Padahal tak apa bila dirimu masih belum bisa membeli barang-barang bermerk tersebut, yang terpenting gunakan saja semaksimal mungkin apa yang kita miliki, dan bila orang-orang menjauhi karena kita tak bisa mengikuti standar hidupnya, jangan bersedih, berarti Tuhan sudah memfilter orang-orang yang akan dekat dengan kita, yaitu hanya orang-orang yang menerima kita apa adanya.
Itulah standar-standar hidup manusia yang saat ini menjadi pedoman yang katanya wajib di penuhi. Jika tidak tercapai maka dirimu akan dibilang belum mencapai standar sukses yang orang-orang ekspektasikan.Â
Lantas standar apa yang harus kita ikuti untuk dijadikan pedoman hidup? Tentunya sebagai orang yang beragama kita bisa mengikuti standar yang sudah ditetapkan oleh Tuhan kita mengenai kehidupan dunia yang fana.
Bila dirimu rendah diri masalah fisik, Tuhan tidak menciptakan kita dengan sia-sia, semua ada maksud dan tujuan tertentu karena yang menjadi standar-Nya setelah meninggal nantinya bukan fisik, tapi keimanan dan amal ibadah yang kita perbuat selama di dunia untuk mengantarkannya pada Surga.
Bila dirimu rendah diri masalah umur 20-an yang belum memiliki apa-apa yang telah di capai, sadarilah bahwa titik 0 hidup manusia berbeda-beda dan kemampuan kita tak bisa disamakan dengan mereka yang memiliki pivilege lebih sejak lahir.Â
Selagi dirimu tak menyerah dan selalu berikhtiar dan berdo'a pada-Nya, berarti dirimu masih berarti dalam menjalani hidup dan Tuhan tidak akan tinggal diam pada hamba-Nya yang mau berusaha.
Bila dirimu rendah diri karena tidak menggunakan barang bermerk, syukurilah apa yang kita punya karena bisa jadi barang biasa yang kita miliki hasil dari jerih payah kita sendiri bila kita menggunakannya dengan baik dan penuh syukur itu jauh lebih berharga di banding orang yang memiliki barang mewah tetapi didapat dari hasil yang tidak baik.
Syukurilah apa yang ada, mari kembali kepada standar hidup yang telah ditetapkan oleh-Nya, karena standar hidup buatan manusia malah membuat hidup kita jadi jauh lebih sengsara. Wawlohu'alam bissowab. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H