Mohon tunggu...
Fika Fatiha
Fika Fatiha Mohon Tunggu... Lainnya - Beriman, Berilmu, Beramal

Menulis Karena Ga Bisa Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Standar Hidup Manusia Bikin Hidup Jadi Sengsara, Lalu Harus Bagaimana?

19 Agustus 2022   20:11 Diperbarui: 20 Agustus 2022   04:38 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhirnya orang yang terlahir dengan kulit yang hitam ataupun sawo matang akan berbondong-bondong untuk ingin menjadi putih agar merasa cantik dimata orang lain dengan cara-cara yang ekstrem.

Begitupun dengan badan yang ramping, sebetulnya tidak salah memiliki badan yang ideal karena ini merupakan bukti bahwa agar kita bisa hidup lebih sehat, tapi yang menjadi salah bila pada akhirnya mereka melakukannya dengan cara yang instan yang malah dapat merusak tubuh mereka sendiri. 

Padahal, menerima diri dengan apa adanya, berusaha mensyukuri apa yang sudah dimiliki akan jauh lebih baik di bandingkan dengan mengikuti standar hidup manusia saat ini. Bila mereka tidak mau berteman karena fisik kita yang tak sempurna tak apa, hidupmu tidak di tentukan orang lain, karena mereka hanya bisa menilai dari luar tanpa mengetahui kebaikan hatimu.

  • Usia 20-an harus sudah memiliki segalanya

Usia 20-an katanya merupakan usia yang menjadi puncak terjadinya rendah diri hidup seseorang. Mengapa tidak? Karena di usia ini kita akan melihat orang-orang di sekeliling kita perlahan-lahan pergi karena meraka sudah menikah, sudah memiliki anak, sudah memiliki penghasilan yang tetap, sudah memiliki rumah, kendaraan dll.

Sedangkan kita merasa masih disini saja, belum memiliki seperti apa yang mereka miliki, kita jadi mulai membanding-bandingkan hidup kita dengan mereka dan puncak insecure (rendah diri) pun terjadi, apalagi saat ini kita hanya melihat dari story sosial media yang hanya membagikan momen kebahagiaan tanpa mengetahui jerih payah proses yang terjadi di dalamnya.

Padahal di kehidupan ini, kita memiliki skenario hidup yang berbeda, kita memiliki titik 0 hidup yang beda sejak lahir, kita memiliki latar belakang keluarga maupun lingkungan atau bahkan privilege yang berbeda dengan orang lain. Ada yang sedari lahir sudah memiliki segalanya maka akan sangat mudah untuk mendapatkan kesuksesan ala dunia. 

Ada yang dari lahir sudah mendapat perhatian penuh dari orang tua yang memiliki ilmu parenting yang bagus hingga pada akhirnya iapun menjadi manusia yang terurus dan penuh kasih sayang, atau sebaliknya, ada juga manusia yang terlahir dari keluarga yang tidak memiliki apa-apa dan tidak terurus dengan penuh.

Tapi kita harus ingat bahwa, selagi kita masih diberikan nafas oleh-Nya, selagi kita masih berusaha dengan cara yang halal, dengan cara yang baik dan diiringi pula dengan do'a dan beribadah pada-Nya, yang terpenting apa yang kita capai ini sedikit maupun banyak itu karena berkah dari ikhtiar kita yang di ridhoi oleh-Nya. 

Tetap bersyukur dengan apa yang dimiliki walaupun sedikit dan tetap berusaha berikhtiar semampu kita tanpa mengejar standar hidup manusia, tapi kejarlah standar kehidupan yang di tentukan oleh-Nya, yaitu keseimbangan antara dunia dan akhirat.

  • Harus Menggunakan Barang Mewah/Bermerk

Memiliki mobil mewah, Handphone mahal, baju maupun tas bermerk sudah menjadi standar hidup manusia saat ini. Akan menjadi sangat wajar bila dirimu memiliki barang-barang mewah saat kebutuhan primer maupun sekundermu sudah terpenuhi. 

Tapi bila kemampuan finansialmu belum mencukupi kebutuhan primer dan sekunder tetapi sudah menginginkan barang mewah karena gengsi dan ingin mencapai standar kehidupan manusia maka tentu saja dirimu akan merasa rendah diri dan merasa asing bila tak memilikinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun