Orangtua tidak bisa melarang anak untuk memiliki rasa ketertarikan kepada lawan jenisnya, karena hal itu memang normal. Namun, hal ini juga bukan berarti orangtua melakukan pembiaran dan membebaskan anak dalam pergaulannya dengan lawan jenis.Â
Orangtua tetap harus bisa mengontrol dan bersikap tegas dalam menentukan batasan-batasan pergaulan mereka. Jangan sampai anak mendapat kebebasan bergaul tanpa ada kontrol dari orangtua maupun lingkungan di sekitarnya.
Lantas, bagaimana orangtua harus bersikap?
Cukup satu. Jadilah orangtua yang friendly terhadap anak yang sudah remaja. Orangtua yang bisa memposisikan diri sebagai sahabat anak adalah orangtua yang luar biasa.Â
Pada dasarnya, anak di usia remaja sedang berada di tahap pencarian jati diri. Mereka lebih membutuhkan sosok sahabat yang bisa memahami mereka, bukan sosok yang dominan mendikte, kaku, memarahi, memaksa apalagi menjustifikasi mereka.
Oleh karena itu, orangtua harus bisa menjadi sahabat bagi mereka. Siap menjadi pendengar yang baik, pemberi masukan yang bijak, pelindung yang tegas atau sekadar menjadi teman nongkrong yang asik.
Harapannya, dengan menjadi sahabat bagi anak, orangtua bisa lebih dekat dengan anak. Anak juga tidak canggung apalagi merasa takut menumpahkan curahan hatinya kepada orangtua.Â
Prinsipnya, akan lebih baik jika anak curhat kepada orangtuanya daripada curhat kepada orang lain. Untuk itu, beri rasa nyaman kepada anak agar mereka merasa lebih percaya kepada orangtua ketimbang orang lain.
Dengan menjadi sahabat anak, orangtua juga akan lebih leluasa bisa menyampaikan pesan edukasi tentang seks kepada anak.Â
Bonding yang baik juga akan membuat anak bisa menyerap pesan edukasi dengan baik dan lebih siap dalam menghadapi setiap fase usianya.
Cukup luangkan waktu yang berkualitas bersama anak, ajarkan nilai-nilai agama, ciptakan kedekatan yang hangat, maksimalkan kontrol pergaulannya, rangkul anak dan pahami setiap fase perkembangan usianya.Â