Gagasan teacher aide tampaknya bisa diadopsi untuk mengatasi berbagai keragaman dan kesenjangan kompetensi dan kebutuhan belajar siswa-siswi di Papua. Sekolah, terutama yang di kampung-kampung dan kekurangan guru, dapat mengangkat anggota masyarakat setempat untuk dijadikan teacher aide atau asisten guru. Tentu saja, sebelum diangkat menjadi teacher aide, mereka perlu diberi pelatihan terkait dengan proses pembelajaran.
Banyak SD di kampung-kampung di Australia hanya memiliki satu orang guru yang sekaligus merangkap sebagai kepala sekolah. Penempatan guru oleh pemerintah Australia memang didasarkan pada jumlah murid. Jika suatu sekolah hanya memiliki 20 hingga 30 siswa, maka pemerintah hanya menempatkan satu orang guru untuk sekolah tersebut. Dari sisi rasio, tentu saja satu guru dapat menangani 20 hingga 30 siswa. Persoalannya adalah 20 atau 30 siswa tersebut terdiri atas siswa kelas 1 hingga kelas 6. Lalu bagaimana guru tersebut bisa mengajar siswa kelas 1 hingga kelas 6 seorang diri dan sekaligus? Ternyata seluruh siswa ditempatkan dalam satu ruang kelas. Dalam proses pembelajaran, guru tersebut dibantu oleh beberapa teacher aide untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dibeda-bedakan berdasarkan tingkatan kelas siswa. Kondisi kekurangan guru ini juga banyak terjadi di kampung-kampung terpencil di Papua.
Sekolah-sekolah di perkotaan pun dapat mengangkat teacher aide. Sekolah-sekolah di kota barangkali tidak mengalami kekurangan guru seperti di kampung-kampung terpencil. Namun, teacher aide dapat dimanfaatkan untuk penerapan individualisai atau pembedaan pembelajaran berdasarkan potensi dan kebutuhan belajar para siswa pada tingkatan kelas yang sama.
Dalam hal ini pemerintah daerah tentu saja perlu mengalokasikan dana untuk pelatihan dan penggajian para teacher aide tersebut. Gaji untuk para teacher aide tentu saja tidak sebesar gaji guru, apalagi gaji guru yang sudah tersertifikasi.
Pertanyaannya adalah apakah pengangkatan teacher aide tidak semakin membebani anggaran pendidikan? Jawabannya tidak, jika penempatan guru PNS ditata ulang berdasarkan jumlah murid suatu sekolah. Yang sekarang terjadi di kampung-kampung terpencil di Papua sebenarnya bukan kekurangan guru. Pemerintah daerah sudah menempatkan guru, bahkan seringkali kelebihan jumlah jika dirasiokan dengan jumlah murid. Namun, seperti yang sering dikeluhkan, banyak guru mangkir dan meninggalkan tempat tugasnya dalam waktu yang lama karena berbagai alasan keterpencilan yang jauh dari kenikmatan hidup modern.
Dengan adanya teacher aide yang diangkat dari anggota masyarakat setempat, maka pemerintah daerah dapat menata kembali pengangkatan dan penempatan guru PNS, terutama di SD-SD kampung yang jumlah muridnya sedikit. Untuk SD-SD kecil, pemerintah cukup menempatkan satu orang guru, yakni guru yang benar-benar memiliki kompetensi dan dedikasi baik untuk sekaligus menjadi kepala sekolah. Dalam melaksanakan tugas pembelajarannya sehari-hari, pemerintah dapat mengangkat teacher aide dari masyarakat setempat. Keuntungannya adalah para teacher aide tidak akan meninggalkan tempat tugas karena mereka memang tinggal di kampung itu dan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar atas pendidikan anak-anak mereka sendiri. Jika diberi pelatihan yang memadai, tentu saja warga masayarakat akan mampu berkontribusi besar terhadap pendidikan di kampung mereka sendiri.
Semoga dapat dipertimbangkan.
*Penulis adalah pengajar di Kolese Pendidikan Guru Khas Papua Merauke
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H