Mohon tunggu...
Fitri Handayani
Fitri Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Berhenti berfikir dari segi keterbatasan. Memulai dari segi kemungkinan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Secercah Cahaya di dalam Kegelapan

24 April 2017   18:09 Diperbarui: 25 April 2017   03:00 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kakek Tono dan nenek Tini terlihat bingung melihat Fahmi membawa seorang gadis. Kakek Tono adalah kakek yang pernah ditolong Fahmi ketika dia dihajar oleh seorang preman yang ingin merampas uang hasil jualannya.

Setelah mereka masuk, Fahmi menjelaskanapa maksud kedatangannya lalu menceritakan kepada kakek Tono dan nenek Tini bagaimana dia bertemu Fina? Bagaimana Fina itu? dan meminta izin agar Fina bisa tinggal bersama mereka karena tidak mungkin Fina tinggal bersama Fahmi di kosannya apalagi dia masih bujangan. Maka dari itu dia meminta pada mereka untuk bisa menerima Fina tinggal bersama mereka. Mereka berdua pun setuju dan sangat senang dengan adanya Fina karena sudah begitu lama mereka mengharapkan anak namun tidak dikabulkan dan kebetulan di rumahnya juga ada satu kamar yang kosong.

 “Allahuakbar, Allahuakbar,……” Adzan isya’ berkumandang menyusuri telinga mereka sehingga menggetarkan hati kakek Tono untuk mengajak Fahmi, Fina, dan nenek Tini untuk sholat berjamaah. Fina hanya terdiam dan menunduk, lalu nenek Tini menghampirinya karena dia mengerti Fina sejak kecil tidak pernah belajar sholat dan ngaji. “tidak papa, nanti nenek ajari bagaimana cara sholat dan mengaji.” Selesai sholat berjamaah Fahmi minta izin untuk pulang kepada mereka.

“Nak Fina, ini kamarnya nak Fina sudah nenek bersihkan, kalau mau tidur dulu tidak papa!” Perintah nenek Tina. “Ia nek terima kasih banyak, maaf saya merepotkan.” Jawab Fina. “Jangan begitu, anggap saja ini seperti rumahmu sendiri.” Kata nenek Tina.

Rembulan memancarkan sinarnya tepat di wajah Fina, krikk… krikk… krikk… Suara jangkri saling bersahutan bak mendendangkan melodi cinta. Tiba-tiba dibenak kepala Fina terlintas wajah Fahmi yang tersenyum padanya. “Astaughfirullah, apa-apaan aku ini. Ingat Fina kamu tidak mungkin bersama Fahmi. Sadar-sadar Fahmi adalah remaja yang sholeh, sedangkan kamu…… Ya Allah Astaughfirullah…”

Kicauan burung menyapa pagi, daun dan reranting pohon menari-nari. Sang surya mulai menampakkan batang hidungnya. Seorang remaja berpakaian rapi dengan tas hitam mengahampiri gadis cantik yang sedang menyapu halaman.

“Nak Fahmi, mau berangkat kuliah?” Tanya nenek Tina. “Ia, ini sekalian jenguk Fina” jawab Fahmi. Fahmi memang sering jenguk Fina sebelum dia berangkat kuliah, setelah pulang kuliah, setelah pulang kerja dan setiap ada waktu luang. Dia berkerja di sebuah supermarket karena untuk membiayai kuliahnya selain itu dia juga sudah tidak punya kedua orang tua. Orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Maka dari itu dia kuliah sambil bekerja. Selain itu juga dia harus memberi uang kepada Kakek Tono dan nenek TIni untuk keperluan Fina karena tidak mungkin dia hanya menitipkan Fina kepada mereka begitu saja melihat keadaan mereka seperti itu untungnya dia kuliah juga mendapat beasiswa dari pemerintah.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Akhirnya Fahmi lulus kuliah dan wisuda. Tanpak gadis cantik berjilbab putih yang taka sing lagi dimatanya ditemani dengan kakek dan nenek menghampirinya sembari tersenyum. “Alhamdulillah, Fina sudah berhijrah.” Pikir Fahmi.

Tak lama kemudian. Fahmi teringat dengan permintaan kakek Tono agar dia menikahi Fina karena tidak enak dilihat tetangga, Fahmi selalu menjenguk Fina toh dia juga sudah memiliki pekerjaan yang mapan. Selain itu juga Fahmi menyukai Fina. Namun dia masih bingung, lalu dia sholat istighoroh untuk meminta petunjuk kepada Allah.

“Ya Allah, jika memang dia diperuntukkan untukku, dekatkanlah”

“Ya Allah, jika Engkau takdirkan aku bersamanya, tetapkanlah hatiku padanya karena  Engkau adalah dzat yang dapat membolak-balikkan hati,”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun