Mohon tunggu...
Faishal Himawan
Faishal Himawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Menulis, Menyuluh

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Berangkat ke dan Kembali dari Purwodadi: Meretas Budaya Korupsi

22 Maret 2016   22:01 Diperbarui: 23 Maret 2016   10:51 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu jenis buku yang saya harapkan ketiadaannya adalah buku ringkasan. Ringkasan Sahih Bukhari-Muslim, Ringkasan Tafsir, Ringkasan Al-Hikam, Ringkasan Nurul Yaqin, Ringkasan Cara Memilih Jodoh ... Alasan klasik adanya buku-buku ringkasan itu adalah untuk memudahkan. Sedangkan alasan tersembunyinya adalah untuk mendapatkan lebih banyak uang. Adapun efek klasik nan tersembunyi dari buku-buku ringkasan itu adalah kebodohan. Maka mohon maaf, saya tidak akan memberikan ringkasan materi pengajian di alun-alun Purwodadi malam itu. Lagipula, enam jam perjalanan pergi-pulang plus tiga jam duduk beralaskan genangan air dan beratapkan tetes-tetes air hujan benar-benar bukan periode yang sepadan dibandingkan dengan beberapa paragraf ringkasan.

13

Setiap orang, ketika ditimpa masalah, akan merasa bahwa masalahnya sendirilah yang paling besar. Atau, setiap orang, ketika berjasa, akan merasa bahwa jasanya sendirilah yang paling besar. Saya yang juga termasuk dalam setiap orang itu, pada sebuah titik, merasa bahwa saya sendirilah yang jaraknya paling jauh dibanding seluruh hadirin sehingga saya sendirilah yang perjuangannya paling besar. Sekian detik dari titik itu saya menyadari kesalahan perasaan saya: tepat di sebelah kiri saya, seorang ibu duduk memangku anaknya yang kira-kira baru berumur dua atau tiga tahun. Ibu dan anak itu begitu tenang, seakan langit tidak pernah menurunkan hujan dan bumi tidak pernah tergenang air.

14

“Hilangkan “wajah” saya, hilangkan “wajah” siapa siaja, hanya boleh ada “wajah” Allah,” demikian beliau memukaddimahi doa bersama sebagai penutup acara.

Ya Allah, alangkah indah ketiadaan diri di hadapan-Mu. Dan, wahai, lihatlah itu! Yang diperebutkan oleh kerumunan orang itu bukan tangan Bupati, bukan tangan Kajari, tetapi tangan hamba-Mu yang meniadakan diri.

 

Padangan, 13-14 Februari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun