“Njenengan aslinya mana? Saya antar pulang ya?”
“Tidak usah, Mas. Saya berasal dari Bandulan Sukun Malang, RT dan RW sudah lupa karena dari tahun 2004 saya sudah keluar dari rumah setelah bercerai dengan istri saya. Saya sudah berkelana sampai Jombang, Ngawi dan Blitar, ya naik becak ini, Mas.”
“Apa gak punya anak, Mbah?” Aku kembali bertanya.
“Punya, Mas. Ada di Malang.”
“Kenapa gak pulang ke tempat anak, Mbah?”
“Tidak, Mas.Saya tidak mau merepotkan anak.”
Kemudian, secara tiba-tiba dalam hatiku timbul satu ide. Aku pun kembali bertanya pada kakek tua itu.
“Mbah, punya uang gak? Kalau punya, biar saya belikan obat untuk persediaan.”
Kakek itu merogoh semua sakunya dan hanya menemukan satu butir obat magh dan lima keping uang recehan lima ratusan, sehingga uangnya hanya Rp.2.500.
“Hanya ini yang saya punya, Mas,” kata kakek tua itu sambil menunjukan uangnya kepadaku.
“Mbah, uang segitu apa cukup untuk makan dan beli obat?,” tanyaku.