***
Jika dikatakan sebagai sebuah bencana, persoalan asap ini sebenarnya merupakan bencana tahunan. Setiap tahun, selalu ada kabut asap melanda. Tak hanya masyarakat di Kalimantan dan Sumatera, masyarakat di negeri tetangga juga merasakan dampaknya. Termasuk saya yang sudah lebih dari 10 tahun bekerja di Malaysia.
Selama beberapa hari terakhir ini, di kawasan tempat saya bekerja di Port Klang, Selangor, tak ada bedanya antara pagi, siang dan sore. Setiap saat seperti senja. Matahari tak begitu jelas menampakkan sinarnya. Napas terasa begitu  berat. Udara baru terasa agak segar jika ada turun hujan.Â
Untuk menjadi heran tentang kebakaran hutan dan lahan ini, logika manusia yang waras pun sudah bisa menerka. Â Tanpa harus naik helikopter untuk meninjau lokasi dari udara bersama panglima.
Memangnya di hutan-hutan  atau di lahan-lahan itu ada sumber api?  Trus hutan dan lahan itu membakar dirinya sendiri? Duh  ..
Sudah tentu, bencana kabut asap ini berasal dari hutan dan (bakal) lahan yang dibakar oleh manusia. Sudah tentu pula manusia-manusia itu tidak akan membakar pohon-pohon sawit dan tanaman industri di lokasi perkebunan yang sudah jadi.Â
Dari dulu, penegakan hukum terkait kebakaran hutan tidak pernah serius, sehingga bencana ini terus terjadi. Padahal, dugaan dugaan adanya  praktik land clearing sebagai penyebab terjadinya bencana asap ini telah banyak terlontar di media.
Sebagai negeri tetangga, Malaysia dan Singapura terkena dampaknya karena asap yang membumbung ke angkasa. Â Meski usut punya usut, lahan yang terbakar di Riau dan Kalimantan itu juga ada yang milik pengusaha asal Malaysia dan Singapura.Â
Mengatasi persoalan asap tidak cukup hanya dengan segala daya upaya mengerahkan kekuatan untuk memadamkan kebakaran disertai ancaman akan mencopot jabatan.
Solusi yang ditemukan harus bersumber dari akar persoalan.
Agar masalah asap ini tidak berterusan dan tidak lagi menjadi bencana tahunan, sudah saatnya pemerintah dan para penegak hukum di segala tingkatan berpikir bahwa asap bukan berasal dari kebakaran hutan dan lahan, tapi bencana ini terjadi akibat adanya hutan yang dibakar untuk pembukaan lahan.