Keseimbangan antara kebutuhan kemampuan soft skills dan hard skills adalah menjadi tantangan tersendiri di dunia pendidikan Indonesia. Memahami bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda, bukan berarti keduanya tidak bisa dipelajari dan diterapkan secara berimbang. Pengetahuan soft skills dan hard skills tidak bisa berdiri sendiri sehingga harus dimiliki oleh setiap anak, tentu saja dengan porsi yang disesuaikan dengan kemampuan anak, agar mereka tetap bisa tampil sebagai dirinya sendiri dan dapat mengembangkan bakat dan minatnya masing-masing.
Kurikulum Merdeka kini telah hadir sebagai inovasi belajar mengajar di dunia pendidikan kita. Inovasi ini dirancang untuk memberikan keleluasaan bagi para pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan belajar peserta didik.
Dilansir dari kemdikbud.go.id, karakteristik Kurikulum Merdeka mencakup tiga hal yaitu pengembangan soft skills dan karakter, fokus pada materi esensial dan pembelajaran yang fleksibel. Istimewanya, di dalamnya ada projek penguatan profil nilai-nilai Pancasila bagi para pelajar, dimana ada kegiatan korikuler yang mengakomodir nilai-nilai Pancasila di setiap kegiatan peserta didik, sehingga mereka paham akan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan berkarakteristik Pancasila di setiap aktivitas sehari-harinya.
Kurikulum Merdeka telah memberikan pembaruan dalam sistem pendidikan Indonesia, bahwa bukan hanya hard skills tapi ada kemampuan soft skills peserta didik yang harus dieksplorasi dan dikembangkan.
Kurikulum Merdeka tidak ingin hanya mencetak generasi unggul dalam ilmu pengetahuan tapi juga unggul dalam menciptakan karakter generasi muda yang Pancasila melalui penguatan kemampuan soft skills mereka.
Begitu juga sebaliknya, Kurikulum Merdeka juga memberikan kesempatan bagi para pendidik untuk berkreasi dan berinovasi dalam aktivitas belajar mengajarnya agar materi pelajaran dapat dipahami dan diserap secara maksimal oleh peserta didik.
Tidak zamannya lagi menyampaikan materi dengan cara komunikasi satu arah dimana guru menerangkan dan murid hanya mendengar atau mencatat. Kini, di Kurikulum Merdeka Belajar guru diberi kebebasan untuk menyampaikan materi dengan cara komunikasi dua arah dengan murid.
Cara ini tentu saja akan lebih kreatif dan menarik. Murid diajak untuk memahami suatu materi pelajaran dengan media diskusi, praktikum, riset, presentasi, dll. Kemasannya pun beragam, bisa dengan menyanyi, menari, akting, dll. Dengan demikian, diharapkan materi pelajaran dapat lebih mudah dipahami oleh murid karena mereka dilibatkan secara langsung dalam pemahaman materi tersebut.
Bonusnya, murid tidak hanya belajar materi pelajaran, tapi juga sekaligus belajar mengeksplorasi kemampuan soft skills yang dimilikinya, seperti berani tampil percaya diri, menciptakan karakter jujur dan bertanggungjawab, membangun sikap disiplin, mengasah kemampuan dalam bekerjasama dan melatih kemampuan teknik problem solving mereka sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.