Mohon tunggu...
Fifi Dwi Pratiwi
Fifi Dwi Pratiwi Mohon Tunggu... Ilustrator - Illustrator

Penikmat hidup | Penyuka kucing-kopi-jalan2-kuliner | Pelukis cahaya amatir| Blogger paruh waktu | jalan2-makan2-foto2-coratcoret | ekologi-Lingkungan Hidup-Sustainable Development -Manajemen SDA-Pengelolaan B3

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Apa Salah Kucing Kampung?

5 Juni 2015   15:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:20 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kenapa saya buat judul seperti di atas? awalnya karena kesedihan saya setelah membaca artikel mengenai sebuah acara di stasiun TV swasta yang dihujat netizen karena menghina kucing domestik. Karena penasaran, saya tontonlah video yang ada di badan artikel tersebut. Tidak semua bagian saya tonton, sebagian di-skip dan langsung cuss ke scene yang melibatkan kucing-kucing. Scene tersebut dimulai pada menit 30:56 sampai menit 41:26.

 

Scene diawali dengan adegan pemberian seekor kucing ras dari seorang 'pria misterius' (belakangan identitas pria ini dibongkar oleh host utama) kepada salah satu host. Host perempuan berbaju merah (note: saya gak tahu dan gak ingin siapa nama host ini) sangat senang menerima hadiah tersebut karena kucing ras ini adalah kucing yang ia idamkan dan ia belum mampu membelinya karena harganya mahal mencapai puluhan juta.

 

Seorang pria misterius lain, yang ternyata adalah Vicky (si kontroversi hati), tak mau kalah langkah. Ia juga memberikan hadiah serupa kepada host perempuan lain yang menjadi pujaan hatinya. Hadiahnya tak kalah mahal dari hadiah kucing yang diberikan kepada host perempuan berbaju merah. Hadiah dari Vicky pun dibuka.

 

Eng-Ing-Eng... 'hadiah' tersebut ternyata empat ekor kucing kampung yang dimasukkan ke dalam kandang besi. Kucing-kucing yang ada di dalam kandang tersebut terlihat ketakutan. Salah seekor kucing sampai berusaha melarikan diri.

 

Hal yang membuat saya sedih, bukan hanya saat melihat ekspresi kucing-kucing yang sedang 'dieksploitasi' tersebut, tapi juga saat mendengar celetukan-celetukan yang dilontarkan sebagian host acara itu. Sebagian lagi ada yang tertawa terbahak, ada pula yang diam. Beberapa celetukan yang tertangkap oleh telinga saya, diantaranya:

"Kak Vicky, gue juga tahu itu kucing kampung. Itu murah tahu kak?!" (menit 37:54)

"Vicky, lo malu-maluin...!" (menit 37:57)

"Eh, Kak Vicky, aku gak mau kucing aku tertular virus kampung ya... Aku mau masukin mobil ajah." (menit 38:22)

 

Oh Tuhan... Apa salah kucing-kucing itu? Kenapa mereka direndahkan seperti itu? Apakah karena mereka 'tidak mahal' seperti kucing ras?

 

Beragam pertanyaan itu muncul dalam benak saya sesaat setelah menonton tayangan tersebut. Namun saya masih bersyukur, karena tidak semua host ikut 'membully' kucing domestik, atau yang sering kita sebut 'kucing kampung'.

 

Meski demikian, menurut saya, kebiasaan melontarkan ejekan seperti ini patutnya mulai dikurangi. Memang, yang jadi objek dalam tayangan ini bukan manusia, melainkan 'hanya' empat ekor kucing. Namun, bukankah kucing juga makhluk ciptaan Tuhan yang harus kita sayangi seperti hewan dan tumbuhan lainnya, tanpa ada diskriminasi 'harga' mahal atau murah?

 

Saya khawatir, bila kebiasaan mengejek seseorang atau sesuatu yang menurut kita levelnya lebih rendah (berdasar standar yang kita miliki) seperti ini dibiarkan terus menerus, kelak akan akan berkembang menjadi pola pikir. Berbahaya bagi masa depan negeri ini.

 

Tayangan televisi, yang hingga kini masih menjadi pilihan utama untuk hiburan bagi sebagian masyarakat, saya harap dapat ikut berpartisipasi dalam upaya pencegahannya. Caranya? mungkin bisa dimulai dari mengurangi intensitas tayangan yang mengusung tema ejek-mengejek, yang berlaku untuk hal apapun. Mungkin bisa dimulai dengan memberikan 'sanksi' kepada talent yang sengaja atau tidak sengaja menggunakan 'jurus' ini untuk mengundang tawa (meski sebenarnya tidak lucu). Sanksinya ditentukan oleh kreativitas dari tim kreatif acara tersebut.

 

Jakarta, 5 Juni 2015

@fifipakeF

-seorang penonton TV dan penyuka kucing tanpa membedakan ras dan golongan-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun