukses bahagia dunia akhirat. Aamiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun