Mohon tunggu...
Albertus Fiharsono
Albertus Fiharsono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

menjadi orang Papua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teacher Aide untuk Persoalan Pendidikan di Papua

30 Januari 2016   12:17 Diperbarui: 1 Februari 2016   06:30 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendapat beasiswa untuk program Teacher Educator Internship di University of the Sunshine Coast, Queensland - Australia, saya sangat beruntung karena, selain mengikuti kuliah di universitas tersebut, saya juga mendapat kesempatan untuk mengunjungi dan mengobservasi langsung proses pembelajaran di sekolah-sekolah di wilayah negara bagian Queensland. Dari observasi ini, saya mendapat banyak hal baru yang bisa diadopsi untuk pendidikan di Indonesia, khususnya Papua, salah satunya adalah teacher aide.

Saya pertama kali mendengar istilah teacher aide ketika mengunjungi sekolah pertama dari enam belas sekolah yang saya kunjungi. Saya melihat beberapa orang dewasa berada di dalam kelas yang sama, membantu para siswa yang sedang belajar. Ketika saya bertanya apakah semua orang itu guru, salah satu dari mereka menjawab bahwa mereka adalah teacher aide. Teman-teman saya yang kurang mengerti Bahasa Inggris bertanya kepada saya apa yang dimaksud dengan teacher aide. Saya pun menjelaskan bahwa teacher aide adalah guru bantu. Jawaban saya ini tampaknya memuaskan teman-teman saya karena istilah guru bantu memang sangat familiar dalam konteks pendidikan di Indonesia. Namun, setelah saya memikirkan lebih lanjut dan mengklarifikasi kepada para guru di sana, saya lalu menyadari kesalahan interpretasi saya. Teacher aide sebenarnya bukanlah guru bantu, melainkan pembantu guru atau asisten guru. Dengan kata lain, seorang teacher aide bukan seorang guru, tetapi orang yang membantu guru dalam proses pembelajaran di kelas.

Dengan adanya teacher aide, guru-guru di Australia tidak bekerja seorang diri di dalam kelas. Guru dibantu oleh beberapa teacher aide untuk melaksanakan proses pembelajaran. Guru merancang seluruh proses pembelajaran dan bertanggung jawab penuh atas seluruh proses pembelajaran di dalam kelas, tetapi dalam pelaksanaannya guru dibantu oleh beberapa teacher aide.  

Teacher aide sangat berperan terutama untuk melaksanakan proses pembelajaran yang lebih personal dengan memperhatikan kesulitan dan kebutuhan belajar masing-masing individu di dalam kelas. Pembelajaran, walaupun tetap bersetting klasikal, dilaksanakan dengan lebih menekankan pembelajaran individual. Guru dan para teacher aide lebih banyak berkeliling dari siswa satu ke siswa yang lain, duduk bersama siswa, dan berkomunikasi secara personal, dengan memperhatikan kesulitan masing-masing siswa. Penjelasan satu arah secara klasikal sangat sedikit dilakukan oleh guru.

Menghargai Perbedaan dan Pembedaan Pembelajaran

Gagasan teacher aide ini tampaknya didasari oleh pemahaman bahwa setiap siswa memiliki potensi dan kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Mereka meyakini bahwa pembelajaran akan efektif jika dilakukan dengan memperhatikan potensi dan kebutuhan belajar masing-masing individu. Dengan kata lain, pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode, sumber belajar, durasi waktu, dan jenis evaluasi yang sama bagi semua siswa dipandang kurang efektif untuk mengoptimalkan potensi setiap individu.

Dengan keyakinan inilah, teacher aide diperankan, yakni untuk membantu guru melakukan pembedaan proses pembelajaran sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing-masing siswa. Dengan adanya teacher aide, pembelajaran dapat dibedakan atau diindividualisasi berdasarkan potensi dan kebutuhan masing-masing siswa. Tanpa teacher aide, hal ini akan sangat sulit untuk diterapkan oleh guru seorang diri.

Yang dimaksud dengan pembedaan atau individualisasi pembelajaran adalah penyesuaian proses pembelajaran dengan memperhatikan potensi dan kebutuhan masing-masing siswa. Pembedaan atau individualisasi pembelajaran ini biasanya didasarkan pada kesiapan belajar siswa (background knowledge), cara belajar siswa, dan minat atau ketertarikan siswa. Aspek pembelajaran yang dibedakan atau diindividualisasi bisa berupa aktivitas pembelajarannya, sumber belajarnya, kedalaman materinya, durasi waktu yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi tertentu, ataupun jenis evaluasinya. Dengan pembedaan atau individualisasi ini, pembelajaran tidak dilakukan secara klasikal-seragam, melainkan secara individual dan berbeda-beda sesuai dengan potensi dan kebutuhan belajar masing-masing siswa.

Dalam aktivitas pembelajaran, pembedaan atau individualisasi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan jenis kecerdasan yang menonjol yang dimiliki oleh masing-masing siswa ataupun minat-ketertarikannya. Untuk siswa yang cerdas secara visual atau suka dengan gambar, misalnya, ketika mempelajari materi rantai makanan, guru atau teacher aide dapat menggunakan gambar tumbuhan dan gambar-gambar hewan sebagai alat peraga. Lalu siswa diminta untuk mengurutkan gambar sesuai dengan urutan rantai makanan yang benar. Untuk siswa yang cerdas secara linguistik dan suka membaca, guru memberikan teks tentang rantai makanan, siswa diminta untuk membaca sendiri dan menjelaskan kembali secara tertulis. Sedangkan siswa-siswa yang cerdas secara kinestetik-motorik dan suka bergerak diajak belajar sambil memperagakan tumbuhan dan hewan-hewan sesuai dengan urutan rantai makanan yang benar.

Dalam hal kedalaman materi, pembedaan atau individualisasi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan belajar siswa atau kemampuan yang sudah dimiliki oleh siswa sebelumnya. Ketika akan mengajarkan materi perkalian, misalnya, siswa yang belum memiliki kemampuan baik dalam perkalian akan diberikan materi perkalian bilangan satuan. Sementara itu, siswa yang sudah memiliki bekal perkalian yang memadai akan diberikan materi perkalian bilangan puluhan, ratusan, dan seterusnya.

Pembedaan atau individualisasi dalam hal durasi waktu dapat dilakukan dengan memberikan target waktu yang berbeda-beda kepada setiap siswa sesuai dengan kemampuan masing-masing untuk menguasai kompetensi tertentu. Siswa yang memiliki kemampuan bagus secara matematis-logis, dapat diberi target waktu yang cepat ketika mempelajari kompetensi-kompetensi dalam mata pelajaran Matematika. Sementara itu, siswa yang membutuhkan waktu lama untuk belajar Matematika dapat diberi target waktu yang lebih panjang.

Pembedaan atau individualisasi juga dapat dilakukan dengan membedakan jenis evaluasi hasil belajar. Pembedaan atau individualisasi ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan jenis kecerdasan yang menonjol yang dimiliki siswa ataupun bidang minat-ketertarikannya. Ketika akan menguji kemampuan siswa dalam mengurutkan rantai makanan, misalnya, siswa yang suka dan pandai menulis dapat diminta untuk menjawab pertanyaan secara tertulis. Sementara itu, siswa yang suka dan pandai berbicara dapat diminta untuk menjawab pertanyaan secara lisan. Sedangkan siswa yang suka dan pandai menggambar dapat diminta untuk menjawab pertanyaan dengan menggunakan gambar.

Dengan pembedaan atau individualisasi ini proses pembelajaran yang diterapkan guru dapat mengakomodir keberagaman kebutuhan belajar setiap siswa sehingga semua siswa di dalam kelas mendapat kesempatan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Di sinilah peran teacher aide sangat dibutuhkan, terutama untuk membantu setiap individu belajar sesuai dengan kebutuhan belajarnya.

Keterlibatan Orang Tua Siswa

Keberadaan teacher aide dalam sistem pendidikan di Australia berawal dari keterlibatan orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Para orang tua siswa di Australia memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap proses pendidikan di sekolah. Mereka tidak hanya menitipkan anak dan mempercayakan pendidikan sepenuhnya kepada pihak sekolah, tetapi juga bersedia dan secara sukarela terlibat dalam berbagai aktivitas pendidikan di sekolah. Orang tua siswa yang memiliki keahlian dalam bidang masak-memasak terlibat dalam penyiapan makanan dan minuman bagi siswa di sekolah. Orang tua siswa yang memiliki keahlian dalam bidang pertanian membantu sekolah membuat kebun sekolah dan sekaligus mengajar para siswa untuk bercocok tanam. Orang tua siswa yang memiliki peternakan, pada waktu-waktu tertentu membawa hewan-hewan ternaknya ke sekolah untuk proses pembelajaran terkait dengan hewan. Anak-anak dibiarkan menyentuh hewan-hewan tersebut secara langsung dan menanyakan segala hal terkait dengan hewan-hewan tersebut kepada pemiliknya. Dalam hal ini, para orang tua siswa yang merupakan peternak tersebut berperan sebagai sumber belajar bagi para siswa.

