Maka dari itu hal ini sangat perlu diluruskan, orang yang memfilter diri bukan berarti orang tersebut lepas dari sifat buruk (atau bahkan sering di ekspektasikan tinggi oleh orang-orang sehingga bila mereka menemui titik lemahnya orang yang berekespektasi ini kecewa atau bahkan cenderung menjadi merendahkan).
Ingatlah bahwa memfilter diri bukan berarti kita suci tanpa dosa, memfilter diri adalah upaya semaksimal mungkin apa yang kita perlihatkan agar tidak dicontoh orang lain, sebaliknya bila kita menemui titik salah orang lain jangan langsung menjudge munafik dan merendahkan, bisa jadi kita hanya perlu mengingatkannya dengan cara yang baik. Maka dari itu kita tidak boleh anti kritik dan tetap mengingatkan satu sama lain.
Memfilter diri juga cenderung dicederai oleh mereka yang memiliki niat lain. Bagi yang memiliki niat buruk, munafik yang berkedok memfilter diri biasanya digunakan hanya untuk meningkatkan citra diri agar semakin digilai dan dihormati orang banyak.
Alih-alih memfilter diri orang seperti ini bisa dikatakan tidak memfilter tapi lebih kepada berbohong dan munafik, maksudnya adalah perkataanya tidak sejalan dengan perbuatannya, atau kita kenal dengan “pencitraan”. Orang yang pencitraan (bohong terhadap diri sendiri) dilakukannya oleh seseorang dengan maksud dan tujuan tertentu.
Orang yang melakukan pencitraan ini biasanya dilakukan selain di dunia nyata juga di dunia maya. Alih-alih memfilter diri orang yang melakukan pencitraan justru membesar-besarkan kebohongannya dengan maksud dan tujuan terntu agar mendapat keuntungan bagi dirinya sendiri.
Oleh sebab itu, kita tidak bisa menilai orang lain hanya berdasarkan sudut pandang kita terhadapnya entah itu di dunia nyata maupun di dunia maya. Tidak ada seorangpun yang benar-benar bisa mengenal seseorang kecuali dirinya sendiri dan penciptanya.
Tapi mungkin, hal yang bisa kita lakukan jika ingin menilai orang lain adalah dengan dekat dengannya, dengan kedekatan yang dilakukan sesuai norma yang ada kemungkinan kita bisa lebih jauh mengenal orang itu dibanding menilainya hanya dari beberapa pertemuan atau bahkan sosial media-nya.
Tetapi ingatlah bahwa setiap kata adalah cerminan diri kita, walaupun pertemuan maupun sosial media tidak bisa dijadikan tolok ukur penilaian, tetapi apa yang kita lakukan didalamnya itulah merupakan cerminan diri kita.
Memfilter diri itu perlu untuk menunjukkan kelebihan yang kita miliki sehingga keuntungannya untuk diri kita sendiri. Dengan memfilter diri berarti kitapun menunjukkan kepedulian kita terhadap orang lain yang melihat atau bahkan orang lain yang menjadikan kita panutan.
Bila kita mengacu pada the law of attraction (hukum tarik menarik), betapa banyak saat ini perkataan, bacaan, tontonan yang secara tidak sadar menjadi tuntunan untuk kita dan orang lain. Dengan memfilter dirimu semaksimal mungkin, kebermanfaatan tersebut tidak hanya dirasakan diri sendiri tetapi juga orang lain yang melihatnya, asal, niatkan segala sesuatunya karena Allah SWT, demi kebaikan, bukan untuk pamer yang akan menjerumuskan kita pada kemaksiatan.
Filter diri disini sifatnya jujur bukan berbohong dan melebih-lebihkan, jadi, apa yang kamu katakan itulah yang kamu perbuat, yang kamu senangi, yang kamu rasakan, yang kamu mampu melakukannya itulah yang kamu tunjukkan, bukan dengan berbohong, munafik dan melebih-lebihkan.