Pihak sekolah sendiri juga bersedia membuka pintu bagi partisipasi dan keterlibatan orang tua siswa. Guru-guru tidak merasa terganggu dengan kehadiran orang tua siswa di sekolah dan kelas mereka. Para guru justru merasa terbantu dengan kehadiran orang tua siswa. Komunikasi antara guru dan orang tua menjadi sangat baik, terutama dalam usaha mengembangkan potensi masing-masing siswa. Dengan demikian, pendidikan di sekolah benar-benar merupakan tanggung jawab bersama antara pihak sekolah dan orang tua siswa. Sekolah menjadi sekolah komunitas yang didukung sepenuhnya oleh seluruh anggota masyarakat.

Keterlibatan orang tua siswa yang sangat tinggi ini kemudian dimanfaatkan secara resmi oleh pemerintah dengan mengangkat orang tua atau anggota masyarakat yang terlibat dalam proses pendidikan tersebut sebagai teacher aide atau asisten guru. Mereka diberi pelatihan tentang kurikulum, metode dan strategi pembelajaran, psikologi perkembangan siswa dan lain-lain. Pemerintah juga mengalokasikan dana untuk menggaji para teacher aide tersebut.

Tugas utama para teacher aide adalah membantu guru melaksanakan proses pembelajaran yang diindividualisasi atau dibeda-bedakan berdasarkan potensi dan kebutuhan belajar masing-masing siswa. Guru tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar serta tindak lanjutnya. Namun, dalam pelaksanaan seluruh proses tersebut, guru dibantu oleh beberapa teacher aide, terutama agar pembelajaran dapat dilakukan secara lebih personal sesuai dengan potensi dan kebutuhan belajar masing-masing siswa. Jika dianalogikan dengan dunia medis, guru berperan seperti dokter, sedangkan teacher aide adalah para perawatnya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, ketika guru menjelaskan materi pelajaran secara klasikal, para teacher aide duduk bersama para siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami penjelasan guru. Ketika guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kerja, guru dan para teacher aide akan menyebar ke setiap kelompok untuk mendamping kelompok-kelompok tersebut. Ketika para siswa diberi tugas secara individu, guru dan para teacher aide menyebar dan mendampingi setiap siswa dalam mengerjakan tugas.

Dengan keberadaan teacher aide, setiap siswa yang memiliki keunikan kebutuhan belajar  dapat terakomodir dalam proses pembelajaran. Bahkan, siswa yang terlahir dengan kebutuhan khusus pun dapat terakomodir dan terfasilitasi. Dengan demikian, kelas menjadi inklusif, yakni mengakomodir keunikan dan kebutuhan belajar masing-masing siswa.

Teacher Aide untuk Papua

Keragaman kesiapan belajar, potensi, dan kebutuhan belajar siswa-siswi di Papua, yang banyak dipengaruhi oleh kondisi geografis, keterpencilan, dan berbagai macam kesenjangan, selama ini menjadi persoalan yang cukup menyulitkan para guru di Papua. Siswa yang berasal dari kampung-kampung terpencil memiliki kemampuan yang relatif tertinggal jauh dari mereka yang menempuh studi di perkotaan. Ketika mereka melanjutkan studi ke jenjang berikutnya dan berada dalam satu kelas yang sama dengan para murid dari perkotaan, guru seolah-olah dihadapkan pada dua pilihan sulit, memenuhi kebutuhan belajar siswa yang lemah dan belum mencapai kompetensi atau siswa yang sudah mencapai kompetensi. Para guru akhirnya terjebak pada pengajaran jalan tengah, yakni mengakomodir dua kelompok tersebut dengan pola pembelajaran yang seragam, baik dalam hal materi, metode, sumber belajar, maupun jenis evaluasinya. Tidaklah mengherankan jika hasil belajar siswa-siswi di Papua relatif kurang memuaskan dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Siswa yang memiliki kemampuan baik tidak terfasilitasi secara optimal untuk mengembangkan kemampuannya. Sementara itu, siswa yang lemah juga tidak terfasilitasi dengan baik untuk sekadar mencapai kompetensi standar.  

Gagasan teacher aide tampaknya bisa diadopsi untuk mengatasi berbagai keragaman dan kesenjangan kompetensi dan kebutuhan belajar siswa-siswi di Papua. Sekolah, terutama yang di kampung-kampung dan kekurangan guru, dapat mengangkat anggota masyarakat setempat untuk dijadikan teacher aide atau asisten guru. Tentu saja, sebelum diangkat menjadi teacher aide, mereka perlu diberi pelatihan terkait dengan proses pembelajaran.

Banyak SD di kampung-kampung di Australia hanya memiliki satu orang guru yang sekaligus merangkap sebagai kepala sekolah. Penempatan guru oleh pemerintah Australia memang didasarkan pada jumlah murid. Jika suatu sekolah hanya memiliki 20 hingga 30 siswa, maka pemerintah hanya menempatkan satu orang guru untuk sekolah tersebut. Dari sisi rasio, tentu saja satu guru dapat menangani 20 hingga 30 siswa. Persoalannya adalah 20 atau 30 siswa tersebut terdiri atas siswa kelas 1 hingga kelas 6. Lalu bagaimana guru tersebut bisa mengajar siswa kelas 1 hingga kelas 6 seorang diri dan sekaligus? Ternyata seluruh siswa ditempatkan dalam satu ruang kelas. Dalam proses pembelajaran, guru tersebut dibantu oleh beberapa teacher aide untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dibeda-bedakan berdasarkan tingkatan kelas siswa. Kondisi kekurangan guru ini juga banyak terjadi di kampung-kampung terpencil di Papua.

Sekolah-sekolah di perkotaan pun dapat mengangkat teacher aide. Sekolah-sekolah di kota barangkali tidak mengalami kekurangan guru seperti di kampung-kampung terpencil. Namun, teacher aide dapat dimanfaatkan untuk penerapan individualisai atau pembedaan pembelajaran berdasarkan potensi dan kebutuhan belajar para siswa pada tingkatan kelas yang sama.

Dalam hal ini pemerintah daerah tentu saja perlu mengalokasikan dana untuk pelatihan dan penggajian para teacher aide tersebut. Gaji untuk para teacher aide tentu saja tidak sebesar gaji guru, apalagi gaji guru yang sudah tersertifikasi.

Pertanyaannya adalah apakah pengangkatan teacher aide tidak semakin membebani anggaran pendidikan? Jawabannya tidak, jika penempatan guru PNS ditata ulang berdasarkan jumlah murid suatu sekolah. Yang sekarang terjadi di kampung-kampung terpencil di Papua sebenarnya bukan kekurangan guru. Pemerintah daerah sudah menempatkan guru, bahkan seringkali kelebihan jumlah jika dirasiokan dengan jumlah murid. Namun, seperti yang sering dikeluhkan, banyak guru mangkir dan meninggalkan tempat tugasnya dalam waktu yang lama karena berbagai alasan keterpencilan yang jauh dari kenikmatan hidup modern.

Dengan adanya teacher aide yang diangkat dari anggota masyarakat setempat, maka pemerintah daerah dapat menata kembali pengangkatan dan penempatan guru PNS, terutama di SD-SD kampung yang jumlah muridnya sedikit. Untuk SD-SD kecil, pemerintah cukup menempatkan satu orang guru, yakni guru yang benar-benar memiliki kompetensi dan dedikasi baik untuk sekaligus menjadi kepala sekolah. Dalam melaksanakan tugas pembelajarannya sehari-hari, pemerintah dapat mengangkat teacher aide dari masyarakat setempat. Keuntungannya adalah para teacher aide tidak akan meninggalkan tempat tugas karena mereka memang tinggal di kampung itu dan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar atas pendidikan anak-anak mereka sendiri. Jika diberi pelatihan yang memadai, tentu saja warga masayarakat akan mampu berkontribusi besar terhadap pendidikan di kampung mereka sendiri.

Semoga dapat dipertimbangkan.

*Penulis adalah pengajar di Kolese Pendidikan Guru Khas Papua Merauke

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